Merasa sakit perut?
Biasanya pertanyaan yang muncul ketika kita sedang di toilet sambil menahan perut yang sakit adalah, apakah sakit perut ini karena virus ataukah karena makanan yang baru saja disantap?
(Baca: Agar Tak Sakit Perut, Hindari Makan 6 Buah Ini Saat Sarapan)
Sakit perut karena virus dan keracunan makanan memang memiliki tanda dan gejala yang nyaris susah dibedakan.
Ketan Shah, M.D., gastroenterolog dari Saddleback Memorial Medical Center di Laguna Hills, California menjelaskan bahwa sebenarnya virus atau bakteri yang menyerang perut kita bisa berasal dari makanan dan juga memang sudah ada di perut kita.
Meskipun demikian, ada perbedaan yang bisa kita kenali tandanya. Bhavesh Shah, M.D., direktur bagian gastroenterology Long Beach Memorial Medical Center menjelaskan bahwa keracunan makanan bisa menyebabkan masalah serius apabila kita abaikan.
(Baca: Bukan Mitos, Ternyata Makan Kerang, Kepiting, dan Udang Bisa Bikin Keracunan)
Keracunan makanan tak hanya sekadar disebabkan karena makanan yang kotor atau mengandung kuman.
Ketan Shah menjelaskan, keracunan makanan disebabkan karena adanya bakteri patogen yang ditularkan dari orang ke orang, biasanya melalui cairan tubuh, pakaian, udara, termasuk makanan.
Bakteri patogen tersebut antara lain norovirus, salmonella, camplybacter, clostridium perfringens, E. Coli, dan staphulococcus aureus.
Dua jenis yang paling sering ditemukan sebagai penyebab keracunan makanan adalah salmonella dan camplybacter.
(Baca: Masih Yakin Mau Makan Ikan Mujair Setelah Tahu 5 Fakta Mengejutkan Ini?)
Ingat lagi, apakah kita sebelum sakit perut ini bertemu dan melakukan kontak langsung dengan seseorang yang sedang sakit perut?
Ataukah kita lupa untuk mencuci tangan setelah memegang sesuatu yang juga banyak dipegang orang lain?
Gejala dari keracunan makanan memang hampir sama dengan sakit perut biasa.
Menurut Ketan Shah, keracunan makanan dan gastroenteritis memiliki gejala seperti kram perut, demam, kedinginan, mual, hilangnya nafsu makan, diare, nyeri otot atau sendi, sakit kepala, dan muntah.
(Baca: 5 Mitos Keracunan Makanan Ini Tak Perlu Dipercaya)
Perbedaan yang bisa kita lihat, adalah kapan rasa sakit itu muncul dan berapa lama.
Ketan Shah menjelaskan, tergantung dari jenis patogen yang menyerang tubuh kita, gejala dari keracunan makanan akan muncul beberapa jam setelah kita menyantap makanan tersebut.
Sementara itu, gejala gastroenteritis akan muncul 24 hingga 48 jam setelah paparan virus di tubuh kita.
(Baca: Tips Mencegah Keracunan)
Menurut Toyua James-Stevenson, M.D., gastroenterologdari Indiana University Health, ketia sakit perut berlangsung lama dan tak membaik dalam beberapa hari, bisa saja bukan disebabkan oleh keracunan makanan.
Bhavesh Shah menjelaskan, menjaga tubuh terhidrasi dan menjaga elektrolit dalam tubuh tetap dalam batas normal merupakan cara yang ampuh untuk mengusir sakit perut karena gastroenteritis dan juga karena keracunan makanan.
Air dan elektrolit akan membantu kadar cairan dalam tubuh tetap seimbang.
Untuk sementara, hindari minuman sari buah dan soft drink, karena bisa membuat kondisi perut semakin parah dan bisa menyebabkan diare.
Apabila kondisi justru semakin parah, Ketan Shah merekomendasikan kita untuk konsultasi langsung pada dokter.
(Baca: Asam Lambung Naik? Redakan Dengan 7 Bahan Alami Ini)
Apalagi bila ada gejala lain seperti tanda-tanda dehidrasi mulai dari sakit kepala, atau urin yang sedikit, feses berdarah, sakit perut yang semakin parah, atau hilangnya berat badan.
Untuk gastroenteritis, dokter akan memberi resep anti muntah atau anti mual bila kita masih memiliki gejala-gejala sakit perut, atau akan memberi cairan khusus bila kita semakin dehidtasi.
Antibiotik akan sangat jarang diberikan pada keluhan ini