Heboh Wet Alarm For Baby

By nova.id, Sabtu, 17 September 2011 | 22:45 WIB
Heboh Wet Alarm For Baby (nova.id)

Heboh Wet Alarm For Baby (nova.id)

"Foto: Debbi "

Dua orang kakak beradik Brasmasto Rahman Prasojo (9) kelas 4 SD Pertiwi dan Fira Fatmasiefa (11) kelas VI sekolah yang sama di Medan, berkarya lewat Wet Alarm For baby yakni alat alarm untuk baby. Dari sembilan orang pemenang di seluruh Indonesia mereka salah satunya.

 Putra putri asal Bali dan Malang pasangan Dr Gede Pardianto,Sp.M dan Dr Diyah Purworini ini tak menyangka bisa tersaring jadi 9 pemenang Junior Scientist Award dari 199 peserta di seluruh Indonesia.  " Awalnya adik saya Pras dengar perbincangan ibu dan guru di sekolah. Memang guru-guru di sekolah kami sering konsultasi dengan ibu saya. Mungkin, karena ibu dokter umum. Mereka jadi suka sharing. Kesulitan para guru perempun mengajar terhalang karena bayi mereka kerap sakit. Kata bu guru pada ibu anaknya sering-sering sakit dan iritasi atau kemerah-merahan jika pakai pampers."

 Mungkin, kata Fira, karena sang bayi terlalu lama tak diganti popoknya oleh si ibu guru jika anaknya 'ompong'. Sebab,"  setiap bangun pagi celana bayi kerap lembab akibat mengompol saat tidur, sehingga popok bayi basah kuyup. Saat Pras mendengar itu, dia jadi mengerti bahwa gurunya tak hadir gara-gara itu apalagi kalau bayi sang ibu guru sering demam, " jelas Fira sambil memandang adiknya Pras.

Memang, ada guru di sekolah Fira dan Pras yang baru saja melahirkan, " Pras bilang cuti lagi cuti lagi, kapan bisa ngajarnya.  Apalagi selesai melahirkan tentu saja sang guru tak bisa cepat ngajar."  Padahal ujian semester sudah dekat awal Mei lalu. Persoalan ini disampaikan Pras pada ibunya di rumah. Dulunya, Pras pernah bilang, 'kok ibu guru enggak masuk-masuk. Padahal sudah mau ujian, gimana nanti ya ujian saya kan banyak pelajaran yang ketinggalan," tutur anak sulung ini menirukan ucapan adiknya.

Yang saat itu terlintas dipikiran Fira, mungkin banyak bayi-bayi yang mudah mengalami 'diaper rash' jika makai diaper terlalu lama. " Sementara jika sedang tak pakai diaper dan mengompol, bayi tersebut juga tak rewel, sehingga memungkinkan badan bayi berada dalam kondisi basah yang cukup lama, sebelum ibu atau pengasuhnya mengetahui kalau bayi telah 'mengompol'. Sedangkan, kondisi seperti itu bisa menyebabkan resiko yang lebih besar, yakni bayi bisa demam karena kedinginan atau masuk angin," ujar Fira panjang lebar.

Awalnya Fira sempat bingung mau buat apa,"akhirnya adik saya punya ide kreatif membuat alat yang dapat membantu sang guru. Saya mengajak adik berpikir untuk membuat alat apa yang bisa membantu sang ibu guru. Hasilnya, sebuah alat yang diberi nama Wet Alarm For Baby atau alat pendeteksi tangis bayi jika sang bayi 'ompol'. Yakni suatu alat dengan sensor yang diaktifkan oleh air kencing bayi yang bisa memberikan tanda pada ibu atau pengasuh bayi dengan segera. Jika bayi mengompol dipilih system peringatan berupa alarm memakai bunyi sebagai penandanya."

Ide Fira dan Pras mendapat tanggapan dari ibu mereka Dr Diyah Purworini yang dosen Akper Kesdam I Bukit Barisan Medan dan ayah mereka Dr Gede Pardianto, Sp.M yang bertugas di RSAL Komang Makes Belawan dan dokter spesialis mata di Sumatera Eye Centre (SMEC) Medan. Berbekal pengetahuan dari sekolah terkait Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) yang sudah mereka miliki. Dibantu oleh guru pembimbing Sunario mereka mulai mengutak atik alarm pintu rumah selama tiga minggu. Fira juga mencari pengetahuan tambahan lain dari buku dan internet."

Memang tak semudah membalik telapak tangan untuk mendapatkan hasil maksimal. Tapi Fira dan Pras tak patah semangat mereka terus mencoba. Dalam proses merampungkan alat Wet Alarm For Baby itu sekitar Juni lalu pihak sekolah dapat informasi adanya kompetisi Junior Science Fair 2011. Keduanya pun terus kerja keras agar selesai sesuai target.

 " Kebetulan kami dapat info tentang kompetisi dari sekolah, nama kompetisinya Junior Scientist Award 2011 adalah suatu ajang kompetisi bagi siswa SD kelas IV-VI yang diselenggarakan Kemendiknas dan Kemenristek bekerja sama dengan PT Kalbe Indonesia Tbk yang tujuannya untuk menggali bakat dan potensi riset pada anak sejak usia sekolah dasar.  Sedangkan, bagi PT Kalbe terlaksananya kompetisi ini adalah dalam rangka kiprahnya turut memajukan dunia riset sains ilmiah yang dimulai sejak usia dini dan bertepatan pula dengan  Ultah PT Kalbe yang ke-45," ulas Fira panjang lebar sambil menjelaskan mereka terus merakit alat ini ketika pulang mudik ke rumah neneknya di Malang.

