Tren Restoran Sehat, Berburu Sehat Sambil Makan Lezat

By nova.id, Sabtu, 12 Desember 2015 | 03:52 WIB
Numi Center, konsep clean eating. (nova.id)

Numi Center Konsep Clean Eating

esuai namanya yang merupakan singkatan dari Nutrition Mind ini menyediakan makanan, produk, dan jasa konsultasi untuk menunjang nutrisi pikiran. “Sebanyak 90 persen penyakit penyebabnya adalah pikiran,” ujar dr. Rika Christina, CNP, C.Ht.

Rika, demikian ia biasa disapa, mendirikan Numi sejak Agustus tahun lalu karena ide spontan. Awalnya, setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya, Rika bekerja di sebuah klinik umum. Pasien yang datang biasanya menderita hipertensi, diabetes, dan lainnya. “Mereka langganan dan terus-terusan minum obat. Saya jadi merasa seperti perpanjangan tangan farmasi,” ujar Rika yang kemudian berangkat ke Kanada untuk mempelajari nutrisi.

Di sana, barulah ia tahu banyak tentang pola makan dan nutrisi. Pulang dari Kanada, ia bekerja di klinik estetika. Namun, lagi-lagi ia menemukan banyak pasien yang menginginkan cara instan untuk langsing. “Alasannya dalam waktu dekat mau menikah, mau kondangan, anaknya mau wisuda, dan lainnya. Selain minta dilaser atau disuntik, mereka juga tanya kalau ikut program saya turun berapa kilogram?” ujarnya.

Berangkat dari keprihatinan ini, Rika lalu mendirikan Numi. “Capek juga kalau orang mintanya instan terus. Dengan melihat nama Numi, saya harap orang tak lagi berharap berubah secara instan di sini. Lagipula, berat badan yang cepat turun berarti akan cepat pula naiknya,” papar Rika yang awalnya hanya membuka klinik di rumah sambil menjual produk-produk makanan sehat pada pasien dan secara online.

Februari silam, Rika memindahkan kliniknya ke bilangan Alam Sutera, Tangerang Selatan. Saat itu, Rika sekaligus membuka restoran dan produk makanan kering yang sehat dan organik. Seringkali, pasien tak tahu seperti apa bentuk makanan yang disarankan Rika untuk dikonsumsi. “Jadi, ketika pindah ke ruko, saya ingin ada display makanan kering yang sehat, agar lebih gampang menjelaskan pada pasien,” tuturnya. Kebetulan pula, suami Rika, Michael Eilers, sebelumnya berprofesi sebagai chef di Kanada.

“Kalau kami bisa padukan resep obat yang berupa makanan dan di Numi dieksekusi suami saya, pasien akan lebih mudah mengerti dan mengikuti langkah yang disarankan,” tuturnya. Restoran kecil ini, juga dibuat untuk mengedukasi pasien atau pengunjung. “Jadi, setelah pasien berkonsultasi, dia bisa langsung melihat produk dan masakannya. Kalau ada yang bertanya cara buatnya, kami dengan senang hati memberitahu, agar bisa diduplikasi di rumah.”

Produk-produk makanan sehat atau organik yang dijual di Numi merupakan produk buatan teman-temannya. “Mengenal pembuatnya juga penting, karena dari situ kita bisa percaya dia memproduksi secara sehat atau tidak,” tandasnya. Meski tak semua produk yang ia jual merupakan bahan makanan organik, tapi minimal tidak mengandung pengawet, penyedap, pewarna, dan pemanis buatan (bebas 4P).

Di tokonya, ia juga menyediakan susu almon, selai kacang, serta granola buatan sendiri. Keduanya menjadi favorit para pembeli, termasuk ibu-ibu hamil dan menyusui. “Kalau tanggal merah atau hari libur, banyak orang Bandung datang ke sini. Pernah, ada pembeli minta dikirim ke Thailand karena dia tinggal di sana,” tuturnya sambil menambahkan, menu yang disajikan tidak diproses lama dan tidak menggunakan bahan instan. Ini sebabnya, ia menyebut restorannya berkonsep clean eating.

Sayang, lanjutnya, banyak yang menganggap makan dengan konsep clean eating susah dijalankan, sehingga banyak yang makan sembarangan di luar. Peluang inilah yang dimanfaatkan Numi dengan menawarkan clean eating. Menunya sendiri lebih mirip masakan rumah dengan sayuran menjadi mayoritas, sesuai “keyakinan” bahwa masakan berdasarkan sayuran lebih sehat daripada hewani.

