Selang beberapa hari setelah melaporkan suamiku ke polisi, aku semakin kecewa karena mendapat note dari akun Facebook Rita yang menceritakan segala kebohongan. Rita menulis, suamiku memukulnya dengan tangan kiri karena dia kidal. Ya ampun, aku kenal betul suamiku. Dia tidak kidal! Jadi, makin terlihat saja kebohongannya.
Belakangan aku makin ternganga setelah DK menceritakan perilaku Rita yang kerap lepas kendali. Saat hamil, misalnya, dia sering berlari ke dapur dan mengambil pisau. Dia histeris dan hendak menusuk perutnya sendiri. Entah kenapa. DK juga memberitahu, kakak pertama dan kedua Rita pernah menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa. Bahkan keduanya kini masih bergantung pada obat penenang. Aku tak mau menuduh apa-apa, tapi kuharap Rita tak berakhir seperti itu.
Kini, tak ada lagi kompromi. Aku sebenarnya tak ingin semua berakhir begini. Apabila ingin berpisah, pisahlah baik-baik, bukan dengan cara menjelek-jelekkan DK di depan umum. Aku yakin sekali, suamiku tak seperti yang dituduhkan Rita. Aku pun berjanji akan mendampingi DK menjalani proses hukum yang sedang berlangsung.
Banyak yang merasa heran mengapa aku masih mau mendampingi suamiku dan bertahan mendukungnya. Aku hanya ingin kehidupan kami kembali tenang seperti dulu. Maka, sebelum semuanya semakin kacau, aku bersikukuh mengajak Rita menempuh mediasi. Semoga Rita segera sadar dan bisa mendapatkan hikmah atas segala kejadian yang sudah terjadi.
Satu yang kuinginkan, semoga nama baik suamiku yang sempat tercoreng karena kejadian ini, dapat dipulihkan seperti sedia kala.
Swita Amalia