Saat asrama sudah sepi ditinggal penghuni mengungsi, Ratna mulas-mulas tanda si bayi bakal segera lahir. Kabar soal kondisi Ratna akhirnya sampai ke telinga komandan suaminya. "Akhirnya suami dipanggil komandan, disuruh pulang. Mungkin Komandan tahu ibu saya sudah datang menjemput."
Begitulah, Rabu (10/11) pukul 05.30 pagi, Ratna dilarikan orangtuanya ke RS Islam, Klaten dan melahirkan bayi laki-laki seberat 3,6 Kg. Siang harinya, sang ayah baru bisa menengok buah hatinya. Itu pun hanya sekejap karena tugas membantu pengungsi sudah menanti. Gianto pun memberi nama jagoan kecilnya Roberto Ksatria Dwi Novendri.
Kesasar Di Stadion
Banyaknya jumlah pengungsi di Stadion Maguwoharjo, kerap menimbulkan masalah baru. Salah satunya, kasus kehilangan anggota keluarga, terutama anak-anak dan pengungsi lansia. Stadion megah berlantai tiga ini memang kerap menyesatkan para pengungsi. Tak jarang, anak-anak yang sedang asyik bermain, tak bisa mengingat di mana lokasi keluarganya. Untungnya, pos informasi siap membantu mereka yang tersesat.
"Setiap hari ada saja kasus anak nyasar. Yang paling banyak justru yang lansia. Soalnya, banyak yang sudah pikun. Kadang mereka jalan-jalan ke bawah, tapi terus enggak ingat dari lantai berapa, area yang mana," ujar pengelola pos informasi di situ, Margito.
Untungnya, pos informasi dilengkapi peralatan memadai, sehingga tiap kali ada pengungsi tersasar, bisa langsung diumumkan. "Tapi biasanya ada saja kenalannya yang lewat dan mengenali mereka yang nyasar, terus dibawa ke areanya lagi."
Karena khawatir akan keselamatan anak-anak, banyak kelompok pengungsi yang memberlakukan sistem shift, bergantian menjaga sekelompok anak-anak. Biasanya ibu-ibu yang bergantian melakukan tugas ini. "Kami mengawal anak-anak ke sekolah di dalam stadion. Juga saat mereka main, biar enggak ke mana-mana," ujar Manisa, wanita pengungsi asal Pakem, Sleman.
Rini, Yetta