Menikmati Hidangan Ayam, Kyochon dari Korea atau Wingstop dari Amerika?

By , Kamis, 9 Juli 2015 | 09:30 WIB
Dari rasa asam manis hingga barbekyu, pembeli tinggal pilih. (Foto: Fadoli Barbathully / NOVA) (Nova)

Wingstop: 10 Rasa Dari Amerika

Kalau ingin merasakan langsung cita rasa ayam khas Amerika, datanglah ke Wingstop. Di restoran yang berasal dari Texas, Amerika ini, menunya tersaji dengan rasa asli Amerika, tidak disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Namun, tak perlu khawatir Anda tak menyukainya, karena tak sedikit yang dekat dengan cita rasa Indonesia. Wingstop menyediakan 10 pilihan rasa untuk dinikmati, yaitu Garlic Parmesan, Louisiana Rub, Hickory-Smoked BBQ, Lemon Pepper, Hawaiian, Teriyaki, Cajun, Original Hot, Atomic, dan Mild.

Tiga rasa pertama merupakan favorit pengunjung. Bagi penggemar rasa oriental atau anak-anak, bisa mencoba Hawaiian yang rasanya asam manis dan Teriyaki. Bila suka pedas, silakan coba lima rasa yang dimulai dari yang paling ringan sampai yang terpedas, yaitu Mild, Original Hot, Cajun, dan Atomic yang menggunakan cabai habanero. Untuk saus ada dua kategori, yaitu butter based dengan campuran mentega yang membuat ayam lebih berminyak dan non butter based yang bisa ditemukan pada Hawaiian dan Hickory-Smoked BBQ.

Lantaran banyak pilihan rasa inilah, restoran yang didirikan pada 1994 ini lebih bangga disebut sebagai flavor expert dibanding restoran ayam. Sebaiknya, ayam disantap saat masih panas. Bila memesan beberapa menu sekaligus,F&B Marketing Manager Mahadya Cynthia Francisca Iskandar menyarankan untuk mencoba dari yang tidak pedas lebih dulu, sehingga setiap menu maksimal rasanya.

Bila jeli, saat menyantapnya Anda akan menemukan rasa saus yang berlapis pada ayamnya. Misalnya, bawang putih dan keju, lemon dan merica, dan lainnya. “Pedasnya lebih karena lada, bukan cabai, dan ada rasa asam cukanya,” tutur Cynthia. Sesuai namanya, sayap ayam menjadi favorit di restoran berkonsep casual dining ini. Namun, bagian tubuh ayam yang lain seperti dada dan paha juga dijual di sini, termasuk boneless strip, drumstick, dan lainnya.

Menu lain yang tersaji di sini adalah Chicken Burger, Cajun Rice, Waffle Ice Cream dan Double Choco Melt yang aromanya menggoda. Harga ayamnya sendiri mulai dari Rp30.000-an per lima potong. Ia menambahkan, ayam yang disajikan di Wingstop, halal dan non-hormon karena kantor pusat Wingstop di Amerika mensyaratkan hal itu untuk cabangnya di Indonesia.

Tidak Siap Saji

Di Indonesia, bagi yang tidak tahu, biasanya mengira Wingstop merupakan restoran ayam goreng cepat saji. “Padahal bukan. Orang memang pesan dan langsung bayar di konter, tapi hanya mendapatkan nomor, tidak langsung mendapatkan pesanannya. Sebab, kami membuat pesanan berdasarkan order yang datang, memasak dari mentah,” ujar Cynthia. Jadi, imbuhnya, yang dihidangkan ke depan pembeli adalah makanan yang masih fresh dan kualitas rasa yang disajikan lebih premium dibanding di restoran cepat saji.

Waktu memasak tergantung pemesanan. “Untuk menu yang memakai tulang, waktu memasaknya 12 menit, sedangkan yang tidak, lebih cepat 3-4 menit,” ujarnya. Di restoran ini, Anda bisa menemukan kalimat “Served Piping Hot, No Heat Lamps, No Microwaves” yang sengaja ditulis untuk menegaskan bahwa Wingstop bukanlah restoran siap saji. Hingga saat ini, di Indonesia yang merupakan salah satu dari empat negara cabangnya di Asia, Wingstop memiliki tujuh cabang sejak hadir pertengahan tahun lalu.

Dimulai dari Mal Kota Kasablanka, lalu di Mal Margo City Depok, Setiabudi One di Jakarta Selatan, Bintaro Exchange, Cinere Bellevue, Kemang, dan Mal Aeon di BSD City, Serpong. Di cabang Kemang, sambil menunggu pesanan datang pembeli bisa menghabiskan waktu dengan mencoba beberapa permainan yang ada di lantai dua. Di lantai yang sama pula, pembeli bisa melihat langsung ayam yang tengah dilumuri saus dengan dilempar di dalam baskom.

Uniknya, menurut Cynthia, Antonio Swad yang menjadi pendiri Wingstop memulai kariernya di restoran sebagai tukang cuci piring. Ia mengamati bagaimana cara kerja restoran tempatnya bekerja dan kapan ramai dikunjungi pembeli. Dengan otak kreatifnya, ia memulai bisnis dengan menjual bagian tubuh ayam yang kala itu tidak diinginkan restoran ayam pada umumnya, yaitu sayap.

