Kunci kualitas lontong itu ada dua selain berasnya berkualitas, waktu menanaknya harus benar-benar lama. "Masak lontong itu 5 jam saja sudah matang, tapi kalau produsen di sini menanaknya bisa sampai 9 jam," papar Chotijah yang m enjual lonotngnya Rp 800 per buah.
Bejo yang awalnya sebagai nelayan ini pada tahun 1986 beralih profesi menjadi pedagang sari laut. Ia kulakan pada nelayan lalu mengolahnya menjadi berbagai aneka sari laut, baru kemudian disuplai ke tempat lain. Di antaranya ke supermarket atau toko-toko besar di Surabaya, Semarang, Jogja, Jakarta dan Bandung .
Bejo mulai berjualan sendiri, ketika tahun 1991 ia mengikuti pameran makanan hasil laut di Tunjungan Plasa Surabaya. Ketika itu ia iseng ikut membuka stan di pameran. Tak disangka, ia ternyata mendapat respons cukup baik dari para pengunjung. Bahkan sudah ada orang dari luar pulau yang langsung memesan dalam jumlah besar. "Setelah ikut pameran saya mencoba usaha sendiri, membuka dangangan di sini sampai sekarang," kisahnya.
Bejo mengaku, makin lama usahanya terlihat makin berkembang. "Alhamdulillah, saya sudah memiliki satu stan lain yang dipegang anak saya," ujarnya bangga.
Selain karena harganya yang lebih murah dibanding dengan yang ada di toko di tengah kota, yang membuat orang suka membeli di kawasan ini adalah karena setiap pembeli diberi keleluasan untuk icip-icip setiap hasil laut sebelum membeli. Sehingga setiap pembeli tahu akan kelezatan sari laut yang akan dibeli. "Kalau di supermarket, mana bisa kita mencoba makanan yang akan dibeli? Kan, sudah dibungkus rapat."
Saat ini, lanjut Bejo, dirinya tak hanya menjual secara eceran saja, tetapi sudah mengirim untuk toko-toko aneka sari laut yang ada di berbagai kota di luar Jawa. Kini, yang menjadi langganannya adalah sejumlah toko yang ada di Jayapura, Kalimantan, Sumatera, dan NTT. "Kendalanya, kalau mengirim ke luar pulau memang terganjal ongkos pengiriman yang agak mahal," kata Bejo.
Gandhi Wasono M / bersambung