Perempuan, Mari Kembali ke Dapur!

By , Senin, 14 September 2015 | 08:00 WIB
Tips Dapur (Foto: Istock) (Nova)

Tak heran, generasi terdahulu kita, ya buyut, nenek bahkan mungkin orangtua kita, selalu meluangkan waktu untuk memasak setiap hari. Dari bahan-bahan yang paling sederhana dipadu kreativitas mereka, jadilah masakan rumahan yang disukai semua anggota keluarga.

Seiring waktu, tak bisa dipungkiri bahwa beragam aktivitas dan tuntutan pekerjaan membatasi ruang dan waktu perempuan. Alhasil, aktivitas memasak di rumah bukan lagi dipandang sebuah rutinitas. Masakan ibu pun tergantikan dengan ketersediaan pelayanan delivery makanan siap saji, layanan katering, atau makanan instan.

Hambatan Kembali ke Dapur

Riset yang dilakukan Journal of Nutrition Education and Behaviour menemukan, 3 dari 4 ibu bekerja mengaku bahwa mereka tidak punya akses dan waktu untuk membuat makanan yang sehat dan bergizi di rumah. 

Bersamaan dengan itu, riset ini juga mengatakan bahwa sulitnya akses dan waktu untuk memasak di rumah yang banyak dialami para wanita bekerja, kerap menjadi faktor yang buruk. Di antaranya, cenderung memberi contoh pola makan yang tidak baik pada keluarga.

Perlu disadari kembali, manfaat memasak di rumah memang tak ternilai pentingnya. "Makin sedikit waktu yang diluangkan secara konsisten bersama keluarga setiap hari, akan membuat anak-anak tumbuh kurang optimal, kurang rasa percaya diri, dan tidak peduli dengan kondisi lingkungan sekitar," kata psikolog anak Efnie Inirani.

Masih menurut survei yang sama, ditemukan pula bahwa 9 dari 10 wanita sebenarnya ingin bisa memasak. Namun, mereka mengakui begitu banyak kendala yang dialami untuk kembali ke dapur. Kendala tersebut, menempati posisi pertama adalah karena tidak memiliki waktu, disusul tidak mempunyai ilmu dan pengetahuan dalam mengolah masakan, serta tidak adanya motivasi dan dukungan yang menyemangati untuk memasak.

Bila survei itu berlaku secara global, maka di Indonesia lebih tepatnya, memiliki angka yang juga hampir selaras. Riset Ipsis bersama Oreo pada tahun 2011 mengungkap, 50 persen orangtua di Indonesia lebih memprioritaskan perekonomian rumah tangga dibandingkan memiliki waktu cukup bersama anak-anak. 

Baca: Survei Membuktikan, Masyarakat Urban Lebih Suka Homemade Food

Masakan Rumah Bukti Cinta

Angka tersebut tentu sangat disayangkan. Pasalnya, menurut Anna Surti Ariani, SPsi., MSi., Psi., aktivitas memasak di rumah menyimpan segudang manfaat bagi perkembangan anak dan kedekatan keluarga, lo. Apa saja?

Saat memasak di rumah, Anda pasti ingin memberikan sajian yang terbaik bagi keluarga. “Ketika ibu memasak ada doa dan cinta di dalamnya, semoga masakannya enak dan disukai keluarga. Nah, rasa cinta ini membuat anggota keluarga yang makan pun akan merasakan cinta,” papar psikolog yang akrab disapa Nina ini.

Ketika aktivitas memasak dilakukan bersama anak atau pasangan, komunikasi yang intens, kehangatan, serta bonding keluarga akan terjalin. Anak atau pasangan akan merasa sangat dimanjakan oleh Anda. Dan sebaliknya, Anda pun siap-siap banjir pujian dari mereka, “Mmmh, masakan Ibu enak banget!”

Berbagi Kegembiraan

Saat memasak di rumah, sambung Nina, ibu pun merasa gembira bisa memberikan yang terbaik untuk keluarganya, dan sebaliknya anak bangga dengan perhatian ibu.

“Kegembiraan dapat terasa sejak awal membuat perencanaan menu masakan kegemaran keluarga bersama, lalu berbelanja bahan makanan bersama, membuatnya bersama di dapur, saling mencicipi hasil masakan, menatanya di meja makan hingga menyantapnya bersama.”

Masak itu Mudah

Banyak orang berpendapat memasak itu sulit, makan waktu, dan merepotkan. Jangan khawatir, Anda bisa menyiasatinya dengan manajemen dapur yang baik.

Sebelum memasak, pilih menu masakan yang ingin dibuat dan pastikan Anda memiliki bahan-bahannya. Untuk mempersingkat waktu di pagi hari, Anda bisa menyiapkan bahan-bahan makanan pada malam harinya lalu simpan di lemari es.

Bagaimana jika anak atau pasangan pilah-pilih makanan? Jangan ragu untuk berkreasi dengan bahan-bahan makanan favorit anak dan pasangan sehingga rasa dan tampilan masakan menjadi berbeda.

Lebih Segar, Lebih Sehat

Masakan yang dibuat di rumah sudah pasti lebih sehat karena terjaga kebersihannya, terbuat dari bahan-bahan makanan yang segar dan pilihan, serta melewati proses memasak yang baik sehingga menjamin keutuhan nilai gizi makanan.

Makanan juga lebih sehat karena bebas bahan pengawet yang kurang baik bagi kesehatan. Ketika sudah terbiasa menikmati masakan rumahan yang lebih sehat, anak pun tidak banyak jajan di luar yang belum tentu baik untuk kesehatannya.

Selain itu, dengan memasak makanan sendiri di rumah, Anda bisa menyesuaikan dengan porsi, kebutuhan nutrisi, serta selera makan keluarga. Misalnya, suami tak suka pedas sementara Si Kecil suka masakan berkuah. Semua bisa diakomodir dengan mudah di dapur rumah.

Baca: Akhir Pekan, Ciptakan Waktu Berkualitas dengan Memasak Bersama Keluarga

Masak di Rumah Lebih Hemat

Memasak sendiri di rumah membuat Anda lebih berhemat. Tidak percaya? Coba hitung berapa rata-rata setiap harinya Anda, pasangan, serta Si Kecil mengeluarkan uang untuk makan di restoran, kantin kantor, atau di sekolah? Tak sedikit, kan?

Dengan memasak di rumah, Anda jauh lebih bisa berhemat. Contohnya, dengan uang Rp50.000 Anda bisa membeli seekor ayam untuk dimasak. Sementara jika Anda membeli di restoran, mungkin uang segitu hanya cukup untuk membeli satu atau dua potong ayam. Keuntungannya lagi, kelebihan dana pun bisa dialokasikan untuk pos kebutuhan yang lain.

Nah, dengan begitu banyaknya keuntungan yang bisa didapat jika memasak di rumah, Anda pasti tak ragu lagi untuk memulai aktivitas “turun” ke dapur. Lalu, bagaimana jika Anda tak sempat memasak setiap hari di rumah karena harus bekerja? Siasati dengan membuat jadwal kegiatan memasak bersama di akhir pekan.

Percayalah, saat seluruh anggota keluarga berkumpul, bertukar cerita sambil menikmati kedasyatan masakan rumah adalah momen yang tiada dua indahnya. That’s the joy of cooking!

Ratih Sukma Pertiwi, Annelis Brilian