"Saya dapat kabar anak saya dapat musibah kecelakaan dari BBM (Blackberry Messenger) tapi dari pihak Yayasan belum dapat kabar," kata Evi (33), ibu dari Yosefine Seren (6), salah satu anak yang menjadi korban tabrakan.
Menurut Evi, biasanya murid-murid berolahraga di lapangan dalam sekolah dan di aula. "Namun, karena di aula masih banyak barang menumpuk bantuan untuk korban kebakaran yang berada dekat sekolah ini. Mungkin, sudah nahas saat itu anak-anak olahraga di luar lapangan," ujar ibu tiga anak ini.
Peristiwa ini terjadi pada jam 10.00 pagi ketika Marini, seorang guru di Perguruan Buddhis Bodhicitta, hendak mengeluarkan mobil dari tempat parkir demi memberi ruang anak-anak didiknya bersenam pagi. Marini yang oleh siswanya dipanggil Miss Kurus itu pun masuk ke mobil perak bernopol BK 1272 VQ.
"Entah bagaimana, mobilnya mundur ke belakang. Mungkin, Marini yang biasa mengendarai mobil matic jadi agak gugup saat mengemudikan mobil dengan rem manual,"ujar Evi.
Karena mobilnya terus maju mundur, seorang guru bernama Husin berusaha menahan mobil dari belakang. Karena tak kuat menahan berat mobil, Husin juga sempat mengalami keseleo dibagian tangan kirinya. Di saat-saat gugup dan panik itu, tahu-tahu sudah ada empat orang anak yang berada dikolong mobil. Mobil baru berhenti setelah menabrak tembok.
"Rasanya kecut hati ini membayangkannya. Walau tubuh anak-anak itu lebam-lebam tapi syukurlah kepala mereka tak apa-apa, apalagi sudah di scan tak ada masalah. Cuma terkena benturan saja. Anak saya juga hanya mengalami lecet di kaki kiri dan kanan," kata Evi menjelaskan dari 17 korban dan seorang guru yang masuk rumah sakit," dua orang masuk ruang ICU dan beberapa orang murid mengalami luka patah tangan dan kaki bahkan ada yang mengalami patah jari telunjuk saat kejadian.
Sayang Murid
Menurut Evi, kejadian memilukan itu menjadi kisah naas bagi sang guru. Selama ini, Marini dikenal baik dan sayang pada murid-muridnya. "Murid-murid suka memeluk dan manja padanya. Kalau sudah musibah memang tak ada yang bisa mengelak, ya," lanjutnya.
Evi menyimpulkan, Marini kagok membawa mobil dengan mesin manual. "Selama ini dia memakai mobil matic. Biasanya pun tak ada masalah," sebut Evi.
Kecelakakan yang terjadi di Kompleks Perguruan Buddhis Bodhicitta yang terletak dikawasan padat penduduk di Jl. Selam ini sangat menyita perhatian warga. "Sebenarnya, niat sang ibu itu baik dan murni ingin memberikan ruang yang lebih lapang untuk anak-anak yang sedang berolah raga. Namun, niat baiknya itu justru berujung bencana," ujar Direktur Pendidikan Perguruan Buddhis Bodhicitta Peter Lim didampingi Perwakilan Yayasan, Rudi Rahman, saat ditemui NOVA di RS Columbia Asia.
"Saya mewakili dari pihak sekolah mohon maaf atas musibah yang terjadi. Pihak sekolah akan menanggung seluruh biaya perawatan anak-anak hingga sembuh baik fisik maupun mental mereka. Kami juga mengakui anak-anak olahraga di lapangan yang tidak ada pagar pembatas di lokasi kejadian. Saya akui kejadian ini begitu cepatnya, mobil mundur maju tentu saja sang ibu guru itu panik ," ujar Peter menjelaskan sebelumnya ibu guru Marini sudah memberitahu pada atasannya dia akan menggeser mobil temannya agar anak-anak leluasa bermain di lapangan.