"Dari awal saya banyak merasa kejanggalan-keganjalan terhadap anak saya. Dari pertama kasus, sudah disebutkan nama Raffi Ahmad. Biasanya dengan inisial RA. Ketika di BNN, kepala RSKO bilang bahwa anak ini dalam tubuhnya tidak ada zat-zat narkoba, dan sebaiknya kita peringatkan saja dan suruhlah dia berkarya," ungkap Amy.
Namun, yang aneh, menurut Amy, statement RSKO bertolak belakang dengan hasil BNN yang mengatakan Raffi kecenderungan narkoba. "Lalu kenapa tiba-tiba dari BNN mengatakan anak ini ada kecenderungan dan memang perlu di rehab. Kan kita bisa melihat kasat mata, sosok Raffi pekerja keras. Dari pagi sampai malam dia betul-betul host di beberapa acara. Masa iya anak saya ketergantungan obat," ucapnya.
Saat ditemui tabloidnova.com, Amy mengaku miris dan sakit saat anaknya dikatakan ketergantungan obat-obatan. Sementara di mata Amy, Raffi anak yang baik dan membanggakan.
"Hati saya sebagai seorang ibu betul-betul sedih. Anak saya tulang punggung keluarga, hidupnya banyak berkorban untuk saya dan adik-adiknya, kok rasanya anak saya ingin dihancurkan. Dia lagi giat-giatnya bekerja, kenapa anak pekerja seni yang bisa menghibur masyarakat kok ingin dihancurkan. Semua juga bisa melihat kenyataannya, anak saya enggak mungkinlah pecandu narkoba. Kalau anak saya memang pecandu narkoba, saya ikhlas, silakan di rehab supaya dia kembali ke jalur yang benar. Tapi, kan, selama ini dia tidak membahayakan orang lain, tidak membahayakan dirinya sendiri, tidak mengancam-ancam ibunya pula untuk berbuat sesuatu, kenapa harus di rehab? Di sana pun dia juga enggak diapa-apakan, hanya didiamkan saja," keluhnya.
Menurut Amy, saat ingin diajukan penangguhan penahanan, BNN langsung menolaknnya. "Diajukan surat penangguhan penahanan, maksudnya biar dia bisa bekerja sementara, tapi tidak dikabulkan. Jadi rasanya saya betul-betul, kok anak saya ini kayaknya mau diapakan. Kayak anak bangsa yang mau dihancurkan," sedihnya.
Icha