Pria asal Rengel, Kab. Tuban (Jatim) itu sebelumnya bekerja sebagai pelayan di restoran mi yang cukup ternama di Surabaya. Namun, ia mengaku tak bisa melihat proses pembuatan mi-nya. "Oleh sang pemilik, formula dan proses pembuatan mi benar-benar dirahasiakan. Karyawan tahunya sudah jadi mi lalu memasaknya saja," kisah Karman.
Baginya, bila ingin berjualan mi dengan laris, kunci utamanya terletak pada kualitas mi-nya. Beda dengan jenis masakan lain. "Mi, yang bagus itu lemas dan tak mudah putus saat digodok," paparnya. Kegigihan Karman membuahkan hasil. Akhirnya, ia pun menemukan adonan yang pas untuk membuat mi.
Berkat keuletannya, warung mi Karman berkembang pesat dan makin dikenal hingga kini. Tak hanya itu, ia pun bisa membuka cabang di berbagai supermarket di Surabaya. Menurut pria berjanggut ini, mi yang dijualnya adalah mi segar tanpa bahan pengawet dan selalu baru. "Mi yang kami jual hari ini, ya, dibuatnya hari ini juga. Kalau habis, langsung bikin lagi," kata Karman yang bulan lalu membeli warung yang ia kontrak seharga Rp 1,250 miliar.
Per porsi mi, Karman hargai Rp 9 ribu sampai Rp 11 ribu. Dalam sebulan, Karman bisa mendapatkan penghasilan bersih sebesar Rp 30 juta sampai Rp 40 juta. Karman pun berbagi kunci suksesnya. "Selain kerja keras, tak boleh putus asa, jangan pernah berhenti belajar, dan usaha yang ditekuni harus selalu berkesinambungan. Misalnya, jualan makanan tapi tak laku, ya, jangan cepat putus asa dan berhenti. Tapi harus dicari apa penyebabnya," tegas Karman.
Ade, Gandhi / bersambung