Mengunjungi Kampung Batik Kebumen, Motif Klasiknya Tak Lekang Dimakan Zaman

By nova.id, Minggu, 5 Maret 2017 | 05:45 WIB
Sekarjagad dikenal batik tulisnya (nova.id)

SekarJagad Dikenal Batik Tulisnya Salah satu perajin yang cukup dikenal masih memproduksi batik tulis berkualitas adalah produksi batik Sekar Jagad milik Hikmah. Perempuan kelahiran 20 Februari 1972 ini mulai memproduksi batik tulis sejak tahun 2007. Tabloid NOVA pun berkesempatan melihat workshop dan proses produksi batik Sekar Jagad serta beragam batik produksinya yang dipamerkan di galeri di Jalan Karang Sambung, Kebumen.

“Saya sebenarnya tidak asing dengan kain batik karena nenek dan ibu saya memang menekuni usaha batik. Ceritanya, saya lihat, kok, kelihatannya orangtua susah banget bisnisnya. Jadinya saya berpikir tidak akan menekuni usahanya. Masalahnya, dulu saat orangtua berbisnis, workshop membatik dan tempat jualannya ada di satu rumah, sehingga rumah selalu kotor dan berantakan. Makanya saya dan 6 saudara yang lain enggak ada yang berniat meneruskan usaha ini,” kata Hikmah membuka cerita.

Namun, kenyataannya, beberapa teman Hikmah selalu menghubungi dan memintanya mencarikan kain batik. “Ya, beberapa teman selalu minta saya mencarikan kain batik. Saya pikir, kan, lumayan, bisa dapat uang tambahan. Permintaan ternyata terus bertambah. Nah, kain batik cap produksi ibu yang saya terus ambil lama-lama juga enggak cukup. Apalagi banyak masukan dan permintaan batik tulis. Ditambah saat itu ada kebijakan Pemda bahwa PNS wajib menggunakan batik. Saya langsung memutuskan untuk mencoba memproduksi sendiri dan lalu membuat Sekar Jagad secara mandiri, enggak sama ibu lagi,” jelasnya mengingat awal bisnis yang ditekuninya.

Hikmah tak menyangka, respons pasar terhadap batik yang diproduksinya baik, bahkan sambutan hangat ia terima. Hikmah pun sengaja hanya memproduksi batik tulis dengan kualitas terbaik dan tak mengejar kuantitas. “Dulu saya idealis dan hanya membuat batik tulis karena menurut saya itu yang berkualitas. Enggak peduli pasar. Tetapi setelah saya belajar dan ikut berbagai pelatihan, ternyata batik kombinasi pun bisa jadi pilihan karena permintaan yang terus meningkat. Kan, enggak semua orang juga suka batik tulis, apalagi imejnya batik tulis itu hanya untuk kalangan menengah ke atas. Saya ingin semua orang bisa mengenal batik Kebumen dengan harga yang juga terjangkau,” jawabnya.

Mengawali bisnis batik hanya dengan modal Rp500.000, Sekar Jagad terus berkembang dan dikenal sebagai salah satu pengrajin batik Kebumen yang menghasilkan batik berkualitas. “Saya memulainya dengan membatik sendiri, kemudian dibantu satu orang pengrajin. Sekarang saya dibantu 20 perajin di workshop dan 50 perajin binaan di luar,” jawab Hikmah.

Istri dari Imron ini pun mengaku senang karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk lingkungan sekitar yang juga dikenal memiliki banyak perajin. “Saya pun terus menambah keterampilan dengan ikut berbagai pelatihan dan akhirnya diminta jadi koordinator perajin batik,” lanjut Himah yang aktif dalam Paguyuban Batik Lawet Sakti, Kebumen.

Tak main-main, batik miliknya sering dipamerkan dan dibawa hingga ke mancanegara. “Saya rajin ikut pameran karena bisa belajar banyak, mulai dari bagaimana melihat tren dan peluang pasar. Saya juga mendapatkan networking. Pengalaman menarik pernah saya dapatkan saat mengikuti pameran Inacraft di Jakarta. Saya mendapat referensi dan ide untuk menangkap peluang pasar batik,” jawabnya.

Hikmah juga menceritakan keunggulan batik Kebumen yang masih belum dilirik padahal memiliki potensi yang besar. “Kebanyakan perajin batik Kebumen itu masih mau memproduksi batik tulis klasik yang pembuatannya cukup rumit tetapi harga jualnya juga tidak terlalu tinggi. Ini keunggulan yang dimiliki para perajin Kebumen. Kan, sudah jarang sekali ada yang mau memproduksi batik yang rumit. Kebanyakan batik dengan warna yang bagus dan cepat laku. Nah, keunggulan para perajin batik Kebumen salah satunya ini. Selain itu, warna-warna alami khas Kebumen seperti campuran warna biru, hitam, kuning dan sogan kehijau-hijauan juga menjadi keunikan lain batik Kebumen,” promosi Hikmah.

