Sang Maestro Jazz dalam Kenangan (2)

By nova.id, Jumat, 24 Februari 2012 | 23:54 WIB
Sang Maestro Jazz dalam Kenangan 2 (nova.id)

Beberapa waktu kemudian Bubi mulai mempelajari jazz secara otodidak. Ia juga mengikuti kursus tertulis pada Wesco School of Music, New York, tahun 1955-1957. Salah seorang gurunya adalah Teddy Wilson, murid dari tokoh swing legendaris Benny Goodman

Dan Bubi meninggal di usia 74 tahun di RS Telogorejo, Semarang, Kamis (16/12) lalu. Bubi meninggal akibat sakit diabetes yang sudah lama dideritanya, bahkan sejak ia masih berusia muda. "Bapak sebenarnya sudah menderita diabetes sejak usia 30-an. Tapi dia tak pernah menghiraukan sakitnya," terang Howie.

Kondisi kesehatan Bubi semakin menurun sekitar 3-4 tahun belakangan ini. Puncaknya, sekitar tahun 2010 kaki kiri Bubi sampai harus diamputasi. Selang setahun kemudian, giliran kaki kanannya yang harus diamputasi akibat diabetesnya. Pada saat kedua kakinya telah diamputasi, menurut Howie, Bubi tak terlalu menyesalinya. Karena sang ayah pernah berujar, "Masih untung kaki yang diamputasi, bukan tangan. Jadi saya masih bisa main musik."

"Bapak orangnya memang Jawa banget. Makanya, meski kedua kakinya sudah diamputasi, masih bisa bilang untung," seloroh Howie. Benar saja, kendati sudah kehilangan kedua kakinya, tak menyurutkan semangat Bubi untuk tetap bermain musik. Bahkan, ia sempat tampil di Jazz Traffic Festival Surabaya, November lalu. "Meski sudah tak punya kaki, Bapak tak pernah menyembunyikannya. Saya juga senang karena jadi banyak orang tahu kondisi sebenarnya, " ujar Howie.

Sebagai anak, tentu saja Howie mengkhawatirkan kondisi sang ayah yang kian memburuk. Misalnya, dengan menganjurkan ayahnya untuk berhenti bermusik. Namun tanpa diduga, Bubi malah berujar, "Bunuh saja saya kalau disuruh berhenti main musik. Buat apa saya hidup?" "Meski sakit, Bapak senang kalau punya mobilitas tinggi. Sosok Bubi Chen memang sosok yang gila kerja," ucap Howie lagi.

Kesan serupa juga diungkapkan Dewa Budjana, gitaris band GIGI. Dalam pandangannya, Bubi adalah sosok yang penuh semangat. Budjana mengaku terakhir bertemu Bubi sekitar tahun 2010 di Semarang, pasca kaki kiri Bubi diamputasi. Saat menjenguk Bubi, Budjana sempat mengobrol panjang dengan Bubi. Ia bahkan merekam semua obrolannya dengan Bubi. Dalam obrolan itu Bubi mengeluh bahwa ia tak suka dibilang sakit.

"Misalnya ada temannya bilang, 'Ah Om Bubi sudah sakit, nih. Sudah tak bisa main lagi.' Dia sangat tersinggung," kisah Budjana saat memberikan penghormatan terakhir di Krematorium Eka Praya.

Amir Tejo