Citra ibu Bhayangkari saat ini seperti apa?
Memang, selama ini sebagian masyarakat masih menilai ibu Bhayangkari itu berpenampilan glamor. Sebetulnya, ibu Bhayangkari berpenampilan rapi dan kelihatan cantik itu karena kreativitasnya. Dengan biaya terbatas, mereka dapat tampil maksimal. Itu enggak mesti mahal. Banyak ibu Bhayangkari berprestasi yang juga mendapatkan apresiasi.
Pernah ada ibu Bhayangkari seorang profesor yang menemukan vaksin serviks, ibu Bhayangkari yang jadi bupati, pilot Airbus Boeing 737, nakhoda, anggota DPR. Dan tentu ibu Bhayangkari yang berprestasi ini diberi apresiasi, karena dapat menjadi inspirasi bagi anggota lainnya. Intinya, ibu Bhayangkari harus bangga bisa berkiprah di mana pun dan apa pun profesinya. Kami juga mengangkat kehidupan ibu Bhayangkari dalam sebuah film.
Bisa dijelaskan mengenai film tersebut?
Film ini dibuat memang memiliki tujuan, karena kebanyakan imej ibu Bhayangkari itu selalu wah. Padahal kenyataannya, dari empat ratus ribu anggota Bhayangkari, hanya ada sekian persen yang hidupnya layak. Sisanya banyak yang masih harus berjuang. Inilah alasan film ini hadir, yaitu ingin memvisualkan kehadiran mereka sekaligus memotivasi. Kalau mau diceritakan banyak sekali perjuangan ibu Bhayangkari di pelosok atau pedalaman.
Seperti apa kehidupan ibu Bhayangkari di pedalaman?
Ketika saya tinggal di Papua selama 11 tahun, banyak sekali kisah mengharukan dan sangat berbeda dengan citra yang dikenal masyarakat. Ada ibu Bhayangkari yang jadi tukang cuci atau menjual pinang di depan rumah. Ada pula ibu Bhayangkari di daerah terpencil dan tidak memiliki alat transportasi selain sampan dan hanya beternak. Nah, pembekalan keterampilan untuk ibu Bhayangkari di pelosok sangat dibutuhkan agar bisa menambah nilai ekonomis dalam keluarga.
Yang cukup mengharukan, kisah ibu Bhayangkari yang berprofesi sebagai bidan dan tinggal di wilayah konflik di mana masih banyak OPM. Walaupun sudah ditawarkan untuk pindah, tetapi karena pengabdian dan merasa masyarakat masih membutuhkan jasa fasilitas kesehatan, ia tak bergeming dan memutuskan tetap tinggal di sana. Ibu Bhayangkari ini dan suaminya diterima dengan baik oleh warga setempat yang dikenal tidak menerima orang luar. Bahkan mereka dihormati.
Mengenai website multimedia yang baru diluncurkan, bisa diceritakan?
Ya, website multimedia diluncurkan pada puncak acara HKGB Ke-64, tanggal 19 Oktober lalu. Selama ini, kan, kegiatan ibu Bhayangkari ter-cover dengan media yang terbatas. Majalah internal pun tidak semua bisa mempublikasikan semua kegiatan Bhayangkari. Nah, website dengan alamat www.bhayangkari.or.id yang dilengkapi media sosial, menjadi salah satu cara untuk membuat kegiatan Bhayangkari dimanapun berada dapat terakses dan dilihat. Dengan teknologi informatika ini sekaligus juga mengajak ibu Bhayangkari untuk bisa bijak bersosial media. Menyiarkan berita yang positif dan menggunakan medsos untuk kegiatan positif. Ini cara mendukung Polri dalam revolusi mental lewat teknologi informatika yang bertanggung jawab. Dengan website juga memudahkan akses informasi yang tak terbatas, sehingga diharapkan dapat menemukan potensi ibu Bhayangkari lain yang menginspirasi.
Ibu kabarnya menyukai kegiatan outdoor?
Betul. Mungkin karena waktu kecil tinggal di Belitung yang alamnya indah dan dapat dieksplor. Satu hal lagi, ibu saya adalah guru dan menyadari bahwa dunia anak-anak itu, ya, bermain, sehingga saya pun mendapatkan kebebasan untuk bermain. Naik pohon, main sepeda, eksplor pantai, puas sekali berkegiatan outdoor, sehingga terbawa sampai sekarang. Saya juga sejak sekolah sangat aktif di bidang olahraga, mulai dari main kasti, ikut tim tenis meja, sampai atletik, seperti lompat jauh, lompat tinggi.