Tri Suswati Karnavian, Teladan Bagi Anggota Bhayangkari

By nova.id, Sabtu, 12 November 2016 | 05:03 WIB
Tri Suswati Karnavian (nova.id)

Ketua Umum Bhayangkari, Tri Suswati Karnavian, istri Kapolri Jendral Pol. Tito Karnavian, Ph.D ini terpacu memotivasi diri agar dapat menjadi teladan bagi ribuan anggota Bhayangkari di seluruh pelosok Indonesia. Berkarya dan menggali potensi diri sehingga bermanfaat, tak hanya untuk keluarga, tapi juga masyarakat, selalu menjadi pesan dari ibu tiga anak ini.

Dalam rangka Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari (HKGB) ke 64, berbagai kegiatan positif diselenggarakan untuk mengapresiasi mereka yang memiliki potensi, kreativitas, dan kepedulian terhadap masyarakat. Semuanya tak lepas dari keterlibatan dan tangan dingin Tri Suswati Karnavian. Namun, tak ingin berbangga hati, ia memilih terus berkarya dan memberikan dampak nyata kepada masyarakat. Berikut petikan wawancara NOVA bersama Ketua Umum Bhayangkari, Tri Suswati Karnavian.

Bagaimana respons Ibu saat dilantik menjadi Ketua Umum Bhayangkari?

Saya memang tidak memprediksi akan dilantik menjadi Ketua Umum Bhayangkari, karena sepertinya amanah itu datang terlalu dini. Itu perasan saya saat itu. Tetapi, ketika diminta mengemban tugas tersebut dan dipercaya, tentu saya harus siap. Terlebih saya harus mengayomi sekitar empat ratus ribu anggota Bhayangkari di seluruh pelosok negeri. Amanah ini pada akhirnya menjadi motivasi saya untuk bisa memberikan teladan yang baik bagi semua anggota. Prinsipnya, hidup itu seperti perjalanan, saat dilahirkan ada ketentuan yang ditakdirkan oleh Allah. Sepanjang saya ingat Allah dan beribadah dengan baik, yang dikasih Allah pasti yang terbaik.

Ibu Bhayangkari ideal itu yang seperti apa?

Menurut saya, yang utama adalah ibu Bhayangkari paham betul tugas suaminya sebagai anggota kesatuan polisi, mulai dari siap tugas di mana saja dengan risiko apa saja dan dengan gaji yang terbatas. Belum lagi dengan begitu banyaknya godaan-godaan yang cukup besar. Sehingga seorang ibu Bhayangkari ideal adalah yang bisa mendampingi suaminya, bisa menjadi mitra bagi suaminya, dan tentunya melindungi suami dari godaan yang tidak diinginkan. Ibu Bhayangkari juga bisa mendidik anak-anaknya dengan baik, melindungi anak-anaknya, dan bisa berguna bagi masyarakat. Tidak mudah, tetapi dengan semangat yang ada pasti bisa. Saya pun masih terus belajar untuk bisa menjadi lebih baik.

Apa saja, sih, program Bhayangkari yang saat ini dilaksanakan?

Wah, kegiatan Bhayangkari itu banyak sekali, ya, eksternal maupun internal. Program dalam kurun waktu lima tahun akan diimplementasikan di rancangan agenda setiap tahun dan harus dilaporkan. Kegiatan internal atau kegiatan yang fokus pada organisasi dan anggota misalnya membekali ibu Bhayangkari dengan pendidikan informal, membina mental, sampai menginisiasi gerakan atau kampanye yang berdampak positif. Sedangkan kegiatan eksternal dibuat dalam rangka membantu dan mendukung kegiatan Polri untuk mengayomi masyarakat. Contohnya, bakti sosial rutin.

Dalam rangkaian HKGB ke-64, kami mengadakan beberapa bakti sosial, salah satunya bakti sosial bagi 2.000 jiwa penghuni rusun Marunda, Jakarta Utara, untuk mendapatkan akte kelahiran secara gratis, SIM gratis, sampai paket sembako. Juga mengunjungi korban bencana banjir bandang Garut dan membuka dapur umum Bhayangkari di penampungan korban bencana, seminar mengenai Perempuan, Anak dan Narkoba, sosialisasi Pengampunan Pajak bagi Istri-istri anggota Polri, pembekalan mengenai tanaman herbal dan organik di Kampung Djamoe Organik Martha Tilaar Group, silaturahmi dengan para Ketua Umum Senior yang menjabat pada masanya, bazar Bhayangkari yang menampilkan hasil kreasi Bhayangkari seluruh Indonesia, sampai gerakan peran serta Bhayangkari dalam upaya mencegah korupsi yang menjadi gebrakan dan perhatian ibu Bhayangkari.

