Kisah Tragis Eka di Dalam Pipa Besi (1)

By nova.id, Senin, 19 Maret 2012 | 23:18 WIB
Kisah Tragis Eka di Dalam Pipa Besi 1 (nova.id)

Kisah Tragis Eka di Dalam Pipa Besi 1 (nova.id)

"Eka, lulusan S1 yang tak mau jadi guru, rupanya bernasib tragis. (Foto: Repro, Rini S/NOVA) "

Tadinya mau diapakan pipa tersebut?

Rencananya saya berniat membawa pipa tersebut ke Flores, tempat asal saya, untuk dimakamkan secara layak. Saya juga tadinya sudah mau menjual rumah beserta semua aset di Surabaya lalu pindah ke Flores.

Kalau mau menghilangkan jasad tersebut, sebenarnya mudah buat saya. Saya memiliki usaha ekspedisi muatan kapal laut. Kalau mau, bisa saja pipa itu saya buang ke tengah laut dan tidak ada yang tahu. Tapi tidak saya lakukan. Saya memang ingin jasad Eka selalu dekat dengan saya. Saya sangat mencintai Eka. (Suara Emil melirih).

Kalau mencintai Eka, mengapa sampai membunuh?

Saya akui saya orang yang sangat temperamental. Bahkan tahun 2011 lalu saya sempat memukul Eka sampai lengannya retak. Tapi karena sama-sama cinta, kami akhirnya bersatu lagi. Soal mengapa bisa sampai membunuh, itu karena saya jengkel. Usaha saya untuk mendekatkan dia dan menempatkan dia di rumah bersama Yolan tidak dihargai. Malah dia berhubungan dengan lelaki lain. Saya naik pitam.

Bagaimana awal hubungan Anda dengan Eka?

Kami menjalin asmara sejak tahun 2007. Eka adalah karyawan toko obat milik mantan pacar saya yang bernama Hanny di Yogyakarta. Ketika kami pacaran, saya sudah memiliki Yolan sebagai istri. Yolan sendiri adalah istri kedua saya. Patrecia Maria Merry, istri pertama saya, meninggal tahun 1994. Saat itu Stephani, anak kami, baru berusia 4 bulan.

Keluarga Eka tidak tahu Anda sudah beristri?

Awalnya tidak tahu. Di tahun 2008, saya sudah sempat minta (menikahi Eka) kepada keluarganya di Grobogan. Sambutan keluarga Eka saat itu sangat baik. Tapi, entah mengapa sebelum pernikahan kami terjadi, tahun 2009 sikap mereka berubah pada saya. Mungkin saat itu mereka tahu saya sudah berkeluarga.

Tapi karena kami sama-sama cinta, hubungan kami terus berlanjut. Eka saya tempatkan di rumah yang saya beli di Yogyakarta. Setelah dua tahun di Yogyakarta, saya boyong dia ke rumah saya di Surabaya tahun 2011 lalu. Supaya kami lebih dekat. Selain itu, belakangan keadaan keuangan saya kurang mendukung.

Eka dan Yolan menerima keadaan ini?

Proses kepindahan Eka ke rumah cukup lama. Awalnya, kalau malam hari Eka tidur di dalam mobil yang diparkir di depan rumah. Bahkan pernah mobilnya saya parkir di depan mini market di dekat rumah. Lama-kelamaan Yolan tahu, akhirnya Eka diizinkan tinggal di dalam rumah meski suasananya tidak nyaman. Meski serumah, mereka tak pernah bertegur sapa.