Dosen Jurusan Seni Tari ISI Surakarta ini punya cerita soal nama Thing Thong. "Suatu kali saya ikut pertunjukan teater. Saya berperan memencet bel kalau tamunya sudah datang. Bunyinya thing thong. Karena blocking, posisi duduk saya di panggung terhalang gong. Akibatnya pemeran tamu belum masuk, saya sudah pencet bel yang berbunyi thing thong. Nah, sejak itu teman-teman menyapa Thing Thong," ucap Setyoasih mengisahkan nama keartisannya.
Sebelum di Sahita, ibu tiga anak hasil pernikahannya dengan F. Hari Mulyatno ini bergabung di Teater Gapit pada 1982. Di Sahita ia dituntut berperan yang bertolak belakang dengan perannya sebagai dosen seni tari yang acapkali harus serius. Kepiawaiannya menari itulah yang membuat Thing Thong menjadi tempat bertanya rekan-rekan di Sahita untuk menyusun gerak tari Sahita di panggung.
Yang membanggakan Thing Thong sebagai penari, dialah penari bedaya pertama di Keraton Surakarta yang berasal dari "luar" tembok keraton. Tahun 1985, cerita Thing Thong, ia dipilih oleh GBPH Puspo, Putra PB XII, untuk menarikan bedaya di keraton. "Bahkan, saya bisa menari bedaya sampai empat kali," ucapnya kalem.
Sri Lestari (Cempluk)
Berhubung pipinya nyempluk, wajar orang yang mengenalnya menyapa Cempluk. Padahal nama aslinya cukup indah, Sri Lestari. Sstt, perempuan kelahiran Sragen (Jateng) 2 Januari 1972 ini satu-satunya artis Sahita yang belum menikah. "Sekarang masih cari jodoh," jelas guru semua bidang mata pelajaran untuk anak-anak SD dan SMP ini.
Mantan aktivis seni di kampus FKIP Surakarta ini adalah sarjana dari Jurusan Bahasa Indonesia yang suka menyanyi keroncong. Ia bergabung dengan Teater Gapit tahun 1994. Karena itu, kepada anak-anak yang les kepadanya, Cempluk tak segan mengenalkan tentang drama, blocking, property, kedisiplinan, dan cara membagi waktu.
Uniknya, banyak siswa maupun orangtua yang tidak tahu bahwa dirinya adalah artis Sahita. Semua gara-gara tertutup make-up tua mirip nenek habis kena letusan abu gosok dari dapur!
Rini Sulistyati