Serunya Jalani Dua Profesi Unik (1)

By nova.id, Kamis, 31 Maret 2011 | 17:07 WIB
Serunya Jalani Dua Profesi Unik 1 (nova.id)

Serunya Jalani Dua Profesi Unik 1 (nova.id)
Serunya Jalani Dua Profesi Unik 1 (nova.id)
Serunya Jalani Dua Profesi Unik 1 (nova.id)

"Foto: Dok Pri "

Lawakan Seorang Guru

Kesan serius Santoso Abetnego (47) ketika mengajar Bahasa Indonesia di depan kelas seketika akan pudar saat dibandingkan dengan penampilannya di atas panggung. Para penonton yang sedang menyaksikannya tampil di atas pentas dijamin akan dibuat terpingkal-pingkal lewat lawakannya.

Abet, demikian bapak dua anak ini disapa, memang punya profesi ganda. Selain sebagai pendidik, ia juga pelawak profesional. "Melawak, sangat menyenangkan. Apalagi kalau yang dihibur bisa sampai terpingkal-pingkal," ujar Abet saat ditemui di tempatnya mengajar, SMPN 14, Benowo, Surabaya.

Menurutnya, hobi melawak sudah muncul sejak ia remaja, tepatnya ketika masih duduk di bangku SMP di Blitar. Ia sendiri bisa melucu di depan umum berkat ajaran guru sekolahnya. "Waktu SMP, kalau ada kegiatan di sekolah biasanya saya diminta melawak," katanya.

Hobi itu semakin tersalurkan setelah pindah ke Surabaya. Secara kebetulan tetangganya, Cak Udun, sedang mencari partner melawak. Merasa sama-sama punya latar belakang bisa melucu, keduanya mendirikan grup lawak TAA (Tomea Adisbaba) pada 1987, ditambah dua personel, Cak Giso dan Yono. "Tapi baru-baru ini, setelah semakin berkembang, nama grupnya kami ubah jadi Njleput," papar Abet.

Bagi Abet, tak ada masalah saat harus menjalani dua profesinya. Kendati harus bedigasan (melawak) di atas pangggung, namun tak mengurangi kewibawaanya ketika harus menghadapi siswa di kelas. "Mereka tetap menaruh rasa hormat kepada saya," ujar Abet yang bersama Njleput sering menjuarai lomba lawak di Surabaya.

Uniknya, Abet juga sudah menularkan ilmu melawak kepada tiga siswanya, yaitu Joshua, Hansen dan Azis, yang membuat grup lawak Patras. Bahkan, Patras pernah meraih juara dua pada lomba lawak Piala Dunia Tawa TPI. Tak hanya itu, saat memperingati Hari Pahlawan, 10 November 2009, grup Njleput dan Patras berkolaborasi melawak selama 10 jam, 10 menit, 10 detik di sekolah mereka.

Ide lawakan, kata Abet, bisa datang dari mana saja. Bahkan, tak jarang ide-ide segar muncul dari para siswanya. "Siswa saya baik-baik, kalau punya teka-teki lucu atau ide kocak, sering dibagi ke saya. Intinya, untuk bisa menciptakan lelucon diperlukan kecerdasan merespons dari pasangan lawak kita," kata Abet membuka rahasianya.

Selama jadi pelawak, ada satu pengalaman unik yang Abet alami, tepatnya terjadi dua tahun lalu. Sehari menjelang final lomba lawak Srimulat Manggung Keliling (SMK), istrinya meningal dunia akibat kanker. "Meski sedih, saya harus tetap profesional. Bersyukur, grup saya juara dua," cerita Abet yang juga rajin memberi khotbah persekutuan doa di gereja.

Gandhi/ bersambung

Foto-foto: Gandhi