Curahan Hati Istri Nurdin Halid (2)

By nova.id, Selasa, 8 Maret 2011 | 00:18 WIB
Curahan Hati Istri Nurdin Halid 2 (nova.id)

Curahan Hati Istri Nurdin Halid 2 (nova.id)
Curahan Hati Istri Nurdin Halid 2 (nova.id)

"Foto: Adrianus Adrianto "

 Bagaimana kisah cinta Anda dengan Bapak?

Sebetulnya kami ini dijodohkan. Kalau istilahnya, Pilot, pilihan orang tua, ha ha ha. Kebetulan orang tua kami masih sepupu. Waktu itu usia saya 18 tahun, dia 25 tahun.

Yang saya tahu, Bapak itu orangnya sangat agresif. Waktu kuliah, sudah cari biaya untuk diri sendiri dengan berjualan diktat. Bahkan jadi tukang cuci mobil. Sampai sarjana dan menikah, semua dengan biaya sendiri. Selain agresif, Bapak juga punya kemauan keras. Kalau sudah ingin sesuatu, harus didapat.

Saya ingat, tahun 2001, sewaktu Pak Agum Gumelar mundur dari jabatan Ketua PSSI, Bapak sempat bilang, "Suatu saat saya akan jadi Ketua PSSI." Waktu itu saya enggak percaya. Eh, benar kejadian.

Tahun ini, 27 tahun saya menemani Bapak. Suka-duka dan jatuh-bangun Bapak di bola, saya tahu. Dulu, waktu Bapak masih jadi Manajer PSM, saya selalu ikut nonton pertandingan. Biar begini, saya ini paling senang kalau disuruh jadi suporter bola. Teriak-teriak di lapangan, ha ha ha.

Ada pengalaman unik saat menonton bola?

Pernah kami nonton bola, lalu terjadi kerusuhan. Akhirnya, demi keselamatan, saya harus bersembunyi di gorong-gorong. Apesnya, sepertinya baru ada yang buang air kecil di gorong-gorong itu, ha ha ha. Pernah juga kami harus dikawal masuk panser dan pakai baju tentara agar selamat dari kerusuhan. Pokoknya, seru sekali!

Jangan-jangan Bapak tak mau mundur karena PSSI banyak duitnya, ya, Bu?

Wah, banyak duitnya dari mana? Ha ha ha. Tidak ada! Yang ada, kami malah banyak nombok. Misalnya saat mau main ke mana atau memberi bonus pemain. Begitu juga kalau ada keluarga pemain yang sakit. Semua dari kantong kami. Dulu, bahkan Bapak sampai menggadaikan emas segala untuk menutupi biaya. Tapi, ya, sudahlah, kami ikhlas, kok. Baru setahun belakangan saja bantuan dari Pemerintah untuk bola mulai banyak.

Adakah permintaan Anda kepada publik yang masih terus mendemo Bapak?

Saya sangat mengharapkan kepada yang berdemo, demolah secara sehat. Demo boleh, tapi dengan bahasa yang pantas diucapkan kepada sesama manusia. Toh, Anda manusia, begitu juga saya dan Bapak. Kita ini, kan, sama-sama ciptaan Allah. Itu saja.

Ajeng