Sebenarnya apa, sih, yang terkadung di dalam asap kebakaran hutan? Menurut Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, komponen asap kebakaran hutan terdiri atas gas (CO, CO2, NOx, SOx, Ozone dan lainya), partikulat (PM10, PM2.5, Ultrafine particles) dan uap.
Masing-masing komponen tersebut memiliki dampak terhadap kesehatan. Namun, sampai saat ini tidak ada satu pun jenis respirator alias masker untuk halau kabut asap atau dengan kata lain memproteksi semua komponen gas dari asap kebakaran hutan.
Penggunaan alat pelindung diri seperti masker atau respirator direkomendasikan untuk digunakan orang-orang yang terpapar asap kebakaran hutan karena desainnya untuk mengurangi paparan partikulat.
Sedangkan penggunaan masker bedah (surgical mask) memiliki manfaat mengurangi masuknya partikel ke dalam saluran napas. Desainnya memfilter partikel yang besar tapi tidak untuk partikel yang kecil, penetrasinya sekitar 60-70% partikel masih dapat masuk ke saluran napas.
Masker N95 merupakan masker yang cukup baik karena dapat menghalangi 95% partikel yang masuk, terutama PM10 (partikel debu). Tentu saja digunakan dengan teknik dan cara yang tepat. Penggunaan yang tidak tepat akan memberikan manfaat yang hampir sama dengan penggunaan masker bedah biasa.
Sebaliknya jika digunakan dengan teknik dan cara yang benar, masker N95 dapat mengurangi gejala pernapasan yang timbul akibat paparan asap kebakaran hutan.
Masker N95 mempunyai keterbatasan berupa ketidaknyamanan penggunaannya dan terbatas maksimal hanya 8 jam. Masker N95 dipakai pada kondisi seseorang yang harus berada di luar ruangan saat kondisi asap cukup pekat.
Penggunaan masker N95 tidak direkomendasikan dipakai di dalam rumah, anak-anak, ibu hamil, orangtua (lansia), dan pasien dengan penyakit kardiovaskuler, penyakit paru kronik.
Noverita K. Waldan