Vaksin Penting Sebelum Pergi Haji (2)

By nova.id, Rabu, 11 Juli 2012 | 23:09 WIB
Vaksin Penting Sebelum Pergi Haji 2 (nova.id)

Samsuridjal juga menjelaskan dua jenis vaksin lain untuk jemaah haji atau umrah yaitu vaksin influenza dan vaksin pneumokok. "Vaksin influenza di tahun 2011 diwajibkan. Sementara vaksin pneumokok saat ini dianjurkan bagi jemaah haji atau umrah," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Pemakaian vaksin influenza tak berarti tidak akan terkena influenza. "Tapi, risiko influenza dan penyakit yang menyertai influenza juga berkurang," tambah Samsuridjal. Perlu diketahui bahwa orang yang berusia lebih dari 60 tahun berisiko mengalami komplikasi dan kematian yang berkaitan dengan influenza. "Bisa menimbulkan pneumonia atau batuk-batuk dalam jangka waktu lama," ujar Samsuridjal.

Dua vaksin ini penting sebab umumnya jemaah haji berusia lanjut dan sebagian besar mengidap penyakit kronis. Apalagi penyebab terbesar kesakitan dan kematian jemaah haji atau umrah adalah penyakit saluran pernapasan. "Lingkungan yang berdesak-desakan dan perjalanan haji atau umrah yang melelahkan bisa mengakibatkan kematian karena influenza di usia 60 tahun ke atas," urainya.

Selain vaksin, penularan penyakit selama bepergian juga bisa dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat. "Menjaga makanan agar tak tertular kuman dan menjaga lingkungan sehat sekaligus jangan terlalu lelah," pungkas Samsuridjal.

Fakta Vaksin Dewasa

- Vaksin dewasa di antaranya adalah vaksin hepatitis A, vaksin hepatitis B, vaksin tetanus, vaksin MMR, vaksin tifoid, vaksin influenza, vaksin pneumokok, dan vaksin meningitis meningokok.

- Orang dewasa memiliki kemungkinan kematian 100 kali lebih besar karena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksin dibandingkan anak-anak.

- Vaksin orang dewasa jarang diperhatikan sebab kurangnya informasi efektivitas, layanan vaksinasi masih terbatas, harga vaksin tidak terjangkau, dan belum didukung pembiayaan asuransi.

- Efektivitas vaksin ditentukan dua hal yaitu pengguna dan penggunaan. Dari sisi pengguna, misalnya vaksin influenza, ia efektif menangkal penyakit flu sebanyak 70 persen berarti sekitar 70 persen orang yang mendapatkan influenza akan terlindung. Dari sisi penggunaannya, jika angkanya rendah misalnya 30 persen, maka angka kematian akan semakin banyak. Oleh karena itu cakupan penggunaan vaksin harus besar agar bisa melindungi lebih banyak orang.

Vaksin Penting Sebelum Pergi Haji 2 (nova.id)

"Foto: Getty Images "

Sekilas ICV

ICV (International Certificate of Vaccination) adalah dokumen yang didapatkan calon jemaah haji atau umrah setelah mendapatkan vaksin meningitis meningokok. Pada dokumen tertera nama, alamat, jenis kelamin, jenis vaksin, nomor batch, tanggal penyuntikan, dan nama dokter yang menyuntikkan. ICV merupakan salah satu syarat utama untuk mendapatkan visa dari Kedutaan Besar Arab Saudi.

ICV bisa didapatkan dengan mendatangi Kantor Kesehatan Pelabuhan atau instansi pelayanan kesehatan yang ditunjuk langsung pemerintah. Di sana, pemohon akan diminta mengisi formulir permohonan vaksinasi. Sebelum vaksin diberikan, pemohon wajib mendapatkan pemeriksaan fisik oleh petugas medis. "Bila tidak ada kontraindikasi maka vaksin diberikan sesuai prosedur," ujar Andi.

Selain pemberian vaksin, buku ICV baru akan diberikan kepada pemohon jika identitas diri dan foto telah dimasukkan ke dalam sistem barcode scanner oleh petugas dan telah ditandatangani pejabat yang berwenang serta disertai stempel.

Perhatikan Ruam

Gejala klasik meningitis seperti leher kaku atau ruam baru muncul kurang lebih 13 - 22 jam setelah gejala awal muncul. Di antaranya demam, muntah-muntah, sakit kepala berat, sensitif terhadap cahaya, sangat mengantuk, bingung, dan kejang-kejang. Ruam jenis petechiae yang juga merupakan gejala meningitis. Meski tidak selalu ditemukan pada kasus meningitis tapi ruam harus benar-benar diperhatikan karena termasuk gejala spesifik. Biasanya ruam berwarna kemerahan atau ungu. Tekan ruam tersebut dengan gelas atau tangan, jika warnanya tidak berubah, segera periksakan diri ke dokter.

Astrid Isnawati