Bigson: Tidak Serumit Membuat Pesawat Terbang

By nova.id, Rabu, 17 Februari 2016 | 07:36 WIB
Bigson (nova.id)

Tabloidnova.com - Laki-laki ini berada di balik layar kemegawahan pernikahan artis seperti Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, Nabila Syakieb dan Reshwara Argya Radinal serta Fachri Albar dan Renata Kusmanto. Ya, pekerjaannya sebagai seorang wedding organizer, membuat Bigson Alandro siap repot untuk mewujudkan pernikahan impian para kliennya.

Awalnya, Bigson bercita-cita ingin menjadi diplomat. Ia pun memilih kuliah di jurusan Hubungan Internasional untuk mewujudkan hal itu, Namun nyatanya, setelah lulus, ia justru menekuni pekerjaan sebagai Wedding Organizer (WO).

Kendati harus melupakan cita-cita sebagai diplomat, toh Bigson mengaku justru lebih bahagia dengan profesinya sekarang. Ia merasa bahagia dan puas jika bisa mewujudkan pernikahan impian para kliennya melalui Big Enterprise dan Son Enterprise, yang didirikannya sejak 2005.

Harus Diwujudkan

Bukan perkara mudah membesarkan WO miliknya hingga menjadi langganan para pesohor. Apalagi ia merintisnya dari bawah, yaitu bekerja di sebuah perusahaan WO pada tahun 2000 sampai tahun 2005. Berbekal pengalaman dan passion membuat pengantin bahagia di hari besarnya itulah, yang kemudian mengantarkan Bigson berhasil menangani pernikahan ratusan pasangan penganten.

Untuk urusan profesionalisme, Bigson bahkan tak pandang bulu dalam menerima pekerjaannya. Dari pernikahan yang terlaksana di gang sempit oleh warga biasa,  hingga wedding di hotel mewah dari kalangan keluarga pejabat maupun selebriti kenamaan di Tanah Air, pernah ia kerjakan.

“Saya  merasa passion saya di sini, yaitu merasa bahagia ketika bisa mewujudkan impian wedding yang mereka inginkan. Selama persiapan dan pelaksanaan acara saya bisa mendengar alunan musik, melihat dekorasi yang bagus, mengasah  selera, dan bertemu dengan banyak orang,” ujar Bigson kepada Nova, Selasa (2/2).

Pria kelahiran Rejang Lebong, Bengkulu, mengatakan setiap wedding selalu khas. Artinya selalu ada hal-hal yang membuat perbedaan dengan wedding sebelumnya, tergantung tema acara, karakter pengantin, keluarga, maupun panitia acaranya. 

“Soal karakter, kalau merupakan tradisi biasanya harus diwujudkan. Tugas kami, adalah merangkul mereka agar bisa bersinergi, tidak ada orang yang one man show pada hari pernikahan.”

Bigson memisalkan saat dipercaya sebagai WO pada pernikahan artis Nabila Syakieb dan Reshwara Argya Radinal yang berlangsung di Hotel Ritz Cartlon, Desember silam. Nabila yang berasal dari keluarga Arab, maka tradisi Arab dibawa ketika membuat pesta pernikahan. “Tradisi semacam ini bisa dilakukan seluruhnya atau sebagian, tergantung keinginan penganten maupun keluarganya. Saat itu mereka menginginkan nuansa budaya Arab saat akad nikah, lalu resepsinya lebih internasional. Ini berbeda dengan acara pernikahan Raffi Ahmad dan Nagita yang memilih pernikahan dengan tradisi Jawa,” ujar Bigson yang juga berpengalaman melaksanakan wedding  hampir semua  tradisi di Tanah Air.

Apa yang terlihat oleh tetamu yang hadir saat acara pernikahan, lanjut Bigson, merupakan gambar dari keinginan penganten dan keluarga, sekaligus  merupakan hasil eksekusi tentang bagaimana sebuah WO  mewujudkan impian penganten. Mulai dari undangan yang dilengkapi denah, flow para tamu datang dan keluar dari gedung pesta, kerapihan kabel di tempat acara, sound system yang lembut didengar, cukup tidaknya makanan serta penataannya, dan sebagainya. “Di situ akan kelihatan, apakah WO itu semberono atau rapi kerjanya,” katanya.

