Namun umumnya, gejala orang dengan hipertensi paru di antaranya susah bernapas, cepat lelah, pusing seperti ingin pingsan, jantung berdebar, dan rasa begah.
(Baca: Sering Tak Disadari, Ini 5 Penyebab Kaki Bengkak Tiba-tiba)
Selain itu, terkadang juga muncul tekanan atau rasa nyeri pada area dada dan kaki menjadi bengkak.
“Bila sudah cukup parah, bisa juga muncul kebiruan di bibir dan ujung jari pasien. Nafsu makan juga turun. Kalau sudah ada nyeri dada, sudah cukup serius juga.,” jelas Prof. Bambang.
Kemudian, pembuluh darah di parunya kalau dilihat sudah menyempit, lebih kecil dibandingkan dengan pembuluh darah normal.
Hipertensi paru sendiri bisa diderita pada usia muda dan pertengahan, dan lebih banyak ditemukan pada perempuan dibanding pria dengan perbandingan 2 : 1.
Diperkirakan ada 15 hingga 50 kasus per 1 juta penduduk, dengan 0,5 persen di antaranya pada penderita HIV, 7-12 persen pada penderita systemic sclerosis, dan 2-3,75 persen pada pasien dengan penyakit sickle cell.
(Baca: Mana yang Lebih Berisiko Obesitas, Perempuan Atau Laki-laki?)
Di Indonesia sendiri diperkirakan ada 2 hingga 3 kasus per 1 juta penduduk.
Sayangnya, belum ada pendataan atau registry yang akurat mengenai jumlah penderita hipertensi paru di Indonesia.
“Umumnya wanita lebih rentan mengalami penyakit jantung bawaan karena pengaruh hormonal,” jelas Prof. Bambang.
Perubahan hormonal terutama saat menstruasi mudah memicu terjadinya pengentalan darah.
(Baca: Alasan Mengapa Hipertensi Memicu Stroke dan Serangan Jantung)
Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu juga berisiko pada pembuluh darah di paru.
Kemudian, konsumsi obat pelangsing yang menimbulkan efek samping pada paru-paru juga berisiko memicu hipertensi paru.
“Hipertensi paru rentan pada perempuan, terutama pada perempuan gemuk yang merasa malu kemudian menggunakan obat pelangsing,” tutur Prof. Bambang.
Untuk itu, bagi perempuan dengan hipertensi paru tidak disarankan untuk hamil, karena bisa membahayakan jiwa baik bagi ibu maupun janin.