Seorang Polisi Dituding Aniaya Calon Kakak Ipar

By nova.id, Rabu, 16 November 2011 | 09:24 WIB
Seorang Polisi Dituding Aniaya Calon Kakak Ipar (nova.id)

Seorang Polisi Dituding Aniaya Calon Kakak Ipar (nova.id)

"Foto: dok. pri "

Merasa dipukul polisi yang tak lain pacar adik iparnya, ibu tiga anak ini beserta pembantunya melapor ke pihak berwajib. Sang polisi beserta pacarnya balas melapor dengan alasan penganiayaan.  

Rina Mayrida Pasaribu (29) diminta mengantarkan ketiga anak mereka, Joshua (9), Jevon (6), dan Jeffry (3) ke rumah Danny, adik Benny yang tinggal berdekatan dengannya di komplek Pondok Karya, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Hari itu, kata Rina, Benny yang sudah setahun pisah rumah darinya, ingin mengajak ketiga anak mereka berenang dan menjemput mereka di sana, sebelum berangkat ke Kalimantan besok paginya.

Karena hari itu rumah Danny sedang ramai, Rina minta kedua pembantunya mengantarkan anak-anak ke rumah Jenny, adik iparnya yang juga tinggal tak jauh darinya. Belum lama pergi, anak-anak sudah pulang. "Mami, kata Boru (Jenny), Papi pergi ke Australia," ujar Rina menirukan ucapan anaknya sore itu. Rina sempat heran, tapi lalu kembali meminta mereka berangkat ke rumah Jenny. Tak lama, mereka kembali pulang, kali ini sambil menangis.

"Kata Jenny, papi mereka ke Kalimantan," lanjut istri perwira polisi ini. Penasaran, bersama kedua pembantunya Rina lantas mengantarkan anak-anaknya ke rumah Jenny Marbun (24). Sampai di sana, Rina minta Jenny memberitahu Benny bahwa anak-anak sudah menunggu. Jenny yang saat itu di kamar, menurut Rina, menolak. Ia minta Rina menelepon sendiri. "Saya menolak. Kalau saya yang menelepon, pasti tidak diangkat," kilah Rina yang kaget lantaran Jenny membanting ponselnya.

Mendengar ribut-ribut, Juventus Pasaribu, kekasih Jenny yang tengah tiduran di ruang tamu, mendatangi Rina. "Ia menarik leher baju saya dari belakang, sambil melarang saya berisik. 'Jangan sampai gue teriakin maling. Pergi dari sini'," ujarnya. Rina mengomel, melarang Juve ikut campur lantaran pria yang sehari-hari berdinas di Satuan Intel Sosial Politik Polda Metro Jaya ini dianggapnya sebagai orang luar.

Juve lalu memukul Rina. Keduanya beradu mulut sambil berteriak. "Saya tidak pernah ikut campur soal kumpul kebonya dengan Jenny selama ini. Jadi jangan ikut campur soal hubungan saya dengan adik ipar dan suami," tutur Rina yang makin kesal karena Juve mengungkit soal Benny yang sedang dalam proses menceraikan Rina. Juve kembali memukul Rina. Salah satu pembantu Rina berusaha melerai, tapi Juve terus mendorong Rina hingga keluar rumah.

Lapor Polisi

Tak lama, para tetangga berdatangan. Saat itulah, Juve masuk ke dalam rumah. "Ketika keluar, dia sudah bawa tali rafia, mau mengikat saya. Dia bilang, saya menggigitnya sampai berdarah. Padahal, itu bohong. Semua orang juga tahu itu," ujarnya. "Malah, kaki saya berdarah terkena kuku jempol Juve waktu mau mengikat saya. Untung saya melawan. Karena enggak enak sama warga, akhirnya kami pulang. Menyiapkan susu anak-anak sebentar, lalu berangkat ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian ini."

Usai melapor ke Provost Polda Metro Jaya dan visum di RS Jakarta, mereka tiba di rumah sekitar pukul 21.00. Belum lama masuk ke rumah, datang rombongan Jenny. "Mereka berenam, yaitu Juve, Jenny, Johny (adik Benny, Red.), serta Danny. Dua orang yang saya tidak kenal, menunggu di luar sambil merusak pagar dan menjatuhkan motor saya. Juve dan adik-adik Benny memaki dengan kata-kata kotor. Juve juga mencekik saya," papar Rina. Adu mulut kembali terjadi.

Melihat Juve memukul Rina, Susi dan Indra (19), kedua pembantu yang tengah menidurkan Joshua dan Jevon, keluar kamar hendak melerai. "Tapi mereka malah dipukuli sampai terlempar ke lemari kamar. Paha Indra membiru, kepala Susi langsung pusing. Anak-anak ketakutan melihat Juve yang selama ini mereka kenal baik, jadi kesetanan begitu," kisah Rina yang saat itu menangis. Saat itulah, Rina lari ke belakang untuk menelepon Provost Polda Metro Jaya. Tak lama, empat polisi datang melerai.  

Besoknya, Rina kembali melaporkan Juve ke Polda Metro Jaya atas penganiayaan terhadap Indra. "Kalau polisi enggak segera datang, kedua pembantu saya bisa mati dipukuli. Yang bikin saya kesal, saya dan dia sama-sama bermarga Pasaribu. Dalam adat Batak, orang yang bermarga sama itu seperti saudara kandung. Dia kok, berani-beraninya berbuat seperti ini pada saudaranya sendiri," tukasnya dongkol. 

