Jadi, setiap "apel" diskusi terus, dong?
Ha...ha...ha... bertemu saya saja sebetulnya susah, lho. Soalnya, sebagai aktivis, saya punya banyak kesibukan di luar rumah dan kampus. Biasanya, setelah beberapa kali dia datang ke rumah, baru bisa bertemu saya. Gaya pacaran kami memang berbeda dengan anak muda pada umumnya. Kami punya rambu-rambu dan prinsip tersendiri.
Langsung merasa cocok meski "dijodohkan"?
Kebetulan saya punya kriteria calon suami seorang aktivis. Dulu, saya pikir akan menikah dengan sesama aktivis HMI, eh, ternyata bukan. Dia, kan, dulu aktifnya di Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Tapi berdasarkan kecocokan visi dan idealisme kami, seusai saya menyelesaikan KKN (kuliah kerja nyata), setahun kemudian atau tepatnya 7 Agustus 1988, kami menikah. Usia saya 12 tahun lebih muda dari dia jadi saya disapa, "Adik". Latar belakang keluarganya, cocok dengan keluarga saya.
Ahmad Tarmizi / bersambung