Hikmah menyebutkan beberapa motif yang banyak dicari dan menjadi andalan, antara lain Kawung Jenggot yang unik dan langka, Srikit, Jagatan Kebumen atau Sekar Jagad, Beras Utah, Ukel, Limaran, Kopi Pecah, Kepundungan. “Namun, perkembangannya, sih, bergeser dengan fungsi yang juga berbeda. Kain, kan, kebanyakan digunakan untuk fashion, jadi kalau pun membuat motif harus lebih simetris agar mudah dipotong. Nah, motif-motif kreasi akhirnya mulai bermunculan,” jawab Hikmah.

Kebumen yang juga terkenal kaya akan batu-batuan fosil juga dianggap Hikmah menjadi inspirasi tersendiri. “Saya pernah mengusung batu suiseki dan menjadi inspirasi untuk batik Kebumen. Batik Kebumen, kan, sudah naik ke panggung Indonesia Fashion Week bekerja sama dengan APPMI Yogya. Hasilnya banyak yang kaget dengan motif-motif dan warna yang bagus. Banyak potensi besar di batik Kebumen, mudah-mudahan akan terus berkembang dan semakin dilirik,” harapnya.

Untuk membeli kain batik Kebumen milik Sekar Jagad, Hikmah tak membanderolnya dengan harga mahal. “Mulai dari Rp80.000 untuk batik kombinasi sampai Rp200.000. Untuk batik tulis dengan bahan sutra ATPM harganya mulai Rp600.000, enggak pernah sampai jutaan. Jadi, saya memang heran kalau ada batik yang dibanderol dengan harga jutaan. Padahal, sih, sebenarnya enggak kalah juga kualitas dan bahan yang digunakan, apalagi dibandingkan dengan batik klasik Kebumen,” tuturnya.

Pawitah Unggulkan Batik Kombinasi

Masih berada di dusun Tanuraksan, batik Pawitah juga menjadi salah satu pengrajin yang layak disambangi karena memproduksi batik Kebumen berkualitas. Pawitah (28), sang pemilik usaha ini, menceritakan awal mula perjalanan bisnis batiknya saat ditemui Tabloid NOVA di galeri miliknya di Jalan Karangsambung.

“Saya memulai usaha ini sejak 6 Maret 2009. Awalnya saya dan suami belajar langsung dari ayah. Ya, mertua saya perajin batik Kebumen yang sudah menggeluti usaha ini sejak lama. Setelah belajar dua tahun dan merasa sudah terampil, saya dan suami memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan nama saya sebagai brand-nya,” jawab perempuan yang akrab dipanggil Pawit ini.

Di galeri Pawitah, tak hanya beragam kain batik Kebumen yang ditawarkan tetapi juga dilengkapi produk fashion batik dan beberapa aksesori pendukung. “Di sini ada beberapa batik khas Kebumen, mulai batik klasik atau batik tulis, kemudian batik kombinasi, seperti batik cap dan printing,” jawab Pawit singkat.

Untuk motif, Pawit juga menjelaskan beberapa jenis batik yang diproduksinya. “Sama dengan perajin lainnya, mulai dari Beras Utah, Kepundungan, Sekar Jagad, Ukel dan Limaran masih banyak menjadi pilihan pelanggan,” tukasnya.

Menurut Pawit, masih banyak pendatang yang memburu batik klasik Kebumen yang dibanderol dengan harga yang cukup bersahabat. “Batik klasik biasanya diberi harga mulai dari Rp400.000, sementara batik kombinasi ada yang dari Rp50.000. Kebanyakan memang peminat dari luar kota. Saya juga memasarkannya via jejaring sosial Facebook. Jadi saya juga mengirim ke berbagai kota besar di Indonesia. Respons pelanggan, sih, positif dan mengaku senang bisa mengoleksi batik asal Kebumen,” promosinya.

Untuk memproduksi batik Pawitah, istri dari Yudhi ini dibantu 10 perajin di workshop-nya dan merangkul 15 perajin binaan di luar. “Di kampung ini, kan, banyak perajin, jadi, ya, sekalian kami rangkul.”

Bisnis yang sudah ditekuni Pawit dan sang suami selama enam tahun ini pun kini sukses. “Alhamdulillah, pas permintaan banyak dan ramai, omzet bisa sampai Rp25 juta per bulan. Kalau pas sepi bisa Rp7 juta lah sebulan. Sayangnya belum ada yang membantu saya untuk mengurus akun Facebook. Sebenarnya bisa lebih maksimal kalau ada yang ikut membantu. Mudah-mudahan ke depan bisa terus berkembang lagi dan maju,” jawabnya.

Swita Amalia