Baksos menjadi salah satu program tahunan kontinyu, bahkan program ini sudah jalan sebelum saya menjadi ketua umum. Menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya dan ibu Bhayangkari lainnya bisa berkontribusi untuk masyarakat.

Apa saja gerakan dan kampanye yang juga dilakukan oleh Bhayangkari?

Banyak sekali kampanye yang dilakukan Bhayangkari untuk berkontribusi mendukung kegiatan Polri seperti gerakan antinarkoba, atau gerakan melawan kekerasan terhadap anak. Tentunya banyak isu sosial yang masih menjadi permasalahan dan jadi perhatian Bhayangkari juga, misalnya human trafficking, persamaan gender, dan baru-baru ini gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) bekerja sama dengan KPK untuk kegiatan internal Bhayangkari. Begitu besar peranan Bhayangkari dalam masyarakat sehingga diperlukan motivasi dan semangat.

Citra ibu Bhayangkari saat ini seperti apa?

Memang, selama ini sebagian masyarakat masih menilai ibu Bhayangkari itu berpenampilan glamor. Sebetulnya, ibu Bhayangkari berpenampilan rapi dan kelihatan cantik itu karena kreativitasnya. Dengan biaya terbatas, mereka dapat tampil maksimal. Itu enggak mesti mahal. Banyak ibu Bhayangkari berprestasi yang juga mendapatkan apresiasi.

Pernah ada ibu Bhayangkari seorang profesor yang menemukan vaksin serviks, ibu Bhayangkari yang jadi  bupati, pilot Airbus Boeing 737, nakhoda, anggota DPR. Dan tentu ibu Bhayangkari yang berprestasi ini diberi apresiasi, karena dapat menjadi inspirasi bagi anggota lainnya. Intinya, ibu Bhayangkari harus bangga bisa berkiprah di mana pun dan apa pun profesinya. Kami juga mengangkat kehidupan ibu Bhayangkari dalam sebuah film.

Bisa dijelaskan mengenai film tersebut?

Film ini dibuat memang memiliki tujuan, karena kebanyakan imej ibu Bhayangkari itu selalu wah. Padahal kenyataannya, dari empat ratus ribu anggota Bhayangkari, hanya ada sekian persen yang hidupnya layak. Sisanya banyak yang masih harus berjuang. Inilah alasan film ini hadir, yaitu ingin memvisualkan kehadiran mereka sekaligus memotivasi. Kalau mau diceritakan banyak sekali perjuangan ibu Bhayangkari di pelosok atau pedalaman.

Seperti apa kehidupan ibu Bhayangkari di pedalaman?

Ketika saya tinggal di Papua selama 11 tahun, banyak sekali kisah mengharukan dan sangat berbeda dengan citra yang dikenal masyarakat. Ada ibu Bhayangkari yang jadi tukang cuci atau menjual pinang di depan rumah. Ada pula ibu Bhayangkari di daerah terpencil dan tidak memiliki alat transportasi selain sampan dan hanya beternak. Nah, pembekalan keterampilan untuk ibu Bhayangkari di pelosok sangat dibutuhkan agar bisa menambah nilai ekonomis dalam keluarga.

Yang cukup mengharukan, kisah ibu Bhayangkari yang berprofesi sebagai bidan dan tinggal di wilayah konflik di mana masih banyak OPM. Walaupun sudah ditawarkan untuk pindah, tetapi karena pengabdian dan merasa masyarakat masih membutuhkan jasa fasilitas kesehatan, ia tak bergeming dan memutuskan tetap tinggal di sana. Ibu Bhayangkari ini dan suaminya diterima dengan baik oleh warga setempat yang dikenal tidak menerima orang luar. Bahkan mereka dihormati.

Mengenai website multimedia yang baru diluncurkan, bisa diceritakan?

Ya, website multimedia diluncurkan pada puncak acara HKGB Ke-64, tanggal 19 Oktober lalu. Selama ini, kan, kegiatan ibu Bhayangkari ter-cover dengan media yang terbatas. Majalah internal pun tidak semua bisa mempublikasikan semua kegiatan Bhayangkari. Nah, website dengan alamat www.bhayangkari.or.id yang dilengkapi media sosial, menjadi salah satu cara untuk membuat kegiatan Bhayangkari dimanapun berada dapat terakses dan dilihat. Dengan teknologi informatika ini sekaligus juga mengajak ibu Bhayangkari untuk bisa bijak bersosial media. Menyiarkan berita yang positif dan menggunakan medsos untuk kegiatan positif. Ini cara mendukung Polri dalam revolusi mental lewat teknologi informatika yang bertanggung jawab. Dengan website juga memudahkan akses informasi yang tak terbatas, sehingga diharapkan dapat menemukan potensi ibu Bhayangkari lain yang menginspirasi.

Ibu kabarnya menyukai kegiatan outdoor?