Melihat potensi bisnis dari sayap yang dijual sangat murah oleh peternak ayam, ia mulai membuka restoran. Meski tahun-tahun awal penuh perjuangan, berikutnya bisnis Antonio berkembang sangat cepat karena banyak penggemarnya. Apalagi, di sana konsep yang berkembang adalah menyediakan menu untuk dibawa pulang (take away). Kini, Wingstop memiliki sekitar 1.000 cabang di Amerika dan disebut-sebut sebagai brand kategori F&B yang pertumbuhannya paling cepat.

2. Kyochon: Berlapis Butiran Nasi

Di Restoran asal Korea ini, Anda bisa menikmati ayam yang dimasak dalam beberapa varian. Tentu saja dengan bumbu khas Korea. Ada drumstick, sayap, chicken strip yang diolah menjadi Honey Series, Original/Red Series, dan Salsal Series. Rasanya yang lezat membuat lidah sulit berhenti mengecap. Salsal Series merupakan dada ayam tanpa tulang yang digoreng dengan balutan tepung yang terbuat dari butiran nasi bertabur wijen, sehingga ketika digigit terasa renyah.

Sayap dan drumstick yang disajikan di Kyochon memiliki tiga rasa, yaitu soy garlic yang asin gurih di mana bawang dicampur kecap asin, red yaitu pedas dengan cabai Korea, dan honey yang manis karena dicampur madu. “Di sini, tepung yang digunakan sebagai pelapis ayam cenderung tipis karena hanya berfungsi untuk mengolesi saus. Orang, kan, ingin menikmati ayam dan sausnya, bukan tepungnya,” ujar Marketing & Promotion Kyochon Indonesia Christina Natalia.

Untuk menyantap ketiga rasa ayam ini, perempuan yang biasa disapa Ari ini menyarankan untuk memulainya dengan rasa asin dulu (Soy Garlic), lalu rasa pedas (Red), dan terakhir rasa manis (Honey) untuk menghilangkan rasa pedas. Sama seperti Wingstop, Kyochon juga mengklaim bukan restoran siap saji, karena setiap pesanan dibuat setelah order datang. Saus pun dioles satu per satu setelah ayam dipesan.

Itu sebabnya, pelayan biasanya menyebutkan berapa lama harus menunggu hingga pesanan tersaji. Biasanya sekitar 20-25 menit. Namun, lamanya menunggu sebanding dengan rasa yang ditawarkan. Kyochon Indonesia juga menyediakan menu nasi putih untuk menemani santapan ayam goreng, sementara di Korea tidak ada menu ini.

“Selain menu chicken wings, yang menjadi favorit di sini adalah Galbi Chicken Steak with Kimchi Fried Rice (daging ayam panggang dengan nasi goreng kimchi). Ada juga Chicken Bulgogi, Salsal Salad, dan Chicken Toppoki yang merupakan menu baru,” ujar Ari. Menariknya, salad yang disajikan menggunakan food dressing, yaitu blueberry sauce dari buah blueberry yang rasanya manis dan orange sauce dari jeruk yang rasanya asam segar.

Langsung dari Korea

Sementara di negara asalnya Kyochon memiliki menu ayam utuh yang dipotong kecil-kecil, di Indonesia ada Salsal Mango Rice Bowl. Selain tak ada di negara lain, menu ini hanya tersedia selama musim mangga tiba. Penyajiannya mirip nasi campur ala Korea, hanya saja dibuat versi Indonesia, di mana nasi dicampur sayuran, daging ayam salsal, potongan mangga manis, irisan zaitun hitam dan bawang merah, lalu disiram saus jeruk.

Rasa segarnya merupakan paduan asam dan manis. Menurut Ari, Kyochon hanya menggunakan bahan-bahan alami, segar, tanpa pengawet dan MSG. Bahkan, untuk beberapa bahan baku, pihaknya sengaja mendatangkannya langsung dari Korea agar mutu dan rasanya sama, antara lain saus dan tepung dengan butiran nasi untuk salsal. Sama seperti Wingstop, ayam yang digunakan Kyochon juga menggunakan ayam bersertifikasi halal.

Harga chicken wings sendiri untuk ukuran S (small) isi 5 potong Rp39.000, menu nasi rata-rata Rp60.000-an, sedangkan menu Combo untuk sendiri atau berdua mulai dari Rp55.000. Ada pula Family Set untuk keluarga atau 4 orang Rp270.000. Hadir di Indonesia sejak 2013, sampai saat ini Kyochon bisa dinikmati di Mal Gandaria City, Kota Kasablanka, Pacific Place, dan Mal Kelapa Gading 2.

“Di Korea sendiri, Kyochon didirikan pada 1991 dan belakangan memperoleh penghargaan brand award selama 12 tahun berturut-turut hingga sekarang, karena dinobatkan sebagai the best chicken wings di sana,” tuturnya. Selain karena rasanya, imej restoran ini sebagai restoran ayam goreng ala Korea memang menempel kuat di benak masyarakat Korea Selatan. Di sana, konsep restorannya sengaja dibuat agar pengunjung memesan untuk dibawa pulang. “Total ada 990-an cabang di seluruh dunia, termasuk 30-an cabang di luar Korea.”

Hasuna Daylalatu, Fotografer: Fadoli Barbathully / NOVA