Untuk pengunjung yang menginginkan daging, Numi menyediakan ayam probiotik dan ikan salmon asap. “Ada juga sandwich dari roti sour dough. Adonan roti dari gandum utuh ini difermentasi dengan ragi alami selama 1-2 hari. Pasta kami juga berbahan gandum utuh,” tuturnya. Rencananya ia akan menambah menu ringan seperti snack sehat untuk menjangkau kalangan muda, termasuk mahasiswa yang kampusnya dekat dari Numi.

“Saya sadar tidak bisa mengubah mereka secara langsung. Kalau terbiasa makan daging di rumah, dengan makan daging di sini mereka akan merasa ternyata makan daging dalam jumlah sedikit juga sudah enak.”

Jadi, imbuhnya, orang bisa beralih ke pola makan yang lebih sehat secara pelahan. Bila dilihat dari skala sehatnya menu yang ditawarkan, Rika menyebut Numi berada di tengah-tengah. “Sehingga, bisa lebih banyak merangkul orang, baik yang baru mau mulai atau sudah menjalankan pola makan sehat. Makanya, tagline kami adalah creating balance. Kalau tiap hari makan steak, ya enggak sehat. Tapi kalau seminggu sekali tidak apa-apa. Sebetulnya, banyak yang sudah tahu bagaimana seharusnya makan sehat dilakukan. Namun, praktiknya sangat sulit.

Ditambah lagi, sayur yang dimasak biasanya itu-itu saja, sehingga mudah bosan.”

Ia menambahkan, kliniknya juga menyediakan program slimming yang berbasis nutrisi dan modifikasi gaya hidup. Di program ini, pasien akan mendapat konsultasi nutrisi. Bila hanya pola makan pasien saja yang kacau, Rika akan mengubah pola makan dengan pemberian nutrisi yang benar. Namun, bila mindset pasien perlu dibantu, Rika akan memberikan hipnoterapi. Ia memang sengaja mendalami ilmu hipnoterapi untuk membantu pasiennya.  

Kehidupan Tak Pernah Berakhir Sesi Kesaksian Dan Talkshow

ama restoran di Jl. Pajajaran Bandung ini cukup unik dan biasa disebut restoran Kehidupan. Lengkapnya, Kehidupan Tak Pernah Berakhir. Diberi nama seperti ini, menurut Andrea Suwandi, Wakil Manager, karena setelah meninggal, hidup memang masih terus berlangsung. Kehidupan merupakan restoran yang menyajikan menu vegetarian murni untuk para vegan. Tidak ada menu olahan hewan maupun turunannya, termasuk susu dan telur di sini. Bahan bakunya menggunakan bahan lokal maupun impor.

Setiap bahan baku yang dibutuhkan diseleksi ketat sesuai daftar yang tertera dalam ketentuan International Vegetarian Society. “Setiap komposisinya diperiksa. Kalau ada yang mengandung produk hewani, kami tidak memakainya demi menjaga kemurnian vegannya,” ujar Andrea.

Vegetarian sendiri, menurutnya, dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu lakto vegetarian, lacto ovo vegetarian, dan vegan. Yang termasuk dalam lacto vegetarian adalah orang-orang yang hanya makan sayuran tapi masih minum susu. Kedua, lacto ovo vegetarian, yaitu vegetarian yang masih mengonsumsi susu dan telur. Terakhir adalah vegan, yaitu vegetarian murni karena tidak mengonsumsi produk hewani.

Soal menu, restoran berkapasitas 150 orang ini menyediakan menu bawah dan menu atas. Yang termasuk dalam menu bawah antara lain sayur-sayuran, perkedel jagung, bakwan, jamur krispi, kentang balado, tahu, tempe, bayam, sawi asin, lodeh labu, dan sebagainya. Total, ada 18 jenis sayur dalam menu bawah.

Secara berkala, jenis sayur yang disediakan diganti agar pengunjung tidak bosan bersantap di restoran yang berdiri pada 2012 ini. Sedangkan menu atas berfungsi untuk menjembatani pemakan daging untuk mengonsumsi makanan nabati. Menu atas merupakan lauk berbahan baku nabati dari kedelai, kembang tahu, rumput laut, jamur, dan sedikit tepung, diolah sedemikian rupa sehingga pengunjung merasa seperti menyantap daging.

