Kisah Sukses Peni Zulandari Suroto: Bisnis Tanpa Kantor dan Pabrik (1)

By nova.id, Jumat, 18 Januari 2013 | 01:15 WIB
Kisah Sukses Peni Zulandari Suroto Bisnis Tanpa Kantor dan Pabrik 1 (nova.id)

Kisah Sukses Peni Zulandari Suroto Bisnis Tanpa Kantor dan Pabrik 1 (nova.id)
Kisah Sukses Peni Zulandari Suroto Bisnis Tanpa Kantor dan Pabrik 1 (nova.id)

"Keluarga banyak membantu dalam mengembangkan bisnis suvenir Nalini. Intinya, memberdayakan orang-orang terdekat termasuk anggota keluarga. (Foto: Adrianus Adrianto/NOVA) "

Omzet Ratusan Juta

Nalini Intercraft menjadi merek suvenir kami, yang artinya cantik dari bahasa Sansekerta. Kami pilih nama ini karena desainnya harus cantik, mewakili nama kami berdua. Harapan kami pula, tiap kali orang melihat produk Nalini akan langsung tahu dari ciri khasnya. Sementara kata Intercraft, kami ambil dari harapan Nalini harus memiliki kualitas berstandar internasional. Lalu kami bagi tugas, aku bagian desain dan produksi, Feta di finance dan stok barang. Sementara pemasaran dan penjualan dilakukan bersama.

Ide desain bisa dari mana saja, meski kebanyakan menyesuaikan permintaan pasar. Dalam setahun minimal kami buat dua desain baru. Saat ini desain piring sudah ada 10 model, magnet dari clay, tempat surat, gantungan kunci. Kadang ide muncul karena kebutuhan. Misalnya, saat dibutuhkan para siswa yang ikut pertukaran pelajar. Kalau bawa suvenir piring, khawatir pecah. Sehingga mereka butuh suvenir kecil tapi banyak. Suvenir magnet lah yang paling pas.

Desainnya beragam, dari yang bercorak Sabang sampai Merauke. Dari pakaian adat, olahraga tradisional, fauna, alat musik tradisional, gedung bersejarah, bangunan, dan monumen terkenal. Kualitas suvenir kami juga dapat disandingkan dengan buatan luar negeri yang sejenis. Suvenir Nalini sudah pasti diproduksi di dalam negeri, dipasarkan di dalam negeri, agar wisatawan asing dapat menikmati dulu budaya asli Indonesia.

Namun karena kualitas suvenirnya juga bagus, kami tak bisa menjual dengan harga terlalu murah. Apalagi perajin Nalini tersebar di beberapa daerah, ada yang di Surabaya, Jogja, Solo, Bandung, Tangerang, juga Jakarta.

Untuk pemasaran, produk Nalini pernah tersebar di beberapa toko atau hotel. Sayang, masih banyak manajemen hotel yang tak bagus. Barangnya habis, tapi uangnya tak disetorkan ke kami karena manajemennya sering berganti. Akhirnya, kami putuskan fokus saja di beberapa toko yang punya ratusan outlet di seluruh Indonesia. Sementara ini produk Nalini ada di 15 outlet Batik Keris.

Nalini juga sudah bisa diperoleh di Pasaraya Blok M, UKM Galeri Smesco, Galeria Indonesia, souvenir shop di Bandara Husein Sastranegara Bandung dan Bandara Soekarno Hatta. Alhamdulillah, Nalini sudah mendapatkan keuntungan di tahun kedua usaha berjalan. Omzet yang kami perolah per tahun sekitar Rp 300-400 juta dengan modal awal Rp 75 juta. (BERSAMBUNG)

 Noverita K. Waldan / bersambung