Masih berada di dusun Tanuraksan, batik Pawitah juga menjadi salah satu pengrajin yang layak disambangi karena memproduksi batik Kebumen berkualitas. Pawitah (28), sang pemilik usaha ini, menceritakan awal mula perjalanan bisnis batiknya saat ditemui Tabloid NOVA di galeri miliknya di Jalan Karangsambung.
“Saya memulai usaha ini sejak 6 Maret 2009. Awalnya saya dan suami belajar langsung dari ayah. Ya, mertua saya perajin batik Kebumen yang sudah menggeluti usaha ini sejak lama. Setelah belajar dua tahun dan merasa sudah terampil, saya dan suami memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan nama saya sebagai brand-nya,” jawab perempuan yang akrab dipanggil Pawit ini.
Di galeri Pawitah, tak hanya beragam kain batik Kebumen yang ditawarkan tetapi juga dilengkapi produk fashion batik dan beberapa aksesori pendukung. “Di sini ada beberapa batik khas Kebumen, mulai batik klasik atau batik tulis, kemudian batik kombinasi, seperti batik cap dan printing,” jawab Pawit singkat.
Untuk motif, Pawit juga menjelaskan beberapa jenis batik yang diproduksinya. “Sama dengan perajin lainnya, mulai dari Beras Utah, Kepundungan, Sekar Jagad, Ukel dan Limaran masih banyak menjadi pilihan pelanggan,” tukasnya.
Menurut Pawit, masih banyak pendatang yang memburu batik klasik Kebumen yang dibanderol dengan harga yang cukup bersahabat. “Batik klasik biasanya diberi harga mulai dari Rp400.000, sementara batik kombinasi ada yang dari Rp50.000. Kebanyakan memang peminat dari luar kota. Saya juga memasarkannya via jejaring sosial Facebook. Jadi saya juga mengirim ke berbagai kota besar di Indonesia. Respons pelanggan, sih, positif dan mengaku senang bisa mengoleksi batik asal Kebumen,” promosinya.
Untuk memproduksi batik Pawitah, istri dari Yudhi ini dibantu 10 perajin di workshop-nya dan merangkul 15 perajin binaan di luar. “Di kampung ini, kan, banyak perajin, jadi, ya, sekalian kami rangkul.”
Bisnis yang sudah ditekuni Pawit dan sang suami selama enam tahun ini pun kini sukses. “Alhamdulillah, pas permintaan banyak dan ramai, omzet bisa sampai Rp25 juta per bulan. Kalau pas sepi bisa Rp7 juta lah sebulan. Sayangnya belum ada yang membantu saya untuk mengurus akun Facebook. Sebenarnya bisa lebih maksimal kalau ada yang ikut membantu. Mudah-mudahan ke depan bisa terus berkembang lagi dan maju,” jawabnya.
Swita Amalia