Di saat mendampingi si kecil belajar makan, ibu bisa bercerita tentang makanan yang disantap anak. Misalnya, "Kamu tahu, nggak, daging di sup yang kamu makan itu, namanya daging ayam. Ayam kakinya ada dua. Ayo, kamu bisa tidak menirukan bunyi ayam jago?"
Yang juga patut diperhatikan, porsi makanan sebaiknya diberikan sedikit demi sedikit. "Kalau terlalu banyak, saat ia merasa bosan, makanan itu cenderung dibuat main. Jika itu yang terjadi, sebaiknya segera singkirkan makanan itu karena rasanya pun sudah tak enak. Kita saja yang dewasa jika makan terlalu lama dan sudah menjadi dingin, sudah tak berselera lagi. Nah, si kecil pun merasakan hal yang sama."
Atau, seperti dikatakan dr. Lindarsih Notowidjojo, M. Nutr. Sc, dari RS Siloam Gleneagles, Tangerang, mungkin orangtua lupa mengurangi jumlah susu untuk si kecil. "Semasa bayi, anak memang mengkonsumsi susu lebih besar dibanding makanan lainnya. Nah, saat ia batita, bisa jadi orangtua masih memberi porsi susu sebanyak dulu sehingga perutnya terlalu kenyang untuk makan makanan lainnya."
Lindarsih juga menyarankan agar saat pemberian susu diatur jaraknya agar tak terlalu dekat dengan waktu makan. "Kalau jam 11 ia diberi susu lalu jam 12 harus makan, tentu saja ia masih kenyang. Apalagi, lambungnya, kan, masih kecil." Karena itulah, porsi makan juga harus diatur. "Sedikit demi sedikit. Kalau dalam tiga hari berturut-turut anak tak mampu menghabiskan makannya, lebih baik kurangi porsinya pada hari keempat. Jika ia sanggup menghabisinya, bisa ditawari untuk menambah."
Jika si kecil tak juga mau menghabiskan makanannya, jangan buru-buru menggantinya dengan susu dalam jumlah yang banyak. Tetapi teliti dahulu kemungkinan penyebabnya. "Ada, kan, ibu yang khawatir anaknya kelaparan karena tak mau makan. Jadi, si kecil diberi susu banyak-banyak. Meski susu itu lengkap komposisinya, tetap tak cukup karena si kecil sudah memerlukan kalori yang tinggi demi bekal pertumbuhan otak dan badannya. Jadi, ia harus tetap diberi makanan padat."
CARI TAHU PENYEBABNYA
Mengenalkan makanan pun, misalnya buah, sebaiknya jangan langsung satu buah. Berikan seiris dulu, yang penting ia mengenal rasa dan tahu cara memakannya. Baru kemudian ditambah secara bertahap. Jangan pula berpikir si kecil tak punya rasa dan tak memiliki perasaan akan keindahan. Bubur yang dibuat asal saja, berbau amis, jelek penampilannya, akan mengurangi selera si anak.
Berikan pula padanya kebebasan untuk memilih makanan yang hendak disantapnya. "Hal ini sering dilupakan orangtua karena menganggap makanan yang sehat untuk anak adalah menu itu. Alhasil, hanya makanan itu yang terus dimasak ibu."
Selain itu, ibu juga harus pandai memvariasikan makanan anak. "Kita saja yang dewasa akan bosan kalau diberi makanan yang itu-itu juga. Makanan pun sebaiknya disajikan dengan indah dan menarik, sehingga ia merasa, makan bukan sesuatu yang membuat ia stres."
Pandai-pandailah pula memilah makanan mana yang bisa ia sendok sendiri dan mana yang harus disuapi. "Misalnya ikan. Kalau ia yang pegang, akan tumpah ke mana-mana dan amis. Jadi, lebih baik kita suapi sementara ia menyendokkan sendiri nasi ke mulutnya."
Jika si kecil menghabiskan waktu terlalu lama untuk menyantap makanannya, cobalah cari tahu penyebabnya. "Mungkin makanannya terlalu keras sehingga susah ditelan. Bisa juga karena ia tak suka makanan berkuah. Bisa, kan, sayurannya ditaruh di piring si anak dan kuahnya dipisah dalam mangkuk sehingga ia semangat melahapnya."
Tak seperti yang kita bayangkan, ternyata anak amat menikmati saat-saat makan bersama anggota keluarga lainnya. "Ini bisa kita jadikan kebiasaan untuk mengikutkan ia pada kegiatan makan bersama. Masalahnya, jam makan si kecil biasanya berbeda. Nah, sesekali, yang tua mengalah, sehingga sekeluarga bisa makan bersama."