Hemat Anggaran Kesehatan!

By nova.id, Rabu, 25 Maret 2009 | 04:14 WIB
Hemat Anggaran Kesehatan! (nova.id)

Selain itu, pemberian antibiotik (non-resep) secara irasional yang sering terjadi di masyarakat juga merupakan pemborosan bidang kesehatan yang harus diminimalisasi. Pahamilah, kata Widodo, tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik. Bahkan, pemberian antibiotik dosis tinggi tanpa pertimbangan medis, bisa menyebabkan resistansi kuman terhadap antibiotik. Sebaiknya, untuk menyembuhkan penyakit tertentu, konsultasikan dulu dengan dokter.

Untuk mendapatkan diagnosa yang tepat pada penyakit yang diderita, orang memang perlu berkonsultasi pada ahlinya. Spesialisasi dokter yang dijadikan tempat berkonsultasi, sangat berpengaruh pada ketepatan hasil diagnosa. Namun sayangnya, tidak semua orang paham dengan spesialisasi dokter. Atau, tak tahu harus berkonsultasi ke dokter yang mana. Jika memang belum mengetahui penyakit yang diderita, konsultasikan dulu dengan dokter umum yang bertugas. Setelah didapat dugaan sementara, baru Anda bisa memilih apakah ingin mendapatkan layanan dokter spesialis atau tidak. Intinya, setiap pengeluaran bagi upaya memperbaiki kualitas kesehatan, sebaiknya benar-benar diputuskan berdasarkan pertimbangan logis dan informasi yang benar.

PAHAMI HAK PASIEN Kunci untuk melakukan efisiensi anggaran kesehatan juga bisa dilakukan dengan memahami hak sebagai pasien. Memang, dokter memiliki hak untuk menentukan setiap pengobatan dan jenis tindakan medis yang diperlukan, dengan mengutamakan kepentingan dan kesembuhan pasien.

Tetapi, tindakan yang diambil pun perlu didasari pertimbangan latar belakang pasien, misalnya disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan kemampuan ekonomi pasien. Oleh karena itu, pasien berhak mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya dari dokter, berkaitan dengan kondisi dan pelayanan kesehatan yang dilakukan.

Misalnya, pasien perlu mengetahui kemungkinan biaya yang tinggi selama proses pengobatan, mengetahui pertimbangan dokter melakukan tindakan medis, meminta pertimbangan untuk diberikan alternatif pengobatan yang lebih murah, dan mendapatkan second opinion.

"Untuk menghindari biaya tinggi, pasien tak perlu ragu mendapatkan second opinion dari dokter lain. Dan sebaiknya, didapatkan dari dokter dengan kompetensi yang sama dengan dokter sebelumnya," Widodo memberikan alternatif.