Kisah Murid yang Ditabrak Guru Sendiri

By nova.id, Sabtu, 3 Maret 2012 | 13:54 WIB
Kisah Murid yang Ditabrak Guru Sendiri (nova.id)

Kisah Murid yang Ditabrak Guru Sendiri (nova.id)

"Evi dan Yosefine (Foto: Debbi) "

Peristiwa guru menabrak murid-muridnya kembali terjadi di Medan. Dua murid dari tujuh belas murid yang jadi korban, mendapat luka serius dan masuk ruang ICU.

 "Saya dapat kabar anak saya dapat musibah kecelakaan dari BBM (Blackberry Messenger) tapi dari pihak Yayasan belum dapat kabar," kata Evi (33), ibu dari Yosefine Seren (6), salah satu anak yang menjadi korban tabrakan.

Menurut Evi, biasanya murid-murid berolahraga di lapangan dalam sekolah dan di aula. "Namun, karena di aula masih banyak barang menumpuk bantuan untuk korban kebakaran yang berada dekat sekolah ini. Mungkin, sudah nahas saat itu anak-anak olahraga di luar lapangan," ujar ibu tiga anak ini.

Peristiwa ini terjadi pada jam 10.00 pagi ketika Marini, seorang guru di Perguruan Buddhis Bodhicitta, hendak mengeluarkan mobil dari tempat parkir demi memberi ruang anak-anak didiknya bersenam pagi. Marini yang oleh siswanya dipanggil Miss Kurus itu pun masuk ke mobil perak bernopol BK 1272 VQ.

"Entah bagaimana, mobilnya mundur ke belakang. Mungkin, Marini yang  biasa mengendarai mobil matic jadi agak gugup saat mengemudikan mobil dengan rem manual,"ujar Evi.

Karena mobilnya terus maju mundur, seorang guru bernama Husin berusaha menahan mobil dari belakang. Karena tak kuat menahan berat mobil, Husin juga sempat mengalami keseleo dibagian tangan kirinya. Di saat-saat gugup dan panik itu, tahu-tahu sudah ada empat orang anak yang berada dikolong mobil. Mobil baru berhenti setelah menabrak tembok.

"Rasanya kecut hati ini membayangkannya. Walau tubuh anak-anak itu lebam-lebam tapi syukurlah kepala mereka tak apa-apa, apalagi sudah di scan tak ada masalah. Cuma terkena benturan saja. Anak saya juga hanya mengalami lecet di kaki kiri dan kanan," kata Evi menjelaskan dari 17 korban dan seorang guru yang masuk rumah sakit," dua orang masuk ruang ICU dan beberapa orang murid mengalami luka patah tangan dan kaki bahkan ada yang mengalami patah jari telunjuk saat kejadian. 

Sayang Murid

Menurut Evi, kejadian memilukan itu menjadi kisah naas bagi sang guru. Selama ini, Marini dikenal baik dan sayang pada murid-muridnya. "Murid-murid suka memeluk dan manja padanya. Kalau sudah musibah memang tak ada yang bisa mengelak, ya," lanjutnya.

Evi menyimpulkan, Marini kagok membawa mobil dengan mesin manual. "Selama ini dia memakai mobil matic. Biasanya pun tak ada masalah," sebut Evi. 

Kecelakakan yang terjadi di Kompleks Perguruan Buddhis Bodhicitta yang terletak dikawasan padat penduduk di Jl. Selam ini sangat menyita perhatian warga. "Sebenarnya, niat sang ibu itu baik dan murni ingin memberikan ruang  yang lebih lapang untuk anak-anak yang sedang berolah raga. Namun, niat baiknya itu justru berujung bencana," ujar Direktur Pendidikan Perguruan Buddhis Bodhicitta Peter Lim didampingi Perwakilan Yayasan, Rudi Rahman, saat ditemui NOVA di RS Columbia Asia.

"Saya mewakili dari pihak sekolah mohon maaf atas musibah yang terjadi. Pihak sekolah akan menanggung seluruh biaya perawatan anak-anak hingga sembuh baik fisik maupun  mental mereka. Kami juga mengakui anak-anak olahraga di lapangan yang tidak ada pagar pembatas di lokasi kejadian. Saya akui kejadian ini begitu cepatnya, mobil mundur maju tentu saja sang ibu guru itu panik ," ujar Peter menjelaskan sebelumnya ibu guru Marini sudah memberitahu pada atasannya dia akan menggeser mobil temannya agar anak-anak leluasa bermain di lapangan.

Namun, peristiwa ternyata lain, begitu mendengar peristiwa itu dia langsung kaget. "Saya juga yakin kejadian ini mungkin tak kita inginkan," ujar Peter lagi.

Setelah kejadian itu, kata Peter, Marini sempat syok, pingsan dan syok lagi. "Dia mengakui kesalahan, kok. Dia bilang mau menyerahkan diri dan bertanggung jawab dengan perbuatannya. Pihak sekolah akan mempertimbangkan kasus ini."

Jika ada unsur kelalaian pihak sekolah tak akan menutup kasus ini, "Kami akan bertindak  tegas, bisa-bisa Marini dikeluarkan dari sekolah," ujar Peter yang mengaku Marini belum ditunjuk sebagai guru tetap, tapi hanya guru kecakapan. "Kebanyakan guru-guru disini adalah volunteer."

Setelah peristiwa terjadi, Marini langsung mendapat penanganan dokter dan rekan-rekannya. " Kami akan terus mendampinginya, dia sudah berani berbuat harus berani mempertanggung jawabkan perbuatannya," ujar Peter.

Beberapa korban dari delapan belas korban yakni Robert,  Angeline Derrick, Jessica, Josephine, Kelly Tan Win, Kezia Akiko, Sheren, Sylvia, Tasya, Yosephine Sheren Manurung, Yunita dan lain-lain. "Kami berjanji akan benar-benar mendampingi korban yang betul-betul urgent. Kami sebenarnya menyesal apalagi peristiwa ini diluar pengetahuan kami. Kami mohon maaf untuk keluarga korban."

Sampai saat ini, Marini (30) masih diamankan polisi. "Tapi, dia masih syok dan trauma sehingga sampai saat ini belum diperiksa. Dugaan sementara guru menginjak gas terlalu kencang dan tak dapat mengendalikan mobilnya," ujar Wakapolresta Medan, AKBP Pranyoto saat ditemui di RS Columbia Asia Medan.

Debbi Safinaz