Pertanyaan tantingan itu berlangsung di Kagungan Dalem Emperan Bangsal Prabayekso, Keraton Yogyakarta, Senin (17/10) malam. Mengenakan kebaya warna emas, dipadu dengan kain jarik model ubed-ubed motif taruntum, GKR.Bendara tampak anggun dan cantik. Dengan sanggul atau ukel tekuk, di dahi GKR.Bendara sudah terlihat goresan pensil alis dari perias Hj.Tienuk Rifki. "Itu namanya masih dihalub-halubi. Maksudnya baru dibuat sketsa tipis paes putri. Baru esok pagi dipaesi dengan gaya Paes Ageng gaya Ngayogyakarta," terang Tienuk.
Usai menanting puteri yang akan dinikahkannya, Sultan HB X disertai GKR.Hemas, langsung menuju ke Bangsal Kasatrian untuk menemui calon pengantin pria. Sementara GKR.Bendara kembali disengker atau dipingit di Sekar Kedaton.
Tiba di Gedong Sri Katon, Ngarsadalem Sri Sulan HB X dan permaisuri, disambut oleh segenap para pangeran (adik-adik Sultan HB X) yang mengenakan busana beskap yang terbuat dari kain lurik warna ungu semi maroon. Tampak pula kerabat keraton lainnya, berikut keluarga besar KPH.Yudanegara asal Lampung. Sultan HB X tampak duduk beralaskan sebuah bantal persegi empat, berdampingan dengan GKR.Hemas. Tak ada pembicaraan khusus di sesi ini.
Sekitar 10 menit kemudian, Sultan tampak beranjak dari bantal kebesarannya lalu masuk ke sebuah ruang, diikuti GBPH.Prabukusumo dan KPH.Yudanegara. Beberapa menit kemudian Sultan muncul lagi diikuti sang menantu yang telah menggenggam seikat bunga mawar warnan putih dan peach serta sekotak perhiasan. Bunga mawar itu lantas dititipkan Yudanegara kepada Sultan agar diberikan kepada calon istrinya sebagai tanda salam cintanya. GKR.Hemas beserta seluruh kerabat pun tak kuasa menahan senyum bahagianya.
Senin (17/10) malam, kedua mempelai terpisah jarak antara Bangsal Kasatrian dan Sekar Kedaton. Entah, apakah Ubai sudah mengecek kiriman bunga itu lewat BBM-nya kepada Jeng Reni atau belum.
Rini Sulistyati