Siap "Perang" Saat Mengajarkan Anak Berpakaian

By nova.id, Senin, 15 Februari 2010 | 04:52 WIB
Siap Perang Saat Mengajarkan Anak Berpakaian (nova.id)

Anak usia 2-3 tahun, sudah bisa diajar berpakaian sendiri. Hasilnya memang belum prima, tapi minimal Anda sudah mengajarkannya mandiri dan punya percaya diri.

Mengajar anak berpakaian bukan saja melatih motorik tubuhnya, tetapi sekaligus melatih kemandiriannya. Dan itu, menurut dra. Shinto B. Adelar, MSc., ketua Himpunan Psikologi Indonesia DKI Jaya, sudah bisa dimulai sejak anak berusia 2 tahun. "Saat itu anak sudah mengenal instruksi, sehingga kita sudah bisa mulai mengajarkan bagaimana memakai baju. Misalnya, 'Ayo, Dik, pakai baju, tangannya ke atas.' Atau, 'Yuk, kita pakai celana. Angkat kakinya, nah, masukkan ke dalamnya. Ya, kini yang sebelah kiri. Kemudian tarik ritsletingnya."

Jadi, cara yang efektif adalah dengan memberi contoh secara langsung dan menyuruh si anak melakukannya secara langsung pula. Dalam hal membantu berpakaian, berbeda-beda kadarnya, tergantung tahap pengembangan keterampilan anak masing-masing. Namun pada tahap awal ini, jangan terkejut jika si anak baru disuruh memakai celana kemudian sudah melesat berlari keluar. Untuk itu diperlukan kesabaran ekstra dari para orangtua. Tak ada salahnya, saat membantunya memakai pakaian, si orangtua mengemukakan harapan-harapannya. Misalnya, "Sebentar lagi Adik juga bisa memakai pakaian sendiri. Kan, enak, kalau basah bisa buka sendiri, bisa ganti sendiri, enggak perlu nunggu Mama atau Papa." Hal ini akan lebih mendorong keinginannya untuk mampu mengerjakannya sendiri.

Barulah pada usia 2,5 - 3 tahun umumnya mereka sudah agak mahir memakai baju sendiri. Nah, untuk keadaan ini, sebaiknya orangtua hanya memberi aba-aba saja dari jauh. "Ya, masukkan sabuknya ke lobang itu. Tangannya dibeginiin, bajunya dibeginiin." Sampai akhirnya ia sudah bisa dilepas sendiri pada usia 3,5 tahun.

Memang, aku Shinto, si kecil terkadang ngotot ingin memakai bajunya sendiri, tidak sesuai petunjuk ibunya. Baru kalau tak bisa, dia akan teriak-teriak, "Bagaimana, sih, Ma?" Ya, lagi-lagi, Anda harus sabar. "Lebih baik kita biarkan saja ia lakukan sendiri, akhirnya toh ia akan minta bantuan juga."

Mengapa demikian? Karena pada saat usia 2 tahunan, si kecil sudah mulai mengembangkan otonominya. Ia mulai ingin melakukan apa-apa sendiri. "Dan bukankah kita sedang memupuk kemandirian pada anak? Mengenai hasilnya bagaimana, yang penting kita support." Tentunya, pada tahap awal ini, lebih baik mengajarkan anak memakai yang simpel-simpel dulu. Misalnya, pakai kaos kaki sendiri atau memakai baju yang mudah. Jangan dulu mengajarkannya memakai pakaian yang banyak tali, yang akan menyulitkan anak. "Kasih pakaian yang gampang dulu. Misalnya untuk celana atau rok, ya, yang pinggangnya pakai karet sehingga mudah baginya. Demikian pula sepatu, berikan ia sepatu dengan perekat dan bukan tali."

MAUNYA SENDIRI

Tapi jangan buru-buru mengharapkan hasil yang sempurna. Ada anak yang cepat bisa, ada pula yang lambat. Kendati begitu, lanjut Shinto, "Sebaiknya latih sejak ia berusia 2 tahun meski umumnya baru setahun kemudian mereka mampu. Soalnya, kalau tak didorong sejak kecil, ia tak akan pernah mampu melakukannya. Anak jadi malas meski sebetulnya bisa." Dengan kata lain, bukan hanya soal kemampuan, namun kemauan pun menunjang keberhasilan anak.

Tak perlu risau pula jika si kecil kerap mengobarkan "api peperangan" saat dilatih mengenakan pakaian. "Masalahnya, anak umur 2,5 - 3 tahun sedang giat-giatnya menunjukkan kemauannya sendiri. Egonya mulai tumbuh. Karena ia mulai sadar, ia adalah pribadi yang lain dari orang lain." Anak cenderung untuk bilang tidak. Ngotot, itulah cirinya. Seakan ingin meyakinkan, "Kalau saya bilang tidak, orang lain tak bisa bilang apa-apa!". Ia ingin meyakinkan, ia adalah pribadi yang tersendiri. Lepas dari orang lain.

Nah, kalau anak sudah ngotot, saran Shinto, dekati ia secara persuasif. "Jika ia ingin memakai baju sendiri, biarkan saja. Kalau hasilnya belum beres, bawa saja ia ke depan cermin untuk melihat sendiri hasilnya dan beri tahu kesalahannya. Kalau ia mengenakan kausnya terbalik, katakan padanya, gambar kausnya yang seharusnya di depan, jadi tak terlihat."

Di usia 3 tahun, anak juga sedang getol-getolnya pada idola. Biasanya lebih untuk identifikasi diri. Segala macam perilaku sang idola dicontoh. Begitu juga cara berpakaiannya. Misalnya, sehabis mandi ia ingin pakai baju tangan panjang karena ia melihat papanya selalu melakukan hal sama seusai mandi. Jadi, ia ingin tampil seperti itu pula. "Biar kayak Ayah," begitu biasanya si kecil berceloteh.

Lagi-lagi Shinto menyarankan, biarkan si kecil melakukan hal itu. Lain halnya jika si adik yang perempuan ingin memakai baju seperti kakaknya yang lelaki. "Kasih tahu kalau ia perempuan, sehingga pakaiannya adalah rok. Sedangkan kakak pakai celana panjang."