Akhir Kisah "Eskalator Maut" (1)

By nova.id, Selasa, 22 Maret 2011 | 17:06 WIB
Akhir Kisah Eskalator Maut 1 (nova.id)

Akhir Kisah Eskalator Maut 1 (nova.id)
Akhir Kisah Eskalator Maut 1 (nova.id)
Akhir Kisah Eskalator Maut 1 (nova.id)

""Hakim tak punya hati nurani!" jeritnya histeris. (Foto: Sukrisna) "

Menjerit Lalu Pingsan

Namun, rupanya pasangan ini kembali diuji. Perjuangan menuntut keadilan selama hampir dua tahun, kandas di tangan tim hakim yang diketuai Marsudin Nainggolan. Gugatan mereka ditolak! Marsudin justru menyalahkan Pandri, paman Rio, yang membiarkan Rio yang kala itu berusia 2,5 tahun berjalan sendiri di eskalator tanpa alas kaki.

Saat kejadian, Rio dan pamannya berniat membeli makanan di lantai IV. Saat akan melewati eskalator, Rio merengek minta turun. Begitu kaki kecilnya menempel tangga eskalator, langsung "termakan" dan tergilas. Menurut analisa Dedi dan Tim Pengacara, kaki Rio kejeblos eskalator rusak. "Kalau kejepit, pasti jari-jarinya rusak. Ini, kan, mulus, tak ada luka sedikit pun. Justru betisnya yang rusak," papar Dedi.

Dugaan ini dikuatkan oleh penemuan dokter di RS Husada. "Enggak mungkin kaki anak itu bisa merusak eskalator," kata David yang langsung mengajukan banding atas putusan itu.

Ani yang duduk mengapit Rio dan suaminya di deretan bangku terdepan, semula kurang paham saat hakim mengetukkan palu. Setelah dijelaskan bahwa semua gugatan ditolak, ibu dua anak itu langsung menjerit histeris. "Hakim tak punya hati nurani!" jeritnya. Air matanya tumpah. Dedi langsung merengkuh kepala istrinya. Pasangan muda ini menangis sesunggukan. Sementara Rio, bocah kecil bermata bulat ini hanya bisa bengong melihat orang tuanya menangis. Tak lama kemudian, badan Ani tampak lunglai kemudian jatuh ke lantai, pingsan.

Suasana Ruang Sidang gaduh. Sebagian wartawan membopong Ani dan membaringkannya di kursi panjang, sementara yang lain sibuk mengabadikan kejadian tersebut. Sekitar 15 menit Ani tak sadarkan diri. Wanita asal Palembang ini baru sadar setelah salah seorang kerabatnya mengoleskan minyak angin di atas bibirnya. Ketika hendak beranjak ke luar ruang sidang, tubuh Ani limbung lagi. Ia kembali pingsan.

 Sukrisna / bersambung