Bripda Nina Oktoviana: Pasukan Antiteror yang Rajin Merawat Tubuh

By nova.id, Jumat, 1 Juli 2016 | 06:50 WIB
Bripda Nina Oktoviana (nova.id)

Dara kelahiran 24 Oktober 1993 ini menekuni pekerjaan yang tidak biasa dilakukan kebanyakan perempuan. Dialah Bripda Nina Oktoviana, akrab dipanggil Nina. Sosoknya menyita perhatian publik dan menginspirasi perempuan di Tanah Air.

Ia memilih bergabung dengan Detasemen Gegana Brimob dan tergabung sebagai anggota pasukan organik perlawanan terorisme (Wanteror) yang didominasi kaum pria. Parasnya yang cantik dan kekuatan fisik serta kepiawaiannya memainkan senjata membuatnya dikenal sebagai perempuan tangguh dari Banda Aceh.

Bisa Anda ceritakan kenapa tertarik bergabung dengan kesatuan Polri?

Sebenarnya, saya tidak memiliki keluarga yang memiliki latar belakang di kesatuan mana pun. Jadi memang awalnya saya juga belum tahu mau bergabung ke kesatuan Polri. Semua karena kesempatan yang datang saya. Saya mulai tertarik kesatuan Polri ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan.

Kebetulan saya bersekolah di SMK Penerbangan di Banda Aceh. Saat itu saya pengin jadi pilot dan melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi. Sayangnya, ada beberapa persyaratan, seperti tinggi badan, sehingga saya membatalkan niat jadi pilot.

Kemudian saya mendengar ada pendaftaran untuk bergabung dengan kesatuan Polri. Saya pikir saya punya kesempatan untuk mencobanya, jadi kenapa tidak? Alhamdulillah saya lulus dan bergabung di Polda Banda Aceh tahun 2014.

Bagaimana prosesnya bisa terpilih di Detasemen Gegana?

Saya awalnya ditempatkan di bagian SDM Polda Banda Aceh selama lima bulan. Setelah masuk saya makin tahu fungsi polisi, salah satunya Brimob. Saya juga melihat, kok, jarang perempuan yang jadi anggota Brimob, jadi saya makin tertarik. Saya juga memiliki kesan cukup mendalam dengan Korps Brimob ini.

Waktu Aceh bergejolak di tahun 2003 saya melihat banyak anggota Brimob yang berjaga di desa dan saya merasa itu tugas yang tidak mudah. Mereka siap menghadapi apa pun yang terjadi. Nah, kesan mendalam tersebut bertambah setiap kali saya pulang bertugas dari Polda Banda Aceh. Saya lihat para anggota Brimob berlatih.

Markas Detasemen Brimob, kan, memang berada di depan kantor saya. Nah, saya lihat mereka giat berlatih, sepertinya menantang dan menyenangkan. Saya pun menambah informasi mengenai Brimob dengan banyak bertanya kepada senior. Semakin banyak informasi yang saya dapatkan semakin membuat saya tertarik bergabung.

Lalu?

Di bulan keenam, saya minta rekomendasi komandan satuan dan masuk Brimob bulan Juli. Sebelumnya saya masih harus masuk satuan terlebih dahulu baru kemudian mendapatkan berbagai tes dan kemampuan, baru bisa masuk dalam tim Gegana.

Ketika sudah masuk tim Gegana, saya juga mendapatkan pelatihan khusus, karena ada tujuh kemampuan khusus Korps Brimob yang dimiliki.

Mulai dari Wanteror (perlawanan terorisme), Jibom (penjinakan bom), KLBM(Ketangkasan Lapa-ngan Brigade Mobil), KBR (Kimia, Biologi dan Radioaktif), PHH (Pengendalian Huru Hara), Resmob (Reserse Mobil) dan SAR (Search and Rescue). Dari semuanya, saya memang tertarik bergabung dengan Wanteror.

Alhamdulillah, hasil tes kemampuan pun menyatakan saya lolos dan bisa bergabung dengan pasukan organik Wanteror. Saat itu saya perempuan pertama yang bergabung di Banda Aceh.

Kenapa Anda tertarik dengan pasukan Wanteror?

Selain mengandalkan ketahanan fisik, kecepatan, akurasi dan kecerdasan, menggunakan senjata juga menjadi tantangan buat saya.

Saya juga tertarik mendapatkan ilmu yang berbeda dan polisi lainnya. Kehadiran saya dalam Korps Brimob dan tim Gegana ini saya harapkan bisa menjadi motivasi bagi polwan lainnya agar bisa menguji kemampuan. Alhamdulillah hasilnya memang ada, saat ini sudah ada lima polwan yang bergabung dengan tim Gegana Polda Banda Aceh.

