Serunya Jalani Dua Profesi Unik (1)

By nova.id, Kamis, 31 Maret 2011 | 17:07 WIB
Serunya Jalani Dua Profesi Unik 1 (nova.id)

Pengalaman pertama ini membuat Dina merasa menemukan sesuatu yang menyenangkan. Di penampilan berikutnya, Dina kembali nebeng kelompok badut Shangrilla dan tampil di acara lain. "Saya ikut mereka cuma dua kali, berikutnya sudah main sendiri."

Setelah semakin eksis, Dina tampil dengan nama badut Si Cantik Mabon, singkatan Mama Bonita. Uniknya, ia tak pernah mematok harga. "Diberi berapa pun saya terima dengan gembira. Malah terkadang, saya enggak dibayar. Tujuan saya memang bukan cari duit. Bisa menghibur orang saja sudah gembira," ujarnya.

Apakah Dina mendapat tentangan dari keluarga atau korps tempatnya berdinas? Dina mengaku tak ada masalah. "Yang penting, sudah dapat persetujuan resmi dari komandan," ujar Dina yang beberapa waktu lalu aktif mengisi acara di TVRI Surabaya.

Kendati begitu, ternyata tak sedikit rekan sejawatnya yang mencibir aktivitasnya. "Tidak apa-apa, saya acuhkan saja. Mau menghibur orang, masak tidak boleh?" tukas Dina seraya mengatakan, putrinya, Nita, kini menjadi atlet panahan nasional.

Dina memang memiliki tantenta di dunia seni. Ia bersuara bagus dan merdu. Setamat Secaba (sekolah calon bintara) Polri pada 1985, ia berdinas di Polda Jatim dan bergabung di kelompok band Polwan Polda Jatim.

Pada 1988, ia ditugaskan ke Timor Timur (Timor Leste). Bakatnya di dunia tarik suara kian berkembang. Ia lalu bertemu musisi kenamaan Tim-Tim, Peirera. Mereka pun menikah. "Selain pemusik, suami saya juga pencipta lagu dan punya perusahaan rekaman besar di sana," papar Dina.

Sayang, nasib telah mengubah jalan hidupnya. Di saat bahagianya, terjadi gejolak politik yang berujung pada lepasnya Tim-Tim dari Indonesia. "Suami memilih tetap tinggal di negeri asalnya, dan saya harus kembali ke Indonesia. Tapi, anak-anak, Nita dan Yuke (19), tetap bisa berkomunikasi dengan ayahnya," pungkas Dina.

Serunya Jalani Dua Profesi Unik 1 (nova.id)

"Foto: Dok Pri "

Lawakan Seorang Guru

Kesan serius Santoso Abetnego (47) ketika mengajar Bahasa Indonesia di depan kelas seketika akan pudar saat dibandingkan dengan penampilannya di atas panggung. Para penonton yang sedang menyaksikannya tampil di atas pentas dijamin akan dibuat terpingkal-pingkal lewat lawakannya.

Abet, demikian bapak dua anak ini disapa, memang punya profesi ganda. Selain sebagai pendidik, ia juga pelawak profesional. "Melawak, sangat menyenangkan. Apalagi kalau yang dihibur bisa sampai terpingkal-pingkal," ujar Abet saat ditemui di tempatnya mengajar, SMPN 14, Benowo, Surabaya.

Menurutnya, hobi melawak sudah muncul sejak ia remaja, tepatnya ketika masih duduk di bangku SMP di Blitar. Ia sendiri bisa melucu di depan umum berkat ajaran guru sekolahnya. "Waktu SMP, kalau ada kegiatan di sekolah biasanya saya diminta melawak," katanya.

Hobi itu semakin tersalurkan setelah pindah ke Surabaya. Secara kebetulan tetangganya, Cak Udun, sedang mencari partner melawak. Merasa sama-sama punya latar belakang bisa melucu, keduanya mendirikan grup lawak TAA (Tomea Adisbaba) pada 1987, ditambah dua personel, Cak Giso dan Yono. "Tapi baru-baru ini, setelah semakin berkembang, nama grupnya kami ubah jadi Njleput," papar Abet.