Status Sekolah Dihapus, Siswa dan Orangtua Panik (2)

By nova.id, Sabtu, 19 Januari 2013 | 02:45 WIB
Status Sekolah Dihapus Siswa dan Orangtua Panik 2 (nova.id)

Status Sekolah Dihapus Siswa dan Orangtua Panik 2 (nova.id)
Status Sekolah Dihapus Siswa dan Orangtua Panik 2 (nova.id)

"Foto: Ricky / Bobo "

''Lelucon yang Tidak Lucu"

Dihapusnya status RSBI yang merupakan cikal bakal SBI, rupanya sudah lama diprediksi oleh kalangan pakar dan pemerhati pendidikan. Weilin Han (47), pendiri lembaga pelatihan guru dan konsultasi sekolah I-Teach Education Training Center, adalah salah satunya. Sejak didirikan tahun 2006, menurut Weilin, "Desainnya saja sudah keliru."

Dalam dokumen Kemendiknas mengenai Penjaminan Mutu SBI, misalnya, Weilin mengungkapkan standar SBI harus mengacu pada standar negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) dan atau negara maju lain. Sementara, anggota OECD saja hingga kini tercatat ada 30 negara. "Nah, standar yang mana dan seperti apa? Tidak jelas!" ujar Weilin.

Selain soal desain, Weilin juga menyebutkan masalah konstruksi RSBI. Tuntutan agar sekolah setingkat SD memiliki guru lulusan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A, "Betul-betul lelucon yang sayangnya tidak lucu. Anggap saja di satu SD ada 30 guru, maka harus ada tiga guru lulusan S2 dari jurusan PGSD (Pendidikan Guru SD) yang akreditasinya A. Itu baru tingkat SD, lho. Di tingkat SMP proporsinya lebih besar."

Penggunaan Bahasa Inggris sebagai pengantar pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, lanjutnya, juga jadi batu sandungan. Guru yang bisa berbahasa Inggris belum tentu bisa menggunakan istilah-istilah khusus, terminologi, dan jargon dengan tepat. "Misalnya, dalam Matematika ada istilah 'bilangan loncat'. Guru bisa saja menerjemahkan jadi 'jumping numbers', padahal istilah yang tepat adalah 'skipping'," terangnya.