Shinta Ratna Sari: “Perempuan Harus Menguasai Beladiri.”

By nova.id, Minggu, 10 Januari 2016 | 09:36 WIB
Shinta Ratna Sari (nova.id)

Seperti apa bentuk latihan di WSDK?

Suasana latihan tidak terlalu formal. Ini menjadi salah satu pembeda WSDK dengan latihan beladiri lainnya. Peserta bisa menggunakan pakaian sehari-hari untuk latihan, seperti rok atau baju dinas masing-masing. Di WSDK kita dilatih seperti berada dalam keadaan sebenarnya, kejadian nyata. Peserta bisa langsung mempraktikkan tanpa sungkan dan ragu. Dengan rok sekalipun!

Ada beberapa gerakan yang diberikan. Salah satu teknik dasar yang diberikan adalah teknik mendorong dengan telapak tangan menuju ke arah dagu lawan, atau teknik mencubit ke arah lengan bagian bawah dekat ketiak. Atau ketika ada tamparan bisa ditangkis dengan teknik seperti menggaruk punggung. Dengan cara mengangkat tangan menekuk ke bagian punggung, lengan atas menutupi bagian telinga.

Ada berapa banyak instruktur WSDK dan latar belakang profesi serta bela diri mereka?

Sejauh ini jumlah instruktur WSDK ada sekitar 25 orang, terdiri dari berbagai macam profesi. Seperti dokter, oditur militer, arsitek, pengusaha, dosen, ibu rumah tangga, guru olah raga, peneliti tsunami dan gempa, wartawan, bahkan mahasiswa. Dari semua instruktur ini, beberapa di antaranya memiliki dasar beladiri seperti karate, jujitsu dan aikido. Bahkan ada beberapa di antaranya merupakan juara di level nasional maupun internasional.

Apa suka duka selama bergabung dan berlatih dengan WSDK?

Banyak sukanya dibanding dukanya. Seperti ketika melihat antusias para peserta ketika berlatih walau di usia yang sudah tidak muda lagi. Selain itu, tim WSDK ini kekeluargaannya sangat kuat, dengan berbagai macam profesi. Hal ini justru menjadikan WSDK saling melengkapi dan hebat. Dukanya, cedera saat melatih akibat kurang hati-hati. Soalnya instruktur acap jadi sasaran latihan. Ha ha ha. Alhamdulillah, sejauh ini tidak pernah mengalami cedera yang serius.

Anda sendiri kapan mulai bergabung dengan WSDK?

Saya bergabung awal tahun 2013. Bermula dari rasa kangen berlatih beladiri yang sudah lebih dari 20 tahun ditinggalkan. Tahun 1985-1993, saya aktif di karate dan merupakan Best Female Black Belt (DAN I). Tetapi untuk kembali aktif berlatih karate terbentur waktu dan tenaga. Suatu hari saya iseng browsing tentang Women Self Defense di Bandung, dan yang pertama keluar adalah WSDK. Setelah saya teliti lebih lanjut, saya jadi tertarik untuk ikut berlatih hingga akhirnya menjadi instruktur WSDK.

Pernah menggunakan ilmu beladiri secara langsung?

Alhamdulillah belum pernah, mudah-mudahan jangan pernah ngalamin. Tapi pernah suatu saat ketika saya dan anak bungsu saya berada di sebuah lokasi di Bandung Utara yang cukup sepi, mobil saya ditabrak seorang pengendara motor. Saya lalu protes, tapi pengendara motor itu lalu menghentikan motornya tepat disamping pintu sehingga tidak memungkinkan bagi saya untuk membuka pintu mobil.

Dia mendekatkan wajahnya ke kaca pintu. Dari napasnya saya tahu orang ini sedang mabuk. Sesaat timbul rasa takut, kaget dan panik, tapi hal itu tidak berlangsung lama. Otak saya seperti berkata pada diri sendiri dan seperti membuat skenario bahwa saya bisa beladiri dan saya harus berani.