Bagaimana Anda melatih ketahanan fisik?

Sejak bergabung dengan kesatuan, latihan fisik memang rutin dilakukan. Sama halnya saat bergabung dengan pasukan Wanteror, latihan fisik dua kali lebih keras tetapi semua bisa dilakukan dengan baik. Apalagi sudah berkomitmen untuk berada di kesatuan.

Saya juga memiliki bekal kemampuan bela diri saat sekolah, jadi tidak ada masalah dengan ketahanan fisik.

Pengalaman pertama mendapatkan tugas?

Kebetulan tugas berat belum ada, masih latihan terus, tetapi tentu saya harus siap bertugas kapan pun diminta dan dipanggil. Untuk tugas seperti pengamanan presiden saat berkunjung ke daerah Banda Aceh, saya sudah sempat mendapatkannya.

Ya, semua saya lakukan dengan penuh persiapan dan maksimal tentunya. Beberapa pengalaman menarik memang saya dapatkan saat bertugas.

Bisa Anda ceritakan pengalaman itu?

Misalnya, saat sedang bertugas dan bergabung dengan Wanteror, anggota lain tidak tahu bahwa saya perempuan. Itu karena saya menggunakan pakaian lengkap beserta helm baja dan bersuara seperti laki-laki.

Beberapa dari mereka yang tidak tahu menepuk bahu seperti kebiasaan teman-teman pria lainnya. Usai bertugas dan melapor, baru saya membuka helm baja dan melihat ada dari mereka yang cukup terkejut melihat ada anggota Wanteror perempuan, Ha ha ha.

Bergelut dengan profesi penuh risiko, bagaimana sikap keluarga?

Semua pekerjaan tentu memiliki risiko masing-masing. Memang awalnya keluarga juga cemas dan khawatir tetapi, kan, pekerjaan harus tetap jalan.

Saya meyakinkan kedua orangtua bahwa saya bisa bekerja dengan maksimal dan mengharapkan doa agar senantiasa diberikan kemudahan dan dilindungi oleh-Nya setiap bertugas. Saya juga berdoa, pekerjaan yang saya lakukan, kan, untuk kebaikan jadi, ya, berkeyakinan bahwa semua dapat berjalan dengan baik.

Bagaimana adaptasi dengan tim yang dominasi pria?

Banyak yang bertanya hal ini kepada saya. Untungnya, saya bisa beradaptasi dengan baik dan mereka tidak lantas mengistimewakan saya karena saya perempuan. Semua berjalan di koridor yang semestinya. Kami semua saling menghormati karena memang kami satu tim.

Saya juga senang mendapatkan komandan satuan, AKBP Asnawi Hasyim, yang juga mendukung serta memberikan kesempatan yang sama tanpa memberikan keistimewaan.

Punya “ritual” khusus yang dilakukan saat hendak bertugas?

Ah, tidak ada, kok, saya hanya terus berdoa agar diberikan kemudahan dan kelancaran saat bertugas. Yang diutamakan adalah persiapan fisik dan konsentrasi tentunya.

Tetap terlihat cantik meskipun bertugas, apa rahasianya?

Namanya juga perempuan, tentu harus menjaga dan melakukan perawatan tubuh. Apalagi latihan rutin yang saya lakukan dari pagi hingga sore hari di lapangan. Saya biasanya pakai masker wajah sebelum tidur dan rutin melakukan perawatan ke salon setiap weekend.

Menurut saya, biarpun mengangkat senjata, saya juga perlu tetap tampil menarik seperti perempuan lainnya, jadi perawatan dari ujung kepala sampai ujung kuku tetap saya lakukan.

Kabarnya punya hobi yang bertolak belakang dengan profesi?

Iya, saya suka sekali menari dan beberapa kali sering tampil menari di acara-acara yang diadakan

Polda Banda Aceh. Menari buat saya bisa jadi hiburan yang menyegarkan. Dulu memang sudah suka menari, khususnya tari kreasi, tapi cuma sekadar kesenangan saja, kok.

Rencana Anda dalam waktu dekat?

Insya Allah dalam waktu dekat saya akan melangsungkan pernikahan, jadi saya ingin bisa tetap berkarier dan tetap menjalani kodrat sebagai istri yang patuh pada suami. Untungnya, calon suami juga sama-sama anggota kesatuan yang bertugas di Bengkulu.

Kami saling mendukung aktivitas masing-masing. Saya juga semakin bersemangat karena saat ini ada lima polwan yang juga bergabung dalam tim sehingga saya ingin mereka bisa berhasil bahkan bisa lebih baik dari saya.

Ini bisa memotivasi perempuan di luar sana yang ingin mencoba berkecimpung dalam kesatuan dengan keahlian khusus.

SWITA AMALLIA