Siapa bilang hidup di balik tembok raksasa dengan jeruji besi sungguh menyiksa.
Mitos tersebut dipatahkan oleh sekelompok narapidana Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA, Tanggerang, Banten.
Buktinya dari balik rumah tahanan, sekelompok warga binaan ini dapat tetap berkreasi melalui sebuah buku yang sudah mereka ciptakan.
Buku yang berjudul Surat Untuk Mama, merupakan kompilasi cerita yang disusun serta diedit oleh Kristin Samah dan Chris Nurstya.
(Baca : Bejat! Ayah Ini Perkosa Dua Anak di Bawah Umur dan Merekamnya Secara Live di Media Sosial Skype )
Bercerita mengenai kumpulan kisah 14 ibu warga binaan Lapas Perempuan Tanggerang yang mengungkapkan perasaan sedih saat terpisah dari keluarga yang begitu dicintai lewat tulisan.
Salah satunya, warga binaan bernama Gayatri terlibat menyumbangkan kisahnya dalam buku yang berisikan 224 halaman tersebut.
Gayatri menjadi warga binaan Lapas Perempuan Tangerang karena divonis bersalah atas penyalahgunaan dana perusahaan pada tahun 2012 dan dihukum delapan tahun enam bulan oleh pengadilan.
Ibu tiga anak ini pun mulai menulis sebagai kegiatan mengisi waktu luangnya.
Lewat buku ini, para ibu ini turut mengungkapkan pengalamannya ketika harus bertemu dengan anak-anaknya saat masa sulit itu datang.
"Saya berharap cerita dalam buku ini bisa mengetuk hati para pengambil keputusan untuk lebih berfikir dua kali dalam memvonis seorang ibu. Ada anak-anak dan keluarga kami yang jadi korban," ujar Gayatri saat dijumpai NOVA.id di Lapas Perempuan Tanggerang pada Rabu (24/3).
Setelah melalui proses penyempurnaan, PT Gramedia Pustaka Utama selaku penerbit berharap buku tersebut jadi motivasi.
Bukan hanya untuk warga binaan Lapas lainnya dalam menjalin komunikasi dengan keluarga tetapi juga bagi pemerintah dalam mengambil keputusan.