Bisa Anda ceritakan pengalaman itu?
Misalnya, saat sedang bertugas dan bergabung dengan Wanteror, anggota lain tidak tahu bahwa saya perempuan. Itu karena saya menggunakan pakaian lengkap beserta helm baja dan bersuara seperti laki-laki.
Beberapa dari mereka yang tidak tahu menepuk bahu seperti kebiasaan teman-teman pria lainnya. Usai bertugas dan melapor, baru saya membuka helm baja dan melihat ada dari mereka yang cukup terkejut melihat ada anggota Wanteror perempuan, Ha ha ha.
Bergelut dengan profesi penuh risiko, bagaimana sikap keluarga?
Semua pekerjaan tentu memiliki risiko masing-masing. Memang awalnya keluarga juga cemas dan khawatir tetapi, kan, pekerjaan harus tetap jalan.
Saya meyakinkan kedua orangtua bahwa saya bisa bekerja dengan maksimal dan mengharapkan doa agar senantiasa diberikan kemudahan dan dilindungi oleh-Nya setiap bertugas. Saya juga berdoa, pekerjaan yang saya lakukan, kan, untuk kebaikan jadi, ya, berkeyakinan bahwa semua dapat berjalan dengan baik.
Bagaimana adaptasi dengan tim yang dominasi pria?
Banyak yang bertanya hal ini kepada saya. Untungnya, saya bisa beradaptasi dengan baik dan mereka tidak lantas mengistimewakan saya karena saya perempuan. Semua berjalan di koridor yang semestinya. Kami semua saling menghormati karena memang kami satu tim.
Saya juga senang mendapatkan komandan satuan, AKBP Asnawi Hasyim, yang juga mendukung serta memberikan kesempatan yang sama tanpa memberikan keistimewaan.
Punya “ritual” khusus yang dilakukan saat hendak bertugas?
Ah, tidak ada, kok, saya hanya terus berdoa agar diberikan kemudahan dan kelancaran saat bertugas. Yang diutamakan adalah persiapan fisik dan konsentrasi tentunya.
Tetap terlihat cantik meskipun bertugas, apa rahasianya?