Menu atas terdiri dari sembilan macam, yaitu sate (terbuat dari jamur dan kedelai), rendang (jamur), muton lada hitam, tempura udang (dari tepung), sarden (kembang tahu, rumput laut, dan kedelai yang dipadatkan), ikan bumbu gulai (kedelai, rumput laut, dan kembang tahu yang dikukus), chicken barbeque (jamur dan kedelai), chicken roll (kembang tahu, kedelai, dan rumput laut), serta lainnya.

Di Kehidupan, lanjut Andrea, pembeli bisa memilih beragam menu atas dan menu bawah dalam paket hemat. Paket yang terjangkau oleh semua kalangan ini harganya Rp8.000, terdiri dari seporsi nasi dan empat macam sayur. Bila ingin ditambahi menu atas, harga menjadi sedikit lebih mahal. Harga menu atas yang termurah adalah sate Rp5.500 dan paling mahal rendang Rp7.000. “Kami sengaja menyediakan menu dengan harga murah agar orang beralih ke makanan nabati,” ujar pria kalem ini.

Selain menu paket, restoran yang digawangi 50 pegawai dengan sistem shift ini juga menyediakan menu a la carte, antara lain spageti, mi keriting, nasi jamur krispi, nasi goreng, mi goreng, nasi soto, nasi timbel, dan sebagainya. Untuk minuman, Kehidupan menyediakan susu kedelai kental dan jus markisa yang menjadi favorit pembeli. Tak hanya menawarkan makanan dan minuman enak,

Kehidupan juga menjual kerupuk rumput laut yang menjadi ciri khas dan dijual di toko yang terletak di bagian depan. Kerupuk ini dijual dengan sistem grosir maupun eceran untuk menarik orang agar beralih dari snack berbumbu hewani ke bumbu nabati. “Bahan bakunya rumput laut, kedelai, tepung sagu, dan wijen,” jelas Andrea. Dengan menawarkan harga murah, Kehidupan diharapkan bisa menjadi tujuan semua kalangan untuk menyantap makanan sehat.

“Mengambil keuntungan bukan tujuan kami. Misi kami adalah melayani dan menyebarkan informasi seluas-luasnya tentang perlunya mengubah pola makan berbasis hewani ke pola makan berbasis nabati. Tujuannya untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit degeneratif, penyakit tidak menular tapi berisiko tinggi, dan sebagainya. Orang yang pola makannya masih berbasis hewani berisiko 50 persen terkena penyakit-penyakit itu,” jelas pria berdarah Tionghoa ini.

Itu sebabnya, setelah melewati bagian depan berupa toko, kita akan disuguhi belasan layar teve berisi informasi dan video tentang pentingnya pola hidup vegetarian di sepanjang lorong dan ruangan yang menghubungkan toko dan restoran yang terletak di belakang. “Kehidupan terbuka bagi semua orang tanpa membedakan suku agama, ras, profesi, penganut vegetarian maupun tidak. Di sini, kami juga menyediakan konsultasi untuk pola hidup vegetarian.”

Banyak kalangan yang datang ke Kehidupan, mulai dari ibu rumahtangga, mahasiswa, karyawan kantor, pejabat, bahkan rombongan turis lokal dan mancanegara dengan jumlah ratusan. Menariknya, restoran yang juga pernah dikunjungi artis seperti Sophia Latjuba, Izzur Muchtar, dan Bisma Smash ini memiliki panggung kecil di area makan. Secara berkala, panggung digunakan untuk acara kesaksian para pelanggannya, berkaitan dengan pola hidup berbasis nabati yang mereka jalankan dan manfaat yang mereka petik.

“Bahkan, karyawan kami juga sudah merasakan manfaat dari pola makan berbasis nabati ini. Sebelum dia rajin mengonsumsi sayuran seperti sekarang, buang air besarnya bisa seminggu atau bahkan sebulan sekali. Sekarang sudah tiap hari,” papar Andrea. Sebulan sekali, Kehidupan mengadakan talkshow kesehatan, misalnya tentang pola makan, penyakit dan sebagainya. Restoran ini siap melayani pembeli mulai pukul 06.00-21.00 setiap Minggu sampai Kamis. Sedangkan Jumat dan Sabtu tutup pukul 22.00.

Hasuna Daylailatu