Betul. Mungkin karena waktu kecil tinggal di Belitung yang alamnya indah dan dapat dieksplor. Satu hal lagi, ibu saya adalah guru dan menyadari bahwa dunia anak-anak itu, ya, bermain, sehingga saya pun mendapatkan kebebasan untuk bermain. Naik pohon, main sepeda, eksplor pantai, puas sekali berkegiatan outdoor, sehingga terbawa sampai sekarang. Saya juga sejak sekolah sangat aktif di bidang olahraga, mulai dari main kasti, ikut tim tenis meja, sampai atletik, seperti lompat jauh, lompat tinggi.

Saya juga mulai menekuni olahraga diving ketika Pak Tito bertugas di Papua. Sebetulnya saya, kan, enggak bisa berenang, sampai sekarang. Ha ha ha. Tapi Pak Tito bilang, enggak perlu berenang, malah justru harus dikasih pemberat agar bisa tenggelam. Tadinya saya hanya snorkeling saja, hanya lihat dari atas. Tapi, saya lihat Pak Tito, kok, asyik berenang di dalam. Beliau juga cerita keindahan bawah lautnya. Wah, saya, kan, jadi penasaran dan tertantang. Akhirnya saya belajar dan sekarang sangat menyukainya. Kemarin tanggal 17 Agustus saya mengibarkan bendera merah putih di bawah laut Raja Ampat. Di kegiatan ini saya juga mengajak banyak ibu Bhayangkari untuk terlibat.

Sosok Ibu di rumah seperti apa, sih?

Saya tipe yang tegas dan penuh peraturan. Kebetulan saya banyak menemani Pak Tito bertugas di luar negeri. Beliau juga, kan, sempat bersekolah di luar negeri. Di sini saya menyadari dan melihat bahwa disiplin itu penting untuk kemajuan bangsa. Lalu saya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin dengan waktu, peraturan, sampai berani  mendisiplinkan diri sendiri.

Waktu berkualitas Ibu dengan keluarga seperti apa?

Memaknai waktu berkualitas bersama keluarga itu, kan, enggak harus keluar atau pergi. Bisa saja dengan salat berjamaah di rumah. Pandai-pandai membuat waktu yang berkualitas di rumah, ciptakan. Selain itu juga ada gadget yang bisa menjadi media komunikasi, bisa saling bercanda, saling kirim foto, bisa melakukan video call kapan saja, dimanfaatkan dengan baik untuk keep and touch.

Bisakah Ibu berbagi kiat menjaga kesehatan keluarga?

Kebetulan Pak Tito sangat sadar dengan kesehatannya. Ini karena memang banyak keluarganya yang berprofesi sebagai dokter sehingga jadi lebih aware. Saya dan beliau suka sekali treadmill ataupun jalan cepat. Jadi kebiasaan berolahraga tidak lepas dari kami. Selain itu, pastinya makanan harus diperhatikan. Bahan makanan yang bagus, juga proses mengolahnya agar makanan tersebut sehat. Kalau saya lihat Pak Tito makan sudah over, saya biasanya mengingatkan beliau dan mengajak untuk detox dengan berpuasa. Pak Tito juga hobi minum jus sayur dan temulawak. Kalau disediakan, beliau selalu mau. Enggak susah jadinya, karena sudah aware dengan pentingnya menjaga kesehatan.

Di tengah aktivitas yang tinggi, bagaimana Ibu merawat kecantikan?

Saya tidak memiliki ritual perawatan kecantikan, bahkan sangat singkat. Mandi, bersih-bersih dan cuma pakai kosmetik dasar saja untuk natural look. Yang sangat terasa efeknya saya bisa menjaga kebugaran, ya, karena olahraga. Cukup dengan menyempatkan waktu setiap hari untuk treadmill, itu kan, juga bisa menjaga kebugaran yang memiliki efek tampil segar dan cantik.

Saya itu malah sakit kalau enggak olahraga, karena sudah terbiasa. Dulu waktu tinggal di Singapura,  dalam sehari saya bisa jalan kaki 12 kilometer dengan kondisi jalan naik, karena tinggal di kawasan Bukit Timah. Perawatan simpel saya hanya olahraga, karena dengan berolahraga maka ada zat endorfin yang mampu melepas ketegangan dan nyaman, happy dan bisa membuat badan lebih fresh.

Bagaimana kiat Ibu membuat rumah menjadi nyaman untuk keluarga?

Bagi saya, rumah itu membahagiakan, ya, karena kita mau menciptakannya. Tentu dengan banyak komunikasi, meluangkan waktu bersama dengan berbagai kegiatan positif, menyediakan waktu me time, dan juga memberikan kesempatan kepada suami melakukan kegiatan pribadi yang tidak perlu diikuti.

Swita Amallia