Suasana itu merupakan hasil pertemuan yang berulang kali antara WO dan calon pengantin, sejak  perencanaan, persiapan, hingga saat  acara pernikahan dilaksanakan. Di situ WO dituntut  harus mampu memadukan setiap keinginan dan karakter keluarga mempelai, sekaligus memahami setiap tradisi calon penganten.

Di sisi lain, kata Bigosn, sudah sebuah keharusan jika WO wajib meng-update tentang perubahan berbagai tren di pernikahan. Pada wanita, seperti  tren baju, aksesori, make up, rambut, kuku, dan sebagainya. Sedangkan penganten pria, harus mengetahui penampilan, baju, celana, rambut, dan sebagainya. “Ini perlu untuk memupuk selera WO agar tetap bagus. Soalnya WO akan bertindak sebagai konsultan yang akan memberi masukan  yang baik bagi calon  mempelai saat perencanaan sebuah pernikahan. WO jangan sampai memberi  jawaban terserah, mau pilih mana? Kami ikut aja saat brain storming dengan mempelai,” jelas Bigson.

Di sisi lain WO juga merangkum semua keinginan calon mempelai, tentang karakter keluarga, profil tamu yang akan diundang, kesan yang ingin diraih, serta ketersediaan biaya. “Semua harus jelas dulu,” ujar Bigson yang menggambarkan pekerjaan WO tidak serumit  membuat pesawat terbang. “Kalaupun saya mampu, mungkin karena bakat,” ujarnya merendah.

Tak Harus MEwah

Seperti pepatah yang menyebutkan, tidak ada pesta yang sempurna. Namun Bigson menyadari bahwa dalam situasi pesta  ada kalanya menyulut emosi. “Semua kritik saya anggap  sebagai masukan bahwa mereka peduli pada kami. Tujuannya supaya kami bisa lebih baik lagi,”  ujarnya.

Bagi Bigson,  setiap wedding harus dilaksanakan sebaik mungkin,   karena wedding yang dilaksanakan saat ini akan berdampak pada eksistensi WO tersebut ke masa depan. “Setiap wedding yang kami laksanakan sekarang sekaligus menjadi sarana promosi bagi wedding selanjutnya,” tambahnya.

Itu sebabnya  Bigson menganjurkan agar profesi  WO tidak boleh dilakukan sebagai ajang coba-coba. “Esensi WO adalah menjadi pelaksana untuk mewujudkan impian terbesar seseorang saat menikah, makanya jangan dibuat sebagai ajang coba-coba. Demikian juga bagi calon mempelai. Ketika akan mewujudkan  wedding impian mereka, seyogianya menggunakan WO yang kapabel,” anjur Bigson.

Bigson mengenyahkan anggapan bahwa menggunakan jasa WO selalu identik dengan pernikahan mewah nan mahal. “Tidak harus mewah atau mahal. Yang paling penting, calon mempelai harus tahu dulu esensi WO itu apa? Ini dipengaruhi oleh pengalaman dan jam terbang sebuah WO yang banyak, sehingga setiap persoalan yang timbul dapat teratasi oleh solusi dan antisipasi yang baik pula. Intinya, bagaimana calon mempelai nyaman karena dibantu oleh WO yang kapabel.”

Bigson menambahkan, seorang WO akan menciptakan sebuah momen yang paling berharga bagi calon mempelai dan diinginkan oleh calon mempelai dan keluarga. “Momen memang harus diciptakan. Namun, meski sudah dibuat, akan sia-sia jika calon mempelai tidak bisa menikmatinya di hari pernikahan. Supaya kedua mempelai bisa menikmati, mood keduanya harus baik. Sudah menjadi tugas WO  untuk membuat mood calon mempelai menjadi baik. Caranya, dengan membantu mempersiapkan pernikahan calon mempelai sebaik-baiknya,” pungkas Bigson.

Tumpak Sidabutar