 Sembilan Finalis

 Pada Selasa- Sabtu (19-23 Juli) lalu, Fira dan Pras melakukan serangkaian test. Dari 199 peserta diambil 199 karya terbaik dan disaring lagi jadi 9 orang finalis." Sabtu-Minggu ( 10-11 September) lalu kami diundang untuk mempresentasikan karya sains kami dihadapan public untuk mendapatkan voting atau pilihan terbanyak dari pengunjung guna memperebutkan predikat karya terbaik dan ilmuwan cilik terfavorit."

Pada acara itu mereka mempresentasikan temuan mereka," kami membuat sebuah tanda, ada yang bisa pakai suara yakni pakai alarm. Awalnya, kami masih pakai lampu, tapi jika ibu berada di luar, ibu tak bisa melihat sang bayinya jadi tak efektif. Kalau dibuat suara bisa dari jam weker dan bel pintu. Namun, jika pakai jam weker bunyinya pasti pelan,tak terdengar ibu/pengasuhmakanya kami makai bel pintu."

Fira dan Pras mengubah panel on/off pada alarm rumah jadi alat sensor terhadap air sehingga alarm berbunyi ketika tempatnya basah atau berair. " Kami menggunakankan kancing bulat dengan knop atas lebar dan dipasang beberapa buah agar permukaan sensor lebih luas. Kancing yang terbuat dari logam akan menjadi indikator baik untuk mendeteksi cairan yang keluar dari bayi, baik kencing maupun keringat."

Untuk berkreasi membuat alat ini Fira dan Pras butuh waktu tiga mingu. " Tapi, karena di sekolah ada laboratoium pengenalan technologi saat itu kami tak putus asa, jika gagal coba lagi dan coba lagi hingga beberapa kali sampai berhasil. Yang jadi kendala kami saat itu, jika bayi kan tak bisa mencet tombol, jadi tombol harus diganti dengan keping sensor yang dibuat dari plastik atau bahan yang bisa menyerap air dengan bantuan  alat dua kancing baju,"vujar Fira menjelaskan lokasi booth mereka saat itu berada paling pojok ujung, dari pintu masuk Assembly Hall JCC.

Kemudian untuk dapat membuat sensor terkenah air lalu alarm berbunyi. " Awalnya kami masih perlu tantangan untuk mengaktifkannya. Berkat bantuan guru pembimbing dicobalah bantuan transistor," ujar Fira yang sejak 2006 tinggal di Medan karena ayahnya mutasi kerja ke Medan.

Setelah alat ini siap untuk dipakai, cara meletakkan alat ini. " Jika bayi lagi tidur, alat keping sensor ini diselipkan diantara perlak dan alas tidur bayi tepatnya di daerah pantat bayi.  Jadi, kalau bagian sensor terkenah air atau bayi ompol maka alarm akan berbunyi, itu menandakan bayi sudah ompol. Jadi, dengan penggunaan alat ini bayi tak perlu lagi memalai pembalut bayi."

" Ketika sensor basah, maka rangkaian tambahan dari modifikasi alarm unit akan dialiri arus listrik yang kecil dari batere. Karena untuk mendapatkan tegangan dengan voltase kecil, transistor menjadi aktif pada posisi on," ungkap Fira yang diiyakan Pras dan ibu mereka yang selalu setia menemani mereka jika ketemu wartawan cetak dan elektronika.

Alat kreasi Fira dan Pram juga telah diterapkan pada  bayi-bayi, " bahkan kami telah mencoba menerapkannya di Ruangan Perawatan Bayi termasuk Ruang Neonatus di sebuah Rumah Sakit Medan, pada bayi-bayi yang baru lahir dan berada dalam inkubator sekalipun. Alat kami ini terbukti mempercepat respons time dari para perawat untuk segera mendatangi bayi yang telah mengompol sehingga bayi tersebut dapat segera dikeringkan terlebih bayi baru lahir memang tak boleh dipakaikan "Dispossable Diaper".'

Alat yang diciptakan Fira dan Pras ini ditetapkan sebagai kreasi terbaik Tingkat Nasional dalam Kategori Teknologi Terapan. Kedua bocah ini juga tercatat sebagai salah satunya perwakilan Pulau Sumatera yang meraih penghargaan pada kontes itu. Penghargaan ini sekaligus mengangkat citra Medan di tingkat Nasional dalam bidang ilmu pengetahuan.

Dalam pameran di Jakarta kemarin hasil keasi Fira dan Pras sangat surprise bagi pengunjung. Ada yang merasa heran dan penasaran membeli dan ingin mencobanya di rumah. Banyak juga pengunjung yang langsung memesan alat sederhana itu. " Insya Allah setelah habis ujian nanti kami mulai merangkai alat itu karena sudah banyak yang pesan," ujar Fira tersenyum.

Dengan hadiah sebesar Rp 10 juta Pras ingin membeli sesuatu yang berkaitan dengan robotik dan Fira ingin menabung uangnya saja. Sejak kecil Pras sudah menyukai hal-hal yang menyangkut  robot. Ide dan kecerdikan Fira dan Pras ternyata sudah dikenal di lingkungan SD Swasta Pertiwi Medan.

Guru pembimbing mereka, Sunario mengaku Fira dan Pras memang lebih menonjol dan aktif dibandingkan siswa lain dalam kelompok siswa-siswi yang ikut PTD. Bahkan, " keduanya selalu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dalam interaksi dengan ibunya sehari-hari. Tak banyak anak seusia mereka yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Keduanya juga sudah berulang kali ikut berbagai perlombaan termasuk debat bahasa Inggris," ucapnya yang berharap akan banyak lagi siswa-siswi SD Pertiwi yang bisa membawa harum nama sekolah mereka kelak.

Debbi Safinaz