Baca juga: Enggak Perlu Diet, Cukup Rutin Lakukan 7 Hal Ini Biar Selulit Hilang dan Langsing
"Dan saya tak peduli kemana ASI ini akan disalurkan. Saya pernah mendonasikan ASI saya kepada pasangan gay dan para ibu yang menderita kanker payudara," kata dia.
"Saya mendapatkan perasaan yang begitu luar biasa," dia melanjutkan.
Bank ASI yang menerima donasi memberi Elizabeth 1 dolar AS atau sekitar Rp 13.000 sebagai kompensasi hilangnya waktu perempuan itu.
Dan oleh Elizabeth uang tersebut digunakan untuk menambah biaya pembelian lemari pendingin, peralatan, dan suplemen tambahan bagi dirinya agar bisa terus menghasilkan ASI dalam jumlah yang memadai.
Baca juga: 6 Penyakit yang Sering Diderita Bayi, Nomor 4 Sering Diabaikan Padahal Bahaya!
Ibu dua anak ini setelah beberapa tahun menganggap mendonasikan ASI sudah menjadi bagian dari hidupnya.
"Saat pertama memulai memang sangat berat, terutama karena tak ada harga pasti untuk ASI dan semua kesulitan serta kesakitan saat memproduksinya," kenang Elizabeth.
"Ini seperti menyerahkan begitu saja lukisan kuno di Kapel Sistine yang harganya tak terhingga karena membutuhkan ribuan jam kerja," kata dia.
"Saya juga sempat khawatir, bagaimana jika ASI saya habis dan saya tak bisa menyusui bayi saya sendiri?" Elizabeth melanjutkan.
Baca juga: Pria Ini Mengaku Pacaran dengan Jessica Iskandar, Ini yang Terjadi
Namun, akhirnya Elizabeth bisa melalui semua itu dan terus menyumbangkan ASI-nya bagi ribuan bayi yang membutuhkan.
"Kegiatan ini membuat saya merasa telah memberikan sumbangan bagi masyarakat saya dan berpartisipasi dalam hal kemanusiaan," dia menegaskan.
"ASI adalah emas cair, sehingga jangan disia-siakan dan banyak yang membutuhkan ASI di luar sana," ujar Elizabeth. (*)
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul, "Wanita AS Peras ASI 10 Jam Sehari untuk Menyumbang Bayi Prematur."