Bahaya, Jangan Biarkan Anak Menonton Tayangan Tak Mendidik, Hal Ini Bisa Terjadi

By , Kamis, 7 September 2017 | 07:29 WIB
Akibat anak sering menonton televisi (Nova)

NOVA.id - Berdasarkan laporan dari KPI, diketahui anak-anak di Indonesia menempati urutan teratas dalam urusan menonton siaran televisi terlama di antara negara-negara ASEAN.

Anak-anak di Indonesia rata-rata menonton TV hingga 5 jam bahkan lebih setiap hari, sementara anak-anak negara ASEAN lain hanya menghabiskan waktu di depan TV, 2-3 jam per hari.

Baca juga: Anak Sering Nonton Film Kartun? Ini Efek Negatifnya

Mirisnya, kebanyakan tontonan yang mereka lahap sarat akan unsur kekerasan dan hal-hal yang berbau sadis yang sama sekali tidak mendidik.

Umumnya, anak belajar dengan cara meniru dari apa yang mereka lihat dari interaksi sosial, salah satunya bersumber dari tontonan televisi.

Pasalnya, sejak lahir jaringan otak yang mendukung pembelajaran interaktif sudah mulai berkembang.

Baca juga: Duh! Terlalu Sering Menonton Televisi Dapat Sebabkan Kematian

Itulah mengapa anak bisa mengenali dan meniru ekspresi wajah atau isyarat yang ada di lingkungan sekitarnya.

Sifat meniru tersebut bahkan terus berlanjut hingga anak sedikit dewasa, sehingga jangan heran jika anak kita bisa meniru gerakan, perkataan, emosi, bahasa, atau perilaku yang kita lakukan.

Hal inilah yang pada akhirnya membuat orangtua khawatir jika anak mereka meniru adegan-adegan yang ada di dalam televisi.

Sudah terbukti, pada akhir April 2015 lalu seorang anak kelas 1 SD di Pekanbaru meninggal dunia akibat dikeroyok oleh teman-temannya.

Baca juga: Ria Ricis Sempat Dituduh Rebut Suami Orang, Keluarga Merasa Pencemaran Nama Baik?

Menurut keterangan orang tuanya, korban dan teman-temannya sedang bermain sambil menirukan adegan perkelahian dalam sinetron yang sempat ditayangkan di televisi.

Ini baru satu contoh dari sekian banyak kasus yang pernah terjadi.

Beberapa studi yang dilansir dalam Urban Child’s Institute menunjukkan bahwa terlalu banyak menonton televisi tak hanya berdampak negatif pada prestasi dan kesehatan anak secara keseluruhan, namun juga perkembangan perilakunya di masa depan.

Baca juga: Wah Ternyata Ini 5 Hal yang Harus Diperhatikan saat Beli Lemari Es buat Rumah Barumu!

Studi Guntarto tahun 2000 menunjukkan bahwa anak yang telalu banyak nonton film dan tayangan televisi yang berbau kekerasan dapat tumbuh menjadi sosok yang sulit berkonsentrasi dan kurang perhatian pada lingkungan sekitar.

Studi lain yang dilakukan oleh Anderson tahun 2012 juga menunjukkan bahwa anak-anak yang menonton film kekerasan lebih cenderung memandang dunia sebagai tempat yang kurang simpatik, berbahaya, dan menakutkan.

Anggapan negatif terhadap dunia luar ini lama-kelamaan dapat menumbuhkan sikap dan kepribadian agresif pada anak.

Baca juga: Terkait Pola Asuh, Mengapa Orangtua Saling Bersaing?

“Anak yang gemar menonton acara-acara sadis di televisi cenderung menunjukkan perilaku sadis di masa depan, sementara orang-orang yang terlalu sering menonton TV cenderung memiliki perilaku buruk nantinya,” ujar para peneliti dari University of Otaga di New Zealand, berdasarkan hasil studi yang diterbitkan di jurnal Pediatric.

Para peneliti menemukan bahwa anak yang lebih sering menonton TV akan lebih mungkin melakukan tindakan kriminal saat dewasa.

Setiap jam yang dihabiskan anak untuk menonton TV di malam hari, meningkatkan risiko mereka melakukan perbuatan kriminal sebesar 30 persen.

Penelitian ini dilaksanakan pada 1,000 anak yang lahir pada tahun 1972 sampai 1973 di kota Dunedin, New Zealand.

Baca juga: Terkait Pola Asuh, Mengapa Orangtua Saling Bersaing?

Para peneliti menemukan adanya kemiripan pada sikap agresif, antisosial, dan emosi negatif pada partisipan yang sama pada umur 21-26 tahun.

Sifat antisosial,  atau yang sering disebut dengan “sosiopat” atau “psikopat” adalah sebuah kondisi gangguan mental di mana seseorang tidak dapat merasakan empati terhadap sekitarnya dan sering dikaitkan dengan sikap manipulatif dan bertentangan dengan hukum seperti compulsive liar (berbohong terus menerus tanpa disadari), mencuri, merusak properti, dan kekerasan.

Baca juga: Ini 4 Cara Mengatakan "Tidak" pada Anak

Individu pengidap psikopati tidak memiliki rasa penyesalan dan bersalah atas perbuatannya terhadap orang lain, juga rasa tanggung jawab yang hampir tidak ada.

Meskipun menonton film sadis bukan penyebab utama terbentuknya sikap antisosial (banyak faktor lain mengenai penyebab kemungkinan terjadinya hal ini), para peneliti mengatakan bahwa ada satu hal yang jelas-jelas dapat meminimalisir dampak negatif pada tumbuh kembang anak, yakni dengan mengurangi waktu menonton anak.

Baca juga: Duh, Kalau Orangtua Tak Kompak Mengasuh, Si Kecil Bisa Rapuh Loh

Beberapa hal lain yang perlu dilakukan oleh orangtua untuk meminimalisir dampak buruk dari tayangan televisi adalah:

(Wisnubrata / Kompas.com)