Berkat Konsumen
Gagal tentu jadi hal biasa pada awalnya. Pernah, kami sudah membuat pesanan klien sampai tujuh buah, tapi kemudian kami buang semua karena tidak puas akan hasilnya. Waktu itu, produk kami ada yang laku, ada yang tidak, dan banyak yang terbuang. Namun, kami terpacu untuk terus belajar hingga akhirnya jadi lebih tahu trik-trik menganyam koran. Waktu itu, memang baru saya dan Bu Dewi yang membuat produk anyaman ini. Ada sih karyawan, tapi bagian supporting.
Terkadang, ada konsumen yang minta dibuatkan barang seperti yang ada di foto yang dibawanya, tapi terbuat dari anyaman koran. Pernah, tiga hari tiga malam kami puyeng memikirkan cara membuatnya. Walaupun susah, yang penting kami iyakan dulu permintaannya. Namun, dari situ kami jadi tahu teknik-teknik menganyam yang lebih baik. Kami jadi tahu bagaimana caranya menganyam agar lekukannya halus.
Bagi kami, yang sangat berjasa adalah konsumen, karena mereka sering minta dibuatkan produk yang sama sekali baru bagi kami. Sampai akhirnya, kami bisa membuat produk anyaman dengan rapi. Selama setahun persiapan, banyak produk yang kami buat, sampai-sampai kami lupa apa saja. Yang jelas, kalau ditotal, sampai sekarang kami sudah membuat lebih dari 150 buah desain.
Setahun pertama itu, bisa diibaratkan kami lebih ke main-main dulu, belum masuk ke sisi pemberdayaan perempuan. Sebab, kami belum punya pasar dan produk yang pasti. Kalau sudah mengajak masyarakat lebih dulu, kami takut jadi PHP (Pemberi Harapan Palsu, Red.), hahaha. Jadi lebih baik setelah terlihat titik terangnya, baru kami mengajak masyarakat. Maka, tahun kedua, barulah kami mengajak ibu-ibu di sekitar lingkungan SAB. (BERSAMBUNG)
Hasuna Daylailatu