Yang membuat Rina jengkel, mereka melakukan semua itu di depan anak-anak Rina, yang notabene keponakan mereka sendiri. "Mereka seperti tidak punya hati. Padahal dulu, waktu hubungan saya dan suami masih bagus, Juve baik pada saya. Kalau memang mau balas dendam atau membunuh saya, lakukan di luar, jangan di depan anak-anak," tandas perempuan berambut panjang ini.

Anak-Anak Trauma

Sejak peristiwa itu, anak-anak Rina jadi trauma. Selain ketakutan dan tak mau lagi berkunjung ke rumah Jenny, mereka juga jadi sulit percaya pada orang lain. "Yang bungsu, misalnya, sama sekali enggak mau saya tinggal. Jevon sempat mogok sekolah karena takut. Malam itu, dia tidur-tidur ayam. Tiap mendengar suara motor, langsung bangun dan nanya, saya sudah mengunci pintu rumah atau belum."

Sebetulnya, imbuh Rina, ia sudah menceritakan peristiwa itu pada suaminya. Foto-foto bukti juga ia kirim lewat ponsel. Namun, tak ada reaksi dari Benny. "Jangankan biaya membetulkan pagar, bulan lalu saja dia tidak mengirim uang untuk anak-anak. Mereka sebetulnya tidak suka saya tidak mau tanda tangan surat perceraian. Saya heran, Jenny kok, malah membiarkan abangnya punya selingkuhan. Dia, kan, perempuan juga."

Kini, Rina berharap Juve dihukum dengan seadil-adilnya. "Dia, kan, aparat kepolisian, tapi kok, malah menganiaya," ujar Rina yang juga melapor ke KPAI karena anak-anak mengalami trauma dan agar ada mediasi dengan suaminya. Lain versi Rina, lain pula versi Jenny. Ditemui di rumahnya tak jauh dari rumah Rina, Kamis (3/11), Jenny membantah semua ucapan Rina. Ia justru menuduh Rina berbohong.

"Yang benar hanya soal dia datang ke sini dan saya datang ke rumahnya. Dia memang gila dan temperamental, makanya abang saya enggak tahan. Saya heran, kok berani dia menyebarkan berita bohong, termasuk ke polisi," tukas Jenny yang saat itu hendak pergi dengan Juve, berang. Menurutnya, saat ia telepon, Benny menyuruh anak-anak pulang. "Saya pulangkan, eh, mereka balik lagi dengan Rina," kisah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta yang akan diwisuda November ini.

Ketika datang, Rina langsung menggebrak pintu saat masuk ke rumahnya, lalu masuk ke kamar Jenny. "Waktu itu, saya sedang menelepon Bang Benny. Tanpa bicara apa-apa, mendadak dia menampar saya dua kali. Saya minta dia bicara sendiri pada Bang Benny, tapi dia malah melemparkan ponsel saya ke arah Juve, sampai berserakan. Karena itulah Juve bangkit dan melerai, tapi dia malah marah-marah dan menggigit Juve waktu didorong keluar rumah. Dia juga teriak maling, sampai akhirnya warga datang."

Tangan Bengkak

Di luar rumah, menurut Jenny, Rina memaki-maki sambil berteriak. "Juve enggak terima, makanya dia menyuruh Rina pulang. Juve masuk lagi untuk mengambil tali rafia, niatnya memang untuk mengikat tangan Rina karena dia tak punya borgol. Maksudnya, setelah itu mau dibawa ke kantor polisi, tapi batal. Kami punya bukti kalau dia menggigit. Tangan Juve sampai berdarah. Justru Juve tidak memukul seperti dia bilang. Tangannya sedang bengkak, bagaimana bisa memukul?"

Rina akhirnya pulang setelah Danny diminta datang oleh Jenny. Sore itu juga, ditemani Jenny, Juve melaporkan Rina ke Polsek Mampang. Soal peristiwa malam harinya, Jenny mengaku tak bermaksud balas dendam. "Dia datang ke rumah saya sambil marah-marah, kami hanya ingin bertanya ada apa sebenarnya," kilah Jenny. Namun, Rina malah memaki-maki seperti orang kesetanan. Yang membuat Jenny kesal, kedua pembantu Rina juga ikut memarahinya sambil menunjuk-nunjuk di depan wajah Rina.

"Juve tidak terima. Dia mengibaskan tangan pembantu itu, tapi mungkin karena kehilangan keseimbangan, mereka akhirnya mental ke lemari," belanya. Menurut Jenny, kekasihnya sama sekali tidak memukul Rina maupun kedua pembantunya. "Tema skripsi Juve adalah kekerasan dalam rumahtangga, masak dia sendiri juga melakukan tindak kekerasan? Dia tahu diri kok, dia kan, aparat, tidak bisa sembarangan memukul orang."

Yang jelas, tutur Jenny, pihaknya datang hanya berempat. "Yang lainnya itu warga sekitar rumahnya yang justru membela kami. Mereka yang merusak pagar. Mereka sendiri sebetulnya pengin Rina keluar dari komplek itu karena selama ini tingkahnya sudah mengganggu warga sekitar. Malam itu, enggak ada warga yang membelanya, padahal ketua RT juga ada di sana," ungkap perempuan berambut panjang ini. 

Tujuan Juve dan Jenny melapor ke polisi, supaya Rina tidak lagi bersikap seenaknya. Soal status Juve yang notabene anggota kepolisian, Jenny mengatakan sampai saat ini Juve tetap beraktivitas seperti biasa di kantornya. "Mungkin nanti akan ada pemeriksaan dari kantornya, tapi enggak apa-apa, biar terbuka semua apa yang sebenarnya terjadi. Biar orang tahu siapa sebenarnya yang berbohong," tuturnya.

Hasuna Daylailatu