Supaya Siap Jadi Ibu, Perempuan Wajib Tahu 3 Tahap Sebelum Hamil

By Ade Ryani HMK, Jumat, 28 April 2017 | 02:30 WIB
Mengapa ibu hamil jadi gampang lupa? Kenali penyebab sindrom momnesia ini (Ade Ryani HMK)

Hidup berpasangan dalam rumah tangga tentunya akan membutuhkan perencanaan yang tepat.

Mulai dari bagaimana mengatur hidup berdua, merencanakan membangun keluarga, hingga bagaimana mengatur hidup setelah nantinya memiliki buah hati.

(Baca: Jaga Kesehatan Gigi dan Mulut Sejak Merencanakan Kehamilan)

Menurut dr. Rully Ayu Nirmalasari, SpOG dari BAMED Women’s Clinic, ada 3 tahapan perencanaan kehamilan yang harus dipahami oleh para perempuan.

“Ada tiga tahap perencanaan kehamilan, yaitu tahap pra konsepsi, antenatal, dan postnatal,” jelas dr. Rully.

Pada tahap pertama atau tahap pra konsepsi, para perempuan yang sedang merencanakan kehamilan hendaknya melakukan konseling terlebih dahulu.

“Faktanya, 4 dari 10 perempuan mengalami unprepared pregnancy atau kehamilannya tidak direncanakan,” jelas dr. Rully.

(Baca: 3 Ciri Khas Seorang Ibu Mengalami Baby Blues Setelah Melahirkan)

Kehamilan yang tidak direncanakan bisa berakibat pada pelayanan kesehatan antenatal yang diberikan terlambat pada 40 persen kehamilan.

Konseling pra konsepsi, menurut dr. Rully, harus menemukan bibit, bebet, dan bobot dari calon ibu.

“Selain itu harus ada pemahaman bahwa hamil perlu disiapkan, karena hamil memberi risiko pada kehamilan baik bagi ibu maupun janin, bagi kondisi ibu dalam jangka panjang, dan juga anak hingga dia dewasa,” jelasnya.

(Baca: Hamil Bayi Laki-Laki, Ternyata Perempuan Lebih Rentan Komplikasi)

Selanjutnya adalah tahap kedua, yaitu antenatal.

Dari data Depkes pada 2012, ditemukan bahwa pendarahan menjadi alasan besar seseorang mengalami gangguan atau masalah kehamilan.

Sebanyak 99 peren kematian maternal terjadi di negara bersumber daya rendah, ketika mayoritas penyebab sebenarnya dapat dicegah.

Dibutuhkan antenatal care atau program terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil.

(Baca: 8 Gangguan Kesehatan yang Muncul Jika Menunda Kehamilan Hingga Usia 30-an)

Sementara itu, fetal growth restriction (FGR) bisa memicu komplikasi pada anak, tak hanya sejak dalam kandungan, namun bahkan hingga nanti dewasa.

Berbagai komplikasi yang bisa terjadi karena FGR seperti kelahiran prematur, keguguran, perkembangan anak tak optimal, obesitas, dan lain sebagainya.

Tahap terakhir yang harus direncanakan dengan baik oleh para perempuan, yaitu postnatal.

“Perawatan masa nifas atau post-natal care berfungsi untuk mengawasi perubahan dan kembali ke normal secara menyeluruh, serta mendeteksi dini bila terjadi komplikasi akibat persalinan baik pada fisik maupun mental,” jelas dr. Rully.

(Baca: Lakukan 7 Hal Ini untuk Mengatasi Baby Blues dengan Tepat)

Ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebagai perawatan pasca persalinan.

Yang pertama, adalah perbaikan mood atau psikologi pasien.

Selanjutnya, adalah aktivitas seksual, kondisi kesehatan pasca salin seperti berat badan, kulit, perawatan luka, kemih, dan lainnya.

“Selain itu, juga perhatikan kualitas menyusui. Jangan lupa juga untuk mendiskusikan kontrasepsi yang nantinya akan digunakan sejak kehamilan masih besar agar bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi tubuh pasien,” tutup dr. Rully.

(Baca: 9 Keluhan yang Paling Sering Dialami Setelah Melahirkan)