Fira dan Pras mengubah panel on/off pada alarm rumah jadi alat sensor terhadap air sehingga alarm berbunyi ketika tempatnya basah atau berair. " Kami menggunakankan kancing bulat dengan knop atas lebar dan dipasang beberapa buah agar permukaan sensor lebih luas. Kancing yang terbuat dari logam akan menjadi indikator baik untuk mendeteksi cairan yang keluar dari bayi, baik kencing maupun keringat."
Untuk berkreasi membuat alat ini Fira dan Pras butuh waktu tiga mingu. " Tapi, karena di sekolah ada laboratoium pengenalan technologi saat itu kami tak putus asa, jika gagal coba lagi dan coba lagi hingga beberapa kali sampai berhasil. Yang jadi kendala kami saat itu, jika bayi kan tak bisa mencet tombol, jadi tombol harus diganti dengan keping sensor yang dibuat dari plastik atau bahan yang bisa menyerap air dengan bantuan alat dua kancing baju,"vujar Fira menjelaskan lokasi booth mereka saat itu berada paling pojok ujung, dari pintu masuk Assembly Hall JCC.
Kemudian untuk dapat membuat sensor terkenah air lalu alarm berbunyi. " Awalnya kami masih perlu tantangan untuk mengaktifkannya. Berkat bantuan guru pembimbing dicobalah bantuan transistor," ujar Fira yang sejak 2006 tinggal di Medan karena ayahnya mutasi kerja ke Medan.
Setelah alat ini siap untuk dipakai, cara meletakkan alat ini. " Jika bayi lagi tidur, alat keping sensor ini diselipkan diantara perlak dan alas tidur bayi tepatnya di daerah pantat bayi. Jadi, kalau bagian sensor terkenah air atau bayi ompol maka alarm akan berbunyi, itu menandakan bayi sudah ompol. Jadi, dengan penggunaan alat ini bayi tak perlu lagi memalai pembalut bayi."
" Ketika sensor basah, maka rangkaian tambahan dari modifikasi alarm unit akan dialiri arus listrik yang kecil dari batere. Karena untuk mendapatkan tegangan dengan voltase kecil, transistor menjadi aktif pada posisi on," ungkap Fira yang diiyakan Pras dan ibu mereka yang selalu setia menemani mereka jika ketemu wartawan cetak dan elektronika.
Alat kreasi Fira dan Pram juga telah diterapkan pada bayi-bayi, " bahkan kami telah mencoba menerapkannya di Ruangan Perawatan Bayi termasuk Ruang Neonatus di sebuah Rumah Sakit Medan, pada bayi-bayi yang baru lahir dan berada dalam inkubator sekalipun. Alat kami ini terbukti mempercepat respons time dari para perawat untuk segera mendatangi bayi yang telah mengompol sehingga bayi tersebut dapat segera dikeringkan terlebih bayi baru lahir memang tak boleh dipakaikan "Dispossable Diaper".'
Alat yang diciptakan Fira dan Pras ini ditetapkan sebagai kreasi terbaik Tingkat Nasional dalam Kategori Teknologi Terapan. Kedua bocah ini juga tercatat sebagai salah satunya perwakilan Pulau Sumatera yang meraih penghargaan pada kontes itu. Penghargaan ini sekaligus mengangkat citra Medan di tingkat Nasional dalam bidang ilmu pengetahuan.
Dalam pameran di Jakarta kemarin hasil keasi Fira dan Pras sangat surprise bagi pengunjung. Ada yang merasa heran dan penasaran membeli dan ingin mencobanya di rumah. Banyak juga pengunjung yang langsung memesan alat sederhana itu. " Insya Allah setelah habis ujian nanti kami mulai merangkai alat itu karena sudah banyak yang pesan," ujar Fira tersenyum.
Dengan hadiah sebesar Rp 10 juta Pras ingin membeli sesuatu yang berkaitan dengan robotik dan Fira ingin menabung uangnya saja. Sejak kecil Pras sudah menyukai hal-hal yang menyangkut robot. Ide dan kecerdikan Fira dan Pras ternyata sudah dikenal di lingkungan SD Swasta Pertiwi Medan.
Guru pembimbing mereka, Sunario mengaku Fira dan Pras memang lebih menonjol dan aktif dibandingkan siswa lain dalam kelompok siswa-siswi yang ikut PTD. Bahkan, " keduanya selalu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dalam interaksi dengan ibunya sehari-hari. Tak banyak anak seusia mereka yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Keduanya juga sudah berulang kali ikut berbagai perlombaan termasuk debat bahasa Inggris," ucapnya yang berharap akan banyak lagi siswa-siswi SD Pertiwi yang bisa membawa harum nama sekolah mereka kelak.
Debbi Safinaz