Kisah Sukses Perajin Tenun Troso (2)

By nova.id, Jumat, 2 Desember 2011 | 23:12 WIB
Kisah Sukses Perajin Tenun Troso 2 (nova.id)

Kisah Sukses Perajin Tenun Troso 2 (nova.id)
Kisah Sukses Perajin Tenun Troso 2 (nova.id)

"Putra bungsu Siti, Mulyanto, turun tangan membantu usaha ibunya. (Foto: Henry Ismono) "

Bertemu Pejabat Penting

Kini, tenun Troso sudah menjadi andalan Jepara, bahkan Troso menjadi kawasan wisata belanja yang menarik. Pembeli bisa leluasa memilih showroom yang disukai. Pada saat Lebaran, tutur Siti, sudah pasti menjadi ladang rezeki tersendiri bagi para pengusaha tenun. Banyak pemudik yang menjadikan kain tenun Troso buah tangan yang menarik.

"Bahkan, banyak orang dari luar kota yang sengaja datang ke mari untuk belanja," kata Siti yang menyediakan beragam produk. Mulai dari bahan busana, pakaian jadi, taplak meja, gorden, bahan jok, hiasan dinding, bedcover dan seterusnya. Harganya pun beragam. Untuk busana antara Rp 100-150 ribu.

Selama menjalankan usaha, begitu banyak pengalaman berharga dialami Siti. Ia kerap bertemu pejabat penting di masanya. Misalnya saja mantan Wapres Try Soetrisno, mantan Menteri Soebijakto Tjakrawerdaja, dan masih banyak lagi. "Biasanya saya bertemu dengan mereka saat pameran. Tapi, sering juga pejabatnya berkunjung langsung ke Troso."

Menurut Siti, total kapasitas produksi mencapai Rp 70-100 juta per bulan. Selain banyak pengunjung datang langsung ke Lestari Indah, secara berkala Siti mengirimnya ke pelanggan di berbagai daerah. "Saya mengirim sampai ke Palopo, Pontianak, Samarinda, dan tentu saja Bali yang tetap jadi barometer."

Sebagai salah satu perintis tenun Troso, Siti termasuk dituakan oleh rekan perajin lainnya. Tak jarang, Siti dimintai nasihat oleh perajin yang lebih muda. Bahkan, Siti sering membantu pemasaran perajin kecil. "Saya dengan senang hati berkomunikasi dengan perajin lain."

Siti pun sudah menyiapkan kader pengganti untuk meneruskan usahanya. Sang putra, Mulyanto, kini menjabat sebagai manajer di perusahaannya. Bahkan, Siti sudah sejak melibatkan anak-anaknya sejak kecil. "Saya digaji Ibu," cetus Mulyanto yang sudah membantu ibunya sejak SMP.

Saat ia kecil, lanjut ulyanto, sang ibu selalu memberinya uang jajan setelah ia membantu ibunya. "Sekarang pun begitu. Kalau ada cucu-cucu Ibu yang membantu, pasti diberi uang jajan. Kini, saya sudah mulai memproduksi tenun. Hasilnya saya setorkan ke Ibu," imbuh bungsu dari empat bersaudara ini.

Dengan regenerasi itu, Siti dan Mulyanto berharap, tenun Troso akan tetap lestari dan indah. "Itulah yang dicita-citakan mendiang Ayah," kata Mulyanto menutup pembicaraan.

Henry Ismono