Tak diragukan lagi, ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan terbaik untuk bayi. Maka tak heran, manfaat dari ASI eksklusif yang diberikan pada bayi usia 0-6 bulan ini tak tergantikan oleh apapun.
Keajaiban ASI yang tak tergantikan juga tersimpan di kolostrum. Kolostrum adalah cairan kental berwarna kekuningan atau jernih yang diproduksi pada hari-hari pertama persalinan.
Pentingnya Kolostrum untuk Bayi
Produksi kolostrum memang hanya sedikit, sebab disesuaikan dengan kebutuhan jabang bayi yang ukuran lambungnya masih sebesar kelereng.
Meski jumlahnya hanya sedikit, kandungan kolostrum memiliki banyak manfaat. Apa saja manfaat kolostrum? Di antaranya kolostrum lebih banyak mengandung antibodi, sel darah putih pembangun sistem kekebalan, dan asam lemak rendah kolesterol berantai panjang.
Kolostrum juga mengandung vitamin K yang sangat cukup untuk menghindarkan bayi dari perdarahan, serta mengandung faktor pertumbuhan dan lebih kaya vitamin, terutama vitamin A, daripada ASI matang.
Selain itu, kandungan protein antiinfektif pada kolostrum 3 kali lebih banyak ketimbang kandungan pada ASI matang. Protein antiinfektif dan sel darah putih yang terkandung di dalam kolostrum merupakan imunisasi pertama terhadap penyakit yang dihadapi bayi setelah dilahirkan. Kolostrum juga membantu mencegah infeksi bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan sepsis dan risiko kematian.
Tak hanya itu, kolostrum memiliki efek pencahar ringan yang membantu membersihkan usus bayi dari meconium (tinja pertama bayi yang berwarna kehitaman). Pembersihan akibat efek pencahar tersebut juga membantu membersihkan bilirubin dari usus sehingga dapat mencegah terjadinya bayi kuning (jaundice).
Perkembangan usus bayi yang belum matang pun terbantu oleh kolostrum. Alhasil, bayi terhindar dari infeksi, alergi, dan intoleransi terhadap makanan lain. Tak kalah penting, memberikan kolostrum pada awal menyusui akan membentuk bonding antara ibu dan bayinya.
Manfaat Menyusui untuk Ibu dan Bayi
Dalam jurnal The American Academy of Pediatrics 2012 disebutkan, menyusui bayi secara eksklusif menurunkan 63 persen risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), 77 persen risiko radang telinga (otitis media), 42 persen risiko alergi (dermatitis atopik), 64 persen risiko infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis), 24 persen risiko kegemukan (obesitas), 30 persen risiko terkena penyakit gula (diabetes) dan 20 persen risiko terkena kanker (Leukimia).
Sementara bagi ibu, menyusui dapat mengurangi risiko perdarahan pasca melahirkan, mengurangi risiko anemia, kanker payudara, kanker indung telur, dan kanker rahim. Ibu yang menyusui juga menurunkan risiko osteoporosis dan berat badan berlebih.