Status Sekolah Dihapus, Siswa dan Orangtua Panik (2)

By nova.id, Sabtu, 19 Januari 2013 | 02:45 WIB
Status Sekolah Dihapus Siswa dan Orangtua Panik 2 (nova.id)

Jika merujuk pada proses otak bertumbuh dan bekerja, lanjut Weilin lagi, bahasa seharusnya tak dilihat sebagai alat komunikasi belaka. "Bahasa adalah pembentukan pola pikir. Dengan demikian, penguasaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar jadi lebih penting," katanya seraya menambahkan, di beberapa daerah Indonesia, guru masih mengajar menggunakan bahasa daerah. "Bagaimana mau menggunakan Bahasa Inggris dan menempatkan bahasa daerah sebagai anak tiri di tempatnya sendiri?"

Jika memang serius mau menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, sebut Weilin, buku yang digunakan juga mesti berbahasa Inggris semua. "Sudah siapkah itu?" ujarnya balik bertanya.

Karena itulah Weilin menekankan, tak masalah apa pun nama sistem pendidikannya sepanjang Indonesia sudah mampu memenuhi kriteria sistem pendidikan yang memiliki desain dan konstruksi baik. Untuk itu, "Yang menyusunnya, ya, harus orang-orang yang mumpuni." Selain itu, fasilitas pendukung juga harus memadai. Bukan berarti harus serba modern, "Namun bagaimana murid bisa belajar jika jalan ke sekolahnya saja begitu berbahaya?"

Selanjutnya, kualitas guru sebagai ujung tombak dalam pendidikan juga harus mendukung. Merekalah yang berinteraksi secara intensif pada prime time usia anak. "Bila mereka saja tidak menguasai konsep dan metode, sukar sekali mengharapkan kualitas pendidikan yang baik."

Setelah itu, barulah peran orangtua dan masyarakat dibutuhkan. "Orangtua harus kritis terhadap Pemerintah dan sekolah. Mereka berhak mendapatkan pendidikan dasar gratis dan berkualitas," papar Weilin. Maka, jika sistem baru hendak diberlakukan, "Tanyakan dengan jelas apa maksudnya. Minta dokumen pendukungnya dan minta penjelasan dari dokumen pendukung tadi. Ini sangat penting agar tak terjadi pembodohan dan kita tidak jadi korban kegagalan Pemerintah karena ketidaktahuan kita."

Ajeng