Petaka Cinta Cabut Nyawa Ade Sara

By nova.id, Senin, 17 Maret 2014 | 07:37 WIB
Petaka Cinta Cabut Nyawa Ade Sara (nova.id)

Suroto juga masih mengingat jelas perilaku anaknya yang manja dan kolokan. "Sara suka manggil saya sambil ngeledekin. Dia panggil Bapake, padahal selama ini Papa. Akhir-akhir ini dia panggil saya begitu," kata Suroto mengenang. Ia pun teringat kenangan manis saat mendapat kejutan ulang tahun pada 6 Februari lalu dari Sara.

"Dia yang atur semua. Beli makan malam, dia yang pilih. Waktu mempersiapkannya, saya enggak boleh masuk rumah, padahal sudah ada di teras. Mamanya telepon, saya jangan masuk dulu, akhirnya saya putar-putar sampai ke Jatinegara, satu jam. Pokoknya menunggu sampai semua hidangan tersedia dan kami berdoa bersama. Saya enggak ada keinginan apa-apa, hanya minta jadi orangtua yang baik," tuturnya pilu.

DATANG DALAM MIMPI

Kenangan demi kenangan tentang Sara tentu tak bisa begitu saja hilang dari ingatan Suroto dan Elizabeth. Namun Sang Bunda tak menyangka, kedatangan putrinya dalam mimpi adalah sebuah pertanda. "Dia datang dalam mimpi saya, dia panggil saya, 'Mama...' Lembut suaranya, manis senyumnya. Saya awalnya tak menyangka itu akan jadi pertanda dia pergi meninggalkan saya. Kira-kira sekitar jam 01.00 dini hari sampai jam 04.00 pagi saya mimpi di hari Selasa. Saya pikir, itu tanda saya akan mencari dia dan dia datang untuk bilang, 'Mama, aku baik-baik saja.' Tapi setelah tahu ada berita seperti itu, saya simpulkan mungkin dia pamit. Itu barangkali yang dinamakan firasat," kata Elizabeth.

Lain halnya dengan Suroto. Ia mengaku tak merasakan firasat apa pun, sebab Senin (3/3) saat mengantarkan Sara ke Stasiun Gondangdia untuk kuliah, tak ada hal yang aneh terjadi di diri Sara.

"Firasat saya bukan meninggal. Anak saya, kan, tak pernah pergi tanpa pamit. Jadi saat dia enggak pulang sampai jam 24.00 itu, saya punya feeling dia berada di bawah tekanan orang lain. Tapi saya tak ada feeling anak saya dibunuh. Sara biasanya kirim kabar, sekalipun baterai HP-nya habis, akan pinjam HP temannya. Nah, malam itu Sara melakukan hal yang tak biasa dia lakukan, jadi pasti di bawah tekanan orang lain," tuturnya.

Baik Elizabeth maupun Suroto mengaku berat rasanya setiap mengingat hari di mana mereka mendapat kabar duka itu. "Enggak tahu kenapa, Rabu (5/3) saya memang izin cuti. Setelah lapor ke Polsek Pulo Gadung soal Sara yang enggak pulang-pulang, saya enggak tahu mau ke mana. Saya tak bisa tidur. Sempat istirahat, sih, tapi enggak lama terbangun. Sekitar pukul 11.30 petugas kepolisian dari Bekasi Kota menyampaikan kabar itu," ucapnya lirih.

Suroto mengatakan, polisi memberi tahu mereka, Sara ditemukan di kawasan Bekasi dengan cara berulang-ulang dan berhati-hati. "'Anak Bapak ditemukan di Bekasi, tapi dalam keadaan tak bernyawa. Mohon maaf, semoga saya salah. Dari hasil sidik jari yang didapat, jenazah itu atas nama Ade Sara Angelina Suroto.' Saat saya ditunjukkan foto apakah itu Sara, saya jawab benar," tutur Suroto menirukan penyataan polisi dengan nada tercekat.

DIANCAM DI MEDIA SOSIAL

Setelah sepekan kepergian Sara, Elizabeth dan Suroto tampak tegar dan tabah. "Saya hanya manusia biasa, banyak kekurangan. Jadi kalau saya mengatakan memaafkan, enggak mungkin mampu saya. Ini juga mungkin doa dari teman-teman wartawan, masyarakat, dan keluarga yang telah menguatkan kami," kata Suroto merendah.

Ditambahkan Elizabeth, menurut keyakinan yang dianut keduanya, diajarkan dan diperintahkan untuk mengampuni. "Kami memaafkan orang karena memang diperintahkan Tuhan. Itu kewajiban kami untuk tunduk dengan segala perintah-Nya. Jika saya enggak berserah kepada Tuhan, saya tak akan sekuat ini," ucapnya mulai terisak.

Sang Bunda kembali menangis ketika menyampaikan suasana saat mendengar kabar duka, terlebih melihat kondisi anaknya saat ditemukan sangat mengenaskan. "Saya ingat dan dengar Tuhan bilang, 'Pembalasan adalah Hakku,' itu terngiang. Saya bisa apa? Saya belajar tunduk walaupun di sisi lain saya juga bertanya, kenapa saya yang harus mengalami ini? Kami harus berserah, semua harus berpulang ke Pencipta," kata Elizabeth dengan berurai air mata, kemudian dirangkul Sang Suami.