Andhang “Tiga Tjeret” Aprihardhanto Bikin Wedangan Naik Kelas

By nova.id, Sabtu, 8 Oktober 2016 | 05:03 WIB
Andang (nova.id)

Singkat cerita, reuni selama dua hari dua malam itu berlangsung sukses. Teman-teman semasa SMA puas. Tanpa jasa EO dan desain dekorasi sendiri menjadi kredit plus. Reuni SMA inilah yang kemudian menjadi semacam trigger buatku untuk merealisasikan mimpi merintis usaha kuliner wedangan.

Kenapa wedangan? Karena salah satu kebiasaan masyarakat Solo adalah nongkrong di wedangan atau lebih dikenal dengan nama HIK alias Hidangan Istimewa Kampung. Aku memang punya cita-cita mengangkat makanan tradisional yang bercita rasa kekinian. Aku kemudian merangkai ide untuk menciptakan mimpiku itu.

Usaha kuliner wedanganku ini nantinya menggunakan bahan-bahan recycle. Memadukan kreativitas dengan barang bekas tentu saja akan memiliki nilai seni dan ekonomi yang tinggi. Prinsipku adalah Do It Your Self (Lakukan semuanya dengan gayamu).  Banyak orang yang berpikiran menciptakan usaha kuliner dengan mencari sesuatu yang enggak punya. Misal mencari materi-materi yang tidak dimiliki dan kemudian menebus dengan uang banyak. Kenapa logika itu tidak kita balik saja? Yaitu memanfaatkan apa-apa yang sudah kita punya. Karena sejatinya itu semua sudah dipersiapkan Tuhan untuk kita. Tinggal bagaimana mengelolanya.

Akhirnya, Desember 2012 usaha kuliner Kafe Tiga Tjeret milikku berdiri. Selama empat bulan aku mencari tempat yang representatif untuk mengaplikasikan ide dan kreasiku ke dalam usaha kuliner.

Banyak yang bertanya kenapa Tiga Tjeret? Jawabannya, ini tidak terlepas dengan ciri wedangan tradisional yaitu selalu ada tiga ceret di angkringannya. Karena aku ingin mengangkat wedangan lebih kekinian, aku kemudian menambahkan nama kafe. Kata lainnya aku ingin membuat wedangan ini naik kelas seperti urban café.

Desain interior Tiga Tjeret pun sesuai angan-anganku. Aku memanfaatkan botol dan kaleng bekas yang kusulap menjadi lampu gantung unik. Kursi-kursinya pun dari daur ulang kursi bekas. Aku juga menambahkan konsep semi outdoor dengan tambahan beberapa tanaman agar terlihat natural.

Bukan sekadar menjual suasana yang asyik. Melalui Tiga Tjeret, aku juga menyediakan makanan dan minuman yang tidak jauh dengan ciri khas wedangan. Aku sengaja mengangkat makanan tradisional, karena misiku adalah membuat anak-anak muda memahami ragam makanan tradisional. Jujur, aku miris melihat anak-anak zaman sekarang yang lebih mengenal dan gandrung makanan luar negeri.

Anak-anak muda ini lebih bangga saat menyantap makanan asing daripada harus makan di angkringan. Makanya aku memutar otak bagaimana caranya supaya anak-anak muda ini bisa bangga makan di wedangan. Satu-satunya cara tentu saja membuat wedangan dengan gaya kekinian, sesuai selera anak muda.   

Ada puluhan jenis wedang di Kafe Tiga Tjeret, mulai wedang serai, wedang jahe, hingga wedang teh. Karena ingin menarik anak muda, aku pun menambah ragam jenis makanannya. Ada ratusan jenis makanan di Kafe Tiga Tjeret.

Suasana nyaman bagi pengunjung benar-benar kutekankan, selain tentu saja kualitas makanannya. Tak ayal, dalam beberapa bulan, kafe Tiga Tjeret menjadi ramai. Banyak anak muda dan keluarga meluangkan waktu berwisata kuliner di Tiga Tjeret.

Hingga saat ini, Tiga Tjeret saban harinya dikunjungi  tak kurang 500 pelanggan. Sementara setiap akhir pekan bisa mencapai 1.000 pelanggan yang datang. Meski banyak pelanggan, tidak semuanya memesan makanan. Ada yang sekadar minum atau nongkrong. Tapi, itu sama sekali tidak menjadi beban, karena intinya aku pengin membuat nyaman pelanggan.

Wadah Seni Anak Muda