Tahun 1994 saya sempat ditempeleng sampai telinga saya berdarah. Suami juga menendang. Tahun 2005 kepala sempat dipukul dengan stik golf sampai saya pingsan. Dan yang terakhir tahun 2010. Semua tindakan kasar itu dilakukannya karena saya minta cerai. Aneh juga. Kalau memang dia tidak mau saya cerai, ya, perlakukan saya dengan baik. Yang terakhir, masalah Lebaran.
Sepanjang menikah selama 22 tahun, belum pernah sekali pun saya bisa berlebaran di Bandung, tempat keluarga saya. Suami selalu menolak. Maunya berlebaran di Kudus, di keluarga besarnya. Gara-gara saya minta Lebaran di Bandung, ia marah dan saya disiksa. Bahkan saat peringatan setahun ayah saya meninggal dan keluarga besar memutuskan membuat selamatan saat Lebaran, saya tetap tidak boleh berlebaran ke Bandung. Padahal saya sudah memohon-mohon.
Jadi, setelah menikah hubungan dengan keluarga dibatasi?
Ya, begitulah. Saya tak boleh ke mana-mana dan berhubungan dengan siapa pun. Termasuk dengan keluarga, teman atau sahabat saya. Padahal, semua orang, kan, ingin ngobrol, curhat atau apa saja dengan keluarga atau teman. Bukan bermaksud mau mengumbar aib keluarga tetapi sharing saja. Tapi suami selalu melarang. Kalau ada keluarga yang datang, juga harus izin suami. Itu pun tidak boleh berlama-lama. Yang paling parah, semua orang dicurigai dan dicemburui. Bahkan keponakan sendiri saya dicemburui.
Bagaimana mau akrab, bertemu saja jarang bahkan nyaris tidak pernah. Itulah. Makin tua, saya merasa makin tidak betah hidup begini. Oke lah di rumah kami dicukupi kebutuhan. Tapi kalau diperlakukan demikian, mana ada yang bisa bertahan? Saya ingin hidup normal.
Jadi selama ini keluar rumah hanya jika diajak suami?
Ya. Bahkan kalau ada acara, saya disuruh pakai perhiasan yang mahal-mahal. Tapi setelah sampai rumah, semua perhiasan diminta lagi dan dimasukkan lemari, dikunci.
Jadi, apa yang diharapkan saat ini?
Saya ingin cerai. Saya ingin hidup normal seperti layaknya orang lain. Saya makin tua. Anak-anak sudah makin besar. Suatu saat mereka pasti akan keluar dari rumah karena menikah. Saya ingin cerai baik-baik. Kalau bisa, setelah cerai, saya tetap mau jadi sahabat.
Anak-anak juga sudah dewasa. Mereka bisa menentukan akan memilih ikut siapa. Kalau soal anak-anak, kan, bisa diasuh bersama. Saya yakin, hubungan darah tidak akan membuat ibu dan anak terpisah. Mereka tetap anak-anak saya. (Dari perkawinan Tuti dengan Djoko, lahir tiga anak. Dua sudah kuliah dan si bungsu kelas 3 SMP.)
Minta pembagian